Sendai. 12.00
.
.
.
Seiya turun dari gerbong kereta, menapakkan kaki di peron stasiun. Dia merangkul ranselnya dan nichirinnya yang dibungkus dengan kain. Seiya meliburkan diri selama 2 minggu. Dia sudah membicarakan hal ini dengan guru BK dan wali kelasnya. Mengingat kondisinya yang masih belum kondusif, Seiya memilih menginap di rumah Daichi.''Ah. Souda. Katanya Semi- kun hari ini perempat final kualifikasi Sendai. Mumpung siang, aku mampir ke gor sajalah,'' guman Seiya bermonolog. Dia naik bus untuk menuju Gor Kamei Sendai, atau intinya gor kedua yang kini digunakan untuk kualifikasi blok A.
Seiya melihat suasana di dalam gor. Rasanya sama seperti di Gor Tokyo, hanya saja penontonnya tak terlalu banyak, mungkin hanya tim pesorak dari Shiratorizawa. Pertandingan di bawah sana terlihat lancar. Bahkan lancar sekali.
Bum!!
Suara bola berdentum semakin menciptakan keriuhan dalam gedung. Ushijima Wakatoshi, orang yang pernah diungkit Oikawa itu menutup pertandingan hari ini yang lebih cepat dari biasanya. Tim Shiratorizawa menang, tapi yang disayangkan adalah Semi yang ikut di bangku cadangan.
Tepat saat tim Shiratorizawa itu keluar dari arena lapangan. Seiya langsung keluar dari tribun dan menelpon Semi. Dia berada di pintu masuk sebelah utara.
Drrt .... Drrt ...
Semi merasakan ponselnya bergetar panjang. Rasa lelahnya hilang seketika tatkala mendapat telpon dari Seiya. Dia langsung buru - buru menjauh dari timnya dan mulai mengangkat telpon.
''Moshi - moshi. Doushita, Aya- chan?''
Tendo penasaran dengan siapa Semi berbicara. Terlihat dari perangai pemuda nasrani itu senang sekali. Kemudian Semi menutup telpon dengan perasaan senang.
''Minna. Aku pamit duluan ya! Mau ketemu temanku!'' Pamit Semi langsung pergi. Teman - temannya yang merasa aneh dengan Semi lantas saling tatap - menatap.
''Ayo buntuti dia,'' ujar Tendo menghasut. Taichi dan Tsutomu mengangguk setuju. Sisanya tidak ikut karena masih membantu memasukkan peralatan klub mereka, kecuali Ushijima yang sudah kelayapan ke gedung gor sebelah untuk melihat pertandingan si setter yang membuatnya tertarik.
Kalian pasti tau siapa yang dicari😏.
Tendo, Taichi dan Tsutomu membuntuti Semi diam - diam. Hingga tepat di tepi gerbang keluar arena sebelah utara, mereka shock melihat Semi berbicara dengan gadis yang pernah dia temani di halte.
''Kau tiba - tiba sekali kesini. Ada acara apa, Aya- chan? Lalu apa - apaan gaya rambutmu itu? Kau keren sekali ... '' kekeh Semi berbasa - basi. Seiya terkekeh hambar sebagai tanggapan atas pujian tersebut.
''Aku mau ke rumah sepupuku lagi. Di Hyogo sudah selesai ujian tengah semester. Jadi aku meliburkan diri selama 2 minggu. Karyawanku juga tengah PKL, jadi tidak ada yang membantu di cafe,'' jawab Seiya. Semi ber'oh' ria.
''Shiratorizawa masih seperti dulu, ya. Tim pesoraknya heboh sekali,'' ujar Seiya. Semi terkekeh mendengar ujaran Seiya. ''Ahaha! Bukankah sekolahmu disana juga begitu? Malah bawa marching band,'' timpal Semi.
''Seyaro!'' jawab Seiya sedikit terkekeh. Interaksi mereka membuat tiga orang yang menguntit Semi tadi salah paham. Mereka gemas sendiri melihat tingkah dua insan yang berbicara dan bersenda gurau.
''Na, Semi- kun. Kau tahu tim Karasuno bertanding di block mana? Sepupuku ada disana,'' Tanya Seiya. ''Hm ... mungkin di block B. Gedung seberang. Kau tinggal belok kiri dan lurus terus,'' ucap Semi menunjukkan jalan.
''Souka. Arigatou na, Semi- kun. Matta ashita!'' Ucap Seiya lalu pamit dan berlari pergi. Semi hanya bisa menatap punggung Seiya yang kian menjauh dan hilang. Hatinya terasa hangat bisa berbicara dengan orang yang ia suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Barista Girl (M.Osamu × Readers)
Random''Cintaku padanya seperti Kafein. Selalu membuatku candu''- Miya Osamu. Inilah kisah Osamu yang jatuh cinta pada si manajer cafe muda di Hyogo. Namun banyak rintangan dan saingan yang tak terduga, ditambah si barista punya hal tersembunyi dalam hidu...