47. Smiles, Tears and Drama

437 75 10
                                    

Sabtu pagi itu, Bianca dan Julian sarapan di kamar rumah sakit Oma. Menunya adalah lontong sayur. Oma selalu ngotot makan sendiri, biarpun di hari pertama dia lemas sekali, dia menolak disuapi.

"Oma bukan bayi!" begitu protesnya.

Oma mengamati cucu dan cucu mantunya sarapan. Bianca sudah terlihat sehat, meskipun tadi malam asmanya kambuh. Pertengkaran mereka membuat Bianca sedih. Oma tahu itu. Tapi Oma juga sedih, jadi impas, kan?

Oma hanya mendengar obrolan mereka tentang syuting film terbaru Julian. Dia tahu Bianca malas basa-basi. Tapi dengan Julian, dia banyak bicara.

Kehadiran Julian membuat cucunya terlihat lebih tenang.

Setelah mereka selesai makan, Oma memanggil Bianca.

"Sini Bianca. Oma mau bicara."

Bianca menghampiri ranjang Oma.

"Kamu pulang aja ke Jakarta. Temani suami kamu."

"Nggak mau. Mau di sini sama Oma."

"Ke Jakarta. Kamu istri orang, Bianca."

"Sebelum Bianca jadi istri Julian, Bianca jadi cucu Oma lebih dulu. Oma sakit. Bianca mau di sini."

"Nggak baik begitu. Urus suami kamu."

"Tapi Oma belum maafin Bianca."

"Resepsi kamu harus di sini, dan harus Oma yang atur semuanya."

Bianca tertegun sejenak. Saat mendengar ini, Julian bangkit dari duduknya dan menghampiri ranjang Oma juga.

"Maksudnya....... Oma udah maafin aku?"

"Memangnya ada pilihan lain?"

"Nggak ada."

"Oma maafin."

Bianca langsung menghambur dan memeluk Omanya sambil menangis.

"Udah, nggak malu sama Julian?"

"Nggak!" jawab Bianca sambil memeluk sang Oma erat.

"Jangan lagi kamu sembunyikan apapun dari Oma. Apalagi bohongin Oma. Ngerti kamu?"

"Iya, Oma! Nggak lagi!"

"Bagus. Sekarang hentikan tangisan kamu."

Bianca berdiri tegak, menghapus air matanya.

"Bilang dokter, Oma mau pulang."

"Tapi Oma katanya kan harus observasi sebulan! Ini baru dua minggu, Oma!"

"Oma sakit karena kamu. Sekarang kita sudah damai. Oma pasti sembuh."

Bianca berdiri mematung di sebelah ranjang Oma.

"Tunggu apa lagi? Tunggu ayam bertelur emas? Cepat panggil dokter! Oma mau pulang!"

Bianca memencet bel di atas tempat tidur untuk memanggil dokter.

Karena dokternya kalah wibawa dengan Oma, akhirnya dia merelakan Oma pulang. Memang kondisinya lemah tapi stabil. Mungkin malah akan membaik di lingkungan yang disukainya, yaitu di rumah.

Bianca mengabari Bunda, lalu bersama dengan Julian, mereka pulang ke rumah keluarga Hartoyo di Solo.

Oma sudah menyuruh koki untuk memasakkan makanan kesukaan Bianca, sesuatu yang membuat Bianca terharu, sampai harus menahan tangis di meja makan. Ini betul-betul kebiasaan sang Oma. Saat Bianca ke Solo, rumah itu hanya masak kesukaan sang cucu.

Oma betul-betul sudah tak marah padanya, dan Bianca sangat bersyukur.

Semua pura-pura tak melihat Bianca menghapus air mata yang jatuh ke pipi, kecuali Julian yang membelai punggung istrinya.

The Idol's Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang