Gereja Sendai
.
.
.
Sang pastur memberikan khutbah di mimbar, para jama'ah mendengarkan dengan seksama, terutama Seiya yang duduk di bangku gereja deret belakang sendiri, bersama nenek - nenek tua yang berambut putih dan berpenampilan modis.Penampilannya terbilang formal. Memakai kemeja putih, rok lipit hitam dan rambut digelung updo. Wajahnya dipoles bedak tipis. Tak sadar jika dia dilirik terus - menerus oleh salah satu jama'ah pemuda yang bergerumbul bersama jama'ah pemuda lainnya. Dia terus melirik Seiya, bahkan saat bernyanyi dan berdoa.
Ibadah selesai, semua mulai beranjak pulang. Seiya menggeraikan rambutnya yang disanggul sambil bersandar sebentar di kursi. Dia menghela napas lelah lalu baru beranjak pergi.
Sepatu flat kulitnya berkelutak di lantai keramik gereja. Hingga bahunya di tepuk oleh seseorang tepat dirinya berdiri di ambang pintu gereja. Seorang pemuda bersurai cream pias gradasi hitam menyapanya.
''Kau Aya- chan 'kan?'' Terka pemuda itu dengan aksen Tokyo. Seiya menyipitkan matanya, menilik lamat siapa pemuda di depannya. Hingga memori saat SMP terputar di otaknya, mengingat wajah pemuda di depannya.
''Ah! Semi- kun dayo ne!'' Ujar Seiya menunjuk Semi dengan aksen Tokyo. Sang empu tersenyum puas mendengar ujaran Seiya. Dia adalah Semi Eita, teman saat SMP-nya. ''Hisashiburi, Aya- chan,'' sapa Semi. ''Hisashiburi. Rupanya kau masih beribadah disini, ya,'' basa - basi Seiya.
''Yah ... begitulah. Dulu enak masih bisa bebas, sekarang saja aku perlu izin keluar asrama untuk belanja bulanan sama ibadah. Oh iya, gimana kabar bisnismu? Lancar?'' Tanggap Semi sambil bertanya. ''Syukurlah lancar. Hari ini aku mau beli persediaan. Buah - buahan di Sendai itu segar - segar. Sekarang camilanku buah. Ehehe ...'' jawab Seiya sambil terkekeh.
''Bagaimana kalau bersama? Sekalian aku membantumu dan kita bisa bercerita banyak,'' ucap Semi menawarkan.
•••
15.00
.
.
.
''Oi, oi. Semi lama sekali. Kemana dia? Katanya cuma pamit ke gereja sebentar''.Tendo Satori, rekan sejawatnya mencari keberadaan Semi di asrama dan lingkungan kantin bersama Reon Ohira, pemuda berperawakan seperti Benkei. ''Mungkin masih ada urusan,'' celetuk temannya berwajah tembok datang bersama rombongan tim reguler volinya, Ushijima Wakatoshi.
''Aha! Aku tahu! Kita buat surat dan izin keluar untuk mencarinya. Sekalian kita jogging dan jalan - jalan bersama,'' cetus Kawanishi Taichi. ''Mungkin itu ide yang bagus,'' tanggap setter reguler tim, Kenjiro Shirabu.
Akhirnya mereka membuat surat izin keluar dari pos dengan jaket olahraga mereka, beralasan jogging sore. Kemudian mereka langsung mencari keberadaan Semi di sekitar pusat kota Sendai.
''Ish! Semi- san dimana sih?! Kita ini mau latihan, dia malah menghilang!'' Jengkel anak kelas 1 yang super hiperaktif, Tsutomu Goshiki. ''Sabar ... orang sabar disayang dewa,'' ujar Reon sambil mengelus bahu kouhainya.
''Weh - weh! Lihat itu!'' Tunjuk Taichi pada halte bus seberang jalan. Terlihat Semi duduk di bangku halte bersama dengan Seiya. Aksi bercengkrama mereka tidak disadari, berujung tim reguler VBC Shiratorizawa itu bersembunyi di tiang lampu jalan yang tertutupi oleh semak - semak dan papan reklame kecil.
''Cantiknya ...'' kagum Tsutomu memandang Seiya. ''Iya. Siapa ya kira - kira?'' Tanya Shirabu. ''Aha! Pasti itu pacarnya!'' Terka Tendo. ''Tidak mungkin. Semi itu bukan orang yang terobsesi dengan wanita,'' ujar Reon.
''Jika bukan pacar, kenapa mereka sampai pegang - pegangan pipi?'' Tanya Taichi membuat mereka semua menoleh ke arah halte bus. Benar saja, Semi memegang pipi Seiya, tapi yang sebenarnya terjadi ...
''Aduh - duh - duh!''
... pipinya Seiya ditarik dan diunyel - unyel.
''Pipimu malah lesung begini, lu makan apaan dah? Perasaan lu masih berisi dulu, kenapa malah kurus kerontang begini? Diet lu?'' Heran Semi usai menarik pipi Seiya. Seiya menepis tangan Semi dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Barista Girl (M.Osamu × Readers)
Fanfic''Cintaku padanya seperti Kafein. Selalu membuatku candu''- Miya Osamu. Inilah kisah Osamu yang jatuh cinta pada si manajer cafe muda di Hyogo. Namun banyak rintangan dan saingan yang tak terduga, ditambah si barista punya hal tersembunyi dalam hidu...