6. Enter Cecilia

775 95 3
                                    

Setelah sarapan bersama di rumah Bianca yang berlalu dengan sangat awkward, mereka semobil bersama, yang juga sama awkwardnya. Intinya kata kunci mereka itu masih "awkward" atau terasa sangat canggung.

Julian memaksa mengantar Bianca ke Bellissima.

"Kamu lagi sakit, aku harus tanggung jawab. Udah, nggak usah berdebat, aku anterin aja."

"Dih, siapa yang minta kamu tanggung jawab? Gue punya mobil dua belas ya, warnanya kucocokin sesuai warna baju gue. Driver juga ada. Gue bukan jenis cewek yang perlu lo anter-jemput. Mending kamu pulang, tidur, biar gak ada mata panda. Muka lo kan modal lo buat cari duit."

Julian langsung melirik ke cermin terdekat. Benar saja, ada kantung mata hitam di bawah kedua matanya.

"Nggak peduli kamu punya mobil dan driver berapa. Tunangan kamu cuma satu, aku. Aku yang harus jagain kamu kalo kamu sakit. Hemat napas kamu. Nggak usah ngelawan aku terus. Duduk manis aja, aku anterin ke kantor."

Bianca sama sekali bukan perempuan yang suka "duduk manis saja," tapi dia juga betul-betul sedang tidak fit, jadi dia memilih hemat tenaga daripada berdebat terus dengan Julian. Lagipula, biar saja Julian yang keluar uang bensin hari itu. Bianca memang sudah kaya raya, tapi berhemat tidak pernah salah.

Sampai di kantor Bellissima, Bianca berterima kasih lagi. Nada bicaranya datar, seperti suara voice mail.

"Makasih udah dianterin, semoga lancar syutingnya."

"Suara kamu kayak suara operator telepon yang direkam. Nggak usah maksa bilang makasih kalo nggak pengen, aku juga nggak minta."

"Ini masalah sopan santun. Udah auto pilot, didikan Bunda."

"Jangan sakit lagi, Bey."

"Aku nggak pernah pengen sakit."

"Ya udah yang sehat."

"He eh."

"Aku pulang dulu, ya."

"Oke."

"Aku berangkat syuting jam 7 malem."

"Ya."

Berjalan cepat agar bisa kabur dari Julian, Bianca masuk ke kantornya.

Entah apa mau laki-laki itu. Sepertinya dia sedang cosplay jadi tunangan yang baik. Dia bergidik. Mungkin karena Julian aktor. Aktingnya jago.

"Ya ampun Beyyyyy!" Cecilia, sekretarisnya, menyapa Bianca dengan heboh. "Lo gimana sihhhh, kita pisah pas weekend doang, tahu-tahu lo dihamilin Julian Kevano??? Itu maksudnya gimana Bebbbbb, cerita dong sama eyke!"

Hidup sudah kembali normal lagi, pikir Bianca, mendengar suara Cecilia yang melengking tinggi saat heboh, Bianca optimis hidupnya akan berjalan seperti biasa lagi.

Kantornya memang kecil, tapi terletak di SCBD, karena dia ingin mendapat banyak perhatian dari klien yang potensial. Dia bisa saja menggunakan kantor yang lebih mahal. Bahkan membeli gedung di SCBD dia juga bisa. Hanya saja, Bianca ingin bisnisnya ini berjalan natural, tanpa perlu heboh tanpa alasan jelas.

Selama dua tahun ini, dia menjalankan agencynya dengan tenang dan tekun dari kantor cantik yang ukurannya tak seberapa luas itu.

"Lo gak hamil beneran, kan, Bey?"

"Ya nggaklah Cessss (baca: Ses), lo kira gue udah gila apa gimana?"

"Terus gimana ceritanya lo tahu-tahu bisa bareng sama Julian Kevano?"

Kantor mereka saat itu cuma dihuni sedikit orang. Bianca, Cecilia yang merupakan sekretaris Bianca merangkap resepsionis, Mbak Kiki yang bertugas bersih-bersih, dan Pak Syaiful, Satpam mereka.

The Idol's Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang