13. Kesulitan

37 5 0
                                    

SMA Shinzen. 16.10.
.
.
.
''HA?! APA YANG KAU LAKUKAN DI TOKYO, KONO AHOSEIYAAA?!!''

Suara itu menggelegar, sekaligus membuat Seiya tersentak. Hati kecilnya tersentil, dia sedari tadi kebebanan tekanan batin. Mulai dari membahas kasus Yamada, kelaparan di halte bus sampai - sampai digiring Kuroo. Dia lelah, dia lapar, dia capek. Dia pengen emosi, tapi malah mewek

''D-Dai-chin ...''

Daichi terperangah. Tak disangka sekali bentakan itu membuat sepupunya menangis. Teriakannya tadi cukup mengatensi semua orang, Daichi tak mau dicap kasar karena membuat seorang gadis menangis.

''Hayo~ Daichi. Ayakashima- chan menangis lho~'' ucap Sugawara menyalahkan. Daichi langsung mendekati Seiya dan mengelus kepala sepupunya.

''G-Gomen, aku terlalu keras membentakmu,'' ucap Daichi merasa bersalah. Seiya menyeka air matanya dengan lengan. Seketika dia memeluk pinggang Daichi dan merengek seperti Aqua yang merengek pada Kazuma di dunia Konosuba.

''Huee!! Syukurlah aku menemukanmu disini! Tolong aku, Dai-chin! Aku dibawa oleh orang konglomerat gara - gara menerima tantangan anaknya yang sombong, awalnya aku meluruskan kesalahpahaman, aku mengira akan diculik, tapi dia cuma meminta kepastian dan memboyongku dari Hyogo ke Tokyo. Aku nggak bawa uang banyak, baterai ponselku habis. Tolong aku Dai-chin!! Aku sudah capek dari tadi nahan tekanan batin sama lapar!!!'' Rengek Seiya panjang lebar.

Daichi tak bisa berkata - kata. Walau cepat perkataan Seiya, sekilas dia paham apa yang terjadi. Buktinya pipi kanannya lebam, dia memakai pakaian bela diri. Daichi tak bisa marah, dia hanya bisa sabar dan menenangkan Seiya dengan elusan kepala.

''Sugawara- senpai. Asahi- san. Dia siapa?'' Tanya kouhai kecilnya bernama Hinata Shoyo. ''Sepupunya Daichi,'' jawab Asahi. ''Sepupu?!'' Kaget Kuroo, Bokuto dan Hinata memekik.

•~•

Daichi menenangkan Seiya yang hampir tantrum di teras gymnasium. Agar lebih meringankan Daichi, Kuroo meminta izin kepada pelatih agar Seiya numpang disini sebentar usai diceritakan kesulitan Seiya. Para pelatih menyetujuinya.

''Yabe, bisa - bisanya kau dibawa kepala keluarga Juinchiro kesini,'' shock Daichi mendengar cerita Seiya. ''Tapi berkat itu, dia sudah pasrah dan siap dituntut olehku. Dia juga dengan sukarela memberiku dokumen warisan palsu dan catatan notulis di persidangan kasus itu. Tapi aku tetap tidak puas,'' ucap Seiya dengan kepala menunduk.

''Maksudmu apa tidak puas?'' Introgasi Daichi dengan dahi terlipat. ''Juinchiro bukan termasuk pelaku utama. Dia hanya anjing liar yang memungut harta ayah. Masih ada 4 pelaku yang merupakan otak dari kasus ini. Juinchiro- san kebetulan memberitahuku,'' jelas Seiya membuat Daichi terbelalak.

''Tunggu. Jadi masih ada 4 pelaku lagi?'' Tanya Daichi. Seiya mengangguk sebagai jawaban. ''Kapan - kapan akan kuberi detailnya. Disini terlalu banyak mata dan telinga,'' ucap Seiya seraya meletakkan tasnya di balik pintu gym lalu melepas atasan dari baju pasangan bela dirinya, menampakkan kaos oblongnya yang basah akan keringat.

Ponselnya sudah di cas di dalam gedung sekolah, tentu pinjam cas ponsel milik salah satu juniornya. Dia hanya punya kesempatan 2 jam disini, karena camp ini akan berakhir. Seiya mengikat lengan baju bela dirinya di pinggang, lalu keluar dari gym dan bergabung dengan Daichi.

''Oh? Apa kau sepupunya Daichi yang kesulitan?'' Terka penasehat Karasuno VBC, Takeda Itettsu. ''H-Ha'i. Terima kasih membiarkan saya menumpang sebentar,'' ucap Seiya lalu berojigi sopan. ''Tenang saja. Kami mempersilahkanmu disini kok. Ayo ikut makan bersama kami,'' ucap Takeda lalu pergi. Sebenarnya Seiya sungkan, tapi dia ditekan, yasudahlah.

''Nih,''

Seseorang memberikannya piring dan sumpit. Seiya menerimanya dengan gugup. Kepalanya mengadah menatap pemuda baik hati yang memberikannya alat makan. Dia berkata, ''Arigatou- tte? Akaashi- san?''.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang