Karena tidak enak badan, Bianca bergerak seolah dengan mode auto pilot. Dia tak ada tenaga untuk berdebat lagi dengan Julian.
Mereka kembali ke law firm dan menanda tangani kontrak pernikahan mereka, lalu Julian dan Markus mengantar Bianca pulang ke mansion keluarganya.
"Thank you, Jul, udah nemenin di UGD dan nganterin gue pulang," ucap Bianca datar. Pikirannya memang kalut, tapi dia dibesarkan untuk tahu tata krama, dan bagaimanapun, hari itu Julian menolongnya.
"........aku takut Bey, kalo kamu kayak gini."
"Kayak gimana?"
"Diem. Baik. Lemes. Kamu sakit parah, Bey, istirahat tiga hari, ya?"
Bianca tertawa, "Orang kalo lagi patah hati, cara sembuhnya beda-beda. Kalo gue sembuhnya dengan kerja yang banyak."
Bianca lalu turun dari mobil, Julian buru-buru mengikutinya.
"Lo patah hati karena Julia bilang nggak mau kenal lo lagi?"
"Iyalah, apa lagi?"
"Bey, dia–"
"Cukup. Jangan lo jelekin dia."
Bianca berusaha berjalan, tapi jujur dia merasa lemas. Deraan hati sungguh berat baginya minggu itu. Tiba-tiba asetnya dibekukan, tiba-tiba harus menikah dengan Julian, dan tiba-tiba harus kehilangan sahabat yang paling berharga di hatinya.
Bukan manja, apalagi sengaja, tiba-tiba Bianca oleng.
Julian langsung meraihnya agar dia tidak jatuh ke aspal.
Bianca menertawai dirinya sendiri.
"Anjirlah, lemah banget gue."
"Kamu sakit, Bey, bukan lemah."
"Benci banget gue, lo sampai lihat kondisi gue yang kayak gini. Tolong dilupain aja."
"Aku bakal inget terus. Aku bakal jadi suami kamu. Nanti aku bantuin kalo kamu sakit."
"Yan (singkatan dari Julian), denger ya. Lo nggak megangin gue ke mana-mana juga Bunda bakal modalin film sama album lo. Lo nggak perlu lebay gini. Lo nggak akan kehilangan uang lo."
Kini giliran Julian yang tertawa getir.
"Bey, yang kamu punya itu bukan cuma uang."
Kening Bianca berkerut. "Maksudnya?"
"Aku emang mau sesuatu dari kamu, tapi bukan uang kamu."
"Jadi mau lo apa?"
"Nanti juga kamu tahu sendiri."
Mansion keluarga Hartoyo sangat luas. Dari pintu depan sampai ke kamar tidur Bianca sungguh jauh, dan Julian merangkulnya sepanjang jalan.
"Yan, lo bukan mau punya anak sama gue biar bisa dapet bagian harta Hartoyo, kan?"
"Harta sama uang kan sama aja, Bey," Julian membantah dengan nada lelah. "Tapi kalo bikin anak sama kamu aku mau, kok. Tinggal bilang aja maunya kapan."
"Dasar gila, lo, ya!!!"
"Kan kamu yang mulai, Bey! Kok malah aku sih yang dimarahin? Ya kalo kamu nawarin ngapain aku tolak?"
"Sinting! Gue nggak akan pernah ya nawar-nawarin diri ke elo!"
Agnes, Bundanya Bianca, muncul tepat di saat Bianca hendak memukuli Julian dengan tasnya yang seharga puluhan juta itu.
"Heh, kok mau mukulin Julian? Katanya tadi samanya kumat. Ternyata masih banyak tenaga!"
Bianca langsung menjauh dari Julian, melepas sepatu high heelsnya, lalu berjalan sendiri ke kamarnya yang berada jauh di dalam mansion.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Idol's Secret Wife
RomanceAku kaya raya, tapi dipaksa nikah dengan idol yang kubenci! Bianca adalah pewaris tunggal keluarga Hartoyo yang kaya raya. Sayangnya, karena skandal dengan mantan pacarnya, ibunya marah besar dan mengancamnya untuk menghapus namanya dari Kartu Kelua...