12. Her Permission

741 90 6
                                    

Sudah seminggu mereka menikah dan tinggal bersama. Bianca merasa mereka seperti teman kosan yang saling sopan dengan satu sama lain. Masih terasa aneh, tapi Bianca tak ingin ribut, jadi bisa dibilang kondisi mereka cukup baik.

Hari Minggu itu, mereka pergi bersama ke mansion Hartoyo untuk makan siang dengan orangtua Bianca.

"Kamu nggak masalah, libur tapi ke rumah Bunda?"

"Nggak. Wajar aja mereka minta kita lunch di sana. Kamu kan anak mereka."

"Kamu nggak pengen ke rumah orangtua kamu juga?"

"Nggak harus minggu inilah. Kapan-kapan juga bisa."

"Maybe we should go to your parents next week."

"Mamaku pasti seneng kalo kamu datang."

"Ya, menghormati aja. Sebulan sekalilah, at least, kita makan sama orangtua kita."

"Lebih sering juga boleh, Bey."

"Janganlah. Kamu juga butuh me time, kan kerja enam hari seminggu."

"Ini udah mendingan, lho, Bey. Dulu aku syuting kejar tayang tuh tujuh hari seminggu."

"Hah? Gila aja! Kerja macam apa itu? Kerja rodi?"

"Ya namanya juga kejar tayang."

"Nanti kalau kamu syuting Fiksi sama Rora, kalian kerja lima hari seminggu aja, biar manusiawi."

"Emangnya nggak rugi itu biaya produksinya?"

"Nggak harusnya."

"Kamu nggak mau aku kecapekan ya, Bey?" goda Julian.

"Aku cuma merasa kerja itu harus manusiawi. Semua orang dari kuli sampai presiden itu butuh istirahat."

"If you say so. Aku ikut apa kata Bu Boss aja."

Saat Bianca melirik ke samping, Julian sedang tersenyum lebar, sampai matanya menghilang dan hanya tersisa dua garis lengkung tipis.

"Kalo nyetir itu yang fokus."

"Jangan salahin aku. Yang salah itu kamu."

"Lah, aku salah apa?"

"Cantik banget jadi cewek. Siapa yang bisa fokus nyetir sebelah kamu?"

Bianca mendengus. "Yan, Yan. Gombal kok dijadiin hobi."

**********************************

Makan siang di rumah keluarga Hartoyo berlangsung sedikit kaku, tapi tak terlalu buruk.

Bunda bertanya banyak hal, dan Bianca menjawab dengan agak jengkel, sedangkan Julian menjawab dengan sangat sopan.

Selesai makan, Bianca ke kamarnya untuk mengambil beberapa tas brandednya untuk dibawa ke apartemen.

**********************************

"Kamu dan Julian berjalan lebih baik dari perkiraan Bunda."

Bunda mengikuti Bianca masuk ke kamarnya.

"Kenapa, karena aku nggak kabur, ya?"

"Iya. Kaget juga Bunda."

"Aku kan udah janji mau tinggal di apartemen itu dua tahun."

"Ya..... Kalo berat banget nikah sama dia, Bunda juga nggak akan ngusir kamu kalau kamu butuh pulang. Bunda nggak sekejam itu."

"Kita kayak temen satu kos aja gitu, Bun."

"Teman... Hem.... Udah nggak benci jadi ceritanya?"

Bianca tak menjawab, hanya membandingkan dua tas Hermes Birkinnya.

The Idol's Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang