24. Finding The Courage

716 98 8
                                    

Di ruang meeting, Bianca sedang duduk menghadap papan tulis putih berukuran besar. Dia sudah menulis semua rencana kerja jangka pendeknya di situ, dan berencana meninjau ulang setiap poin.

Tapi yang ada, dia malah diam dan melamun, terkenang ciumannya dengan Julian di pagi hari tadi.

He's a good kisser, pikirnya. Pasti banyak pengalaman kissing dulunya, biarpun mengaku pacaran baru 3 kali.

"Ciyeeee ngelamun Boss kita!" goda Cecilia keras-keras. "Nape, boss, jatuh cinta lo ya?"

Biasanya, Bianca punya banyak balasan untuk Cecilia yang sering menggodanya. Namun hari itu, lidahnya kelu. Dia diam.

Tak membantah.

Kaget karena sang boss yang  biasanya paling jago berdebat tiba-tiba diam, Cecilia lalu buru-buru masuk ke ruang meeting.

"Boss, lo kenapa? Sakit?"

"..........nggak."

"Mual? Pusing? Hamil kali!"

Bianca serta-merta melempar Cecilia dengan bolpennya. 

"Oh, masih bisa lempar-lempar barang, sehat berarti."

"Sialan!"

Cecilia buru-buru duduk di sebelah Bianca. "Gimana-gimana? Mau bahas apa dulu, nih? Kerjaan apa curhat dulu?"

Lagi-lagi, Bianca mendadak bungkam. 

"Tuh kan, mendadak jadi anyep gini lo-nya! Takut nih gue! Lo kenapa sih? Baik-baik aja or ada masalah?"

"Gue baik-baik aja, tapi dalam masalah juga."

Cecilia keningnya jadi berkerut. 

"Apaan sih? Pilih satu lah Cuy, lo ada masalah apa baik-baik aja?"

"Dua-duanya."

"Ya nggak bisa dua-duanya lah Anying! Bikin emosi juga ya! Gue mau bantuin tapi lo-nya ngeselin banget, Bey, haduh!"

Bianca malah tertawa.

Cecilia menutup mata, lalu melihat ke langit-langit, "Ya Allah, kasih Cecilia kesabaran, ya Allah! Ingetin Cecilia kalo Bey yang gaji aku!"

Bianca masih tertawa melihat tingkah sekretarisnya yang cantik, cerdas, tapi jamet itu. 

"Jadi gimana, cepetan curhat, kayaknya lo butuh banget cerita!"

Bianca terdiam sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk bercerita.

"Julian, Ces."

"Kenapa? Dia jahatin lo, Bey?"

"Nggak. Jauh banget dari jahat."

"Lah? Bagus, dong? Masalahnya apa?"

"Ya di situ. Dia terlalu baik buat gue. Jadi nggak bisa ditolak."

"Lagian buat apa ditolak? Dia suami sah lo ya, kalo lo lupa."

"Ces....."

"Apa sih, Bey? Lo jangan bikin gue takut, deh! Masalahnya apa, sih? Bikin gue ngerti!"

"Kayaknya gue.....jadi suka juga, sama Julian."

"Bagus, dong? Kenapa lo jadi galau?"

"Masih shock aja sama jalan hidup gue, Ces. Sampai dua bulan lalu, gue masih benci sama dia. Terus tahu-tahu dijodohin. Setelah tinggal bareng, gue...... nggak bisa terus benci sama dia. Karena dia itu baik banget sama gue, like his whole world revolves around me."

"Bitch, that's the closest thing I heard of a fairy tale!"

Cecilia kembali lagi dengan bahasa kasarnya, Bianca hanya bisa menarik napas.

The Idol's Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang