10. A Shocking Morning

983 99 11
                                    

Bagai pengangguran, Julian duduk di ruang TV lantai satu berjam-jam. Untuk apa? Jelas untuk menunggu Bianca bangun dari tidur siangnya. 

Sebetulnya tidak percuma juga, dia berhasil menghafalkan banyak dialog untuk syuting sinetronnya keesokan harinya. Saat penat dia menonton Netflix atau sekedar melihat-lihat youtube.

Empat jam kemudian Bianca mengirim pesan whatsapp:

B: Gue baru bangun.

J: "Aku baru bangun."

B: ya itu. Aku.

J: ayo ke mall bawah. Lunch. Udah jam tiga nih. Kamu sarapan sama di wedding tadi susah makan, kan?

B: iya.

J: ya udah, buruan keluar. Makan bareng. 

B: harus banget bareng, Yan?

J: kamu kan yang setuju buat nggak musuhan di rumah sendiri. Mau musuhan dua tahun? Capek lho, Bey.

B: nggak. Mikirnya aja nggak ada tenaga. Ya udah. Aku siap-siap bentar.

Lima menit kemudian, Bianca keluar kamar dengan jeans dan blus tangan panjang.

Tanpa suara, mereka turun dari apartemen ke mall. Rasanya sangat aneh dan canggung, tapi juga bukannya tak tertahankan. 

"Mau makan apa?" tanya Julian.

Bianca melihat ke sekitar. Mereka berada di lantai yang memang penuh dengan restoran. 

"Beef bowl aja kali. Lo gimana?"

"Kamu gimana?" Julian membetulkan.

Bianca menarik napas tak sabar, "Iya, iya, kamu gimana? Mau juga nggak?"

"Aku ikut aja."

Mereka masuk ke restoran, memesan, lalu memilih kursi. 

Sambil makan, Julian mengirimkan Bianca sebuah dokumen google drive berisi jadwal kerjanya sampai akhir bulan. 

"Bey, aku kirimin jadwalku sampai akhir bulan ke kamu. Tiap bulan aku bakal kirim. Kamu kirimin aku jadwal kamu juga, ya?"

"Harus, Yan?"

"Harus. Ini bare minimum, Bey. Kita tuh nikah. Sesingkat atau selama apapun, kita tetep nikah. Masa saling info jadwal masing-masing aja nggak mau?"

Bianca menghela napas, "Ya udah, ntar balik apartemen gu--aku kirimin."

Julian terkekeh, masih menertawakan perkara Bianca yang struggling bicara dengannya pakai aku-kamu. Lucu.

Selesai makan, Julian bertanya apa yang ingin dilakukan istrinya selanjutnya. 

"Males ngapa-ngapain. Pulang aja kali. Malem aku bikin salad aja. Kalo kamu ngerasa salad kurang, beli aja sekarang makanan yang lain."

"Emangnya kamu bisa, Bey, bikin salad?"

"Dih, menghina banget. Bisalah. Aku emang nggak bisa masak, tapi bikin salad itu kan nggak masak, tinggal potong-potong sama campur-campur doang!"

"Kalo marah ngomong "aku" nya lancar, ya."

Bianca terdiam, lalu berjalan duluan meninggalkan suaminya. Julian tergelak, sebelum mengejar Bianca yang menuju ke sebuah supermarket, untuk membuat salad.

"Kamu makan apa nanti malem?"

"Salad aja."

"Yakin? Nggak kurang?"

"Aku harus diet juga, kan sinetronku lagi kejar tayang."

Benar juga, pikir Bianca. 

Ada banyak orang yang sebetulnya memperhatikan mereka dari tadi, bahkan mengambil foto dan merekam video mereka. 

The Idol's Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang