Bab 18

151 16 15
                                    

Yechan-ah, kita tidak bisa belajar hari ini. Aku harus bicara dengan Xen, Ku harap kamu tidak cemburu. Sebagai ganti nya, aku akan menyelesai kan sisa tugas yang di berikan pak Taedong.
.
.
.
Mengetik dengan cepat, Jehyun mencoba memberi kabar pada Yechan bahwa dia membatalkan rencana belajar bersama nya, tentu dengan sedikit drama yang di lebihkan. Bagaimana Yechan tidak langsung melempar handphone nya ketika membaca pesan singkat itu.

Senyum Jehyun tak pernah redup selama mengetik pesan itu, membuat Xen tentu penasaran setengah mati.

Berhasil mengintip sedikit, hanya bagaian nama Yechan yang terlihat. Namun sudah membuat Xen tau apa yang di kerjakan Jehyun.

"Kamu mengirimi nya pesan ?"

Jehyun menolehkan kepalanya agar bisa melihat ekspresi Xen saat bertanya seperti itu. Apa dia cemburu ?? Atau sekedar ingin tau

Ah...Jehyun tidak bisa membaca apapun dari raut wajah itu. Apa yang bisa di harapkan dari pemilik wajah datar tanpa ekspresi seperti Xen.

"Apa perduli mu ? "

Jehyun kembali meletakkan handphone nya di meja. Lalu menatap sinis Xen

"Aku hanya bertanya."

"Urus lah urusan mu sendiri, Xen. Ada apa kamu mengajak ku bicara ?"

Pada akhirnya Jehyun terpaksa mengajak Xen kerumahnya ketika Xen mendesak nya untuk bicara. Berjanji tidak akan lama, membuat Jehyun mengamini permintaan Xen.

Disini lah sekarang mereka, duduk di sebuah sofa di ruangan yang terletak di tengah-tengah antara bebarapa pintu kamar.

Ruangan yang sama saat Yechan berkunjung terakhir kali untuk belajar. Yang membedakan saat itu, Yechan memilih duduk di permadani yang menjadi alas lantai marmer nya.

Alasannya agar tidak terlalu jauh jarak dengan meja, memudahkan nya untuk menulis. Ya...apapun yang di lakukan Yechan selalu membuat Jehyun terperangah kagum.

Xen menyentuh tangan Jehyun hati-hati, lalu mencoba mengaitkan jari-jarinya di antara jari-jari Jehyun. Kepala Jehyun menunduk menatap tangan nya, sebuah genggaman yang dulu sangat di sukai nya.

"Aku merindukan mu, Jehyun."

Kepala Jehyun langsung terangkat, bersamaan dengan Jehyun menarik kembali tangan nya dari genggaman Xen.

"Aku tidak. Kamu memilih meninggalkan ku tanpa memberi tau lebih dulu."

"Bukan begitu, biar aku jelaskan !"

Kali ini Jehyun berdiri menjauh dari xen. Ingatan nya kembali melambung, pada hari di mana dia mengetahui Xen pergi tanpa bicara apapun padanya.
.
.
.
"Jaehan hyung...Ayo, kita temui xen di rumahnya !" Seru Jehyun yang mengajak Jaehan mengunjungi Xen karna dia tidak datang kesekolah hari itu.

Tak ada Jawaban. Wajah Jaehan tertunduk dan sedikit terlihat murung.

"Ada apa ? Hyung sakit ?"

Jaehan mengangkat kepalanya lalu menatap Jehyun. Matanya penuh dengan kesedihan, namun tak ada satu kata yang bisa dia ucapkan.

"Katakan sesuatu, jika Hyung tidak ingin ikut. Biar aku yang melihat keadaan Xen sendiri."

Jehyun berniat Pergi kerumah Xen seorang diri, baru melangkah kan kaki Jaehan langsung menghentikan nya.

"Dengar kan aku, Kamu tidak perlu kesana. "

"Tapi kenapa Hyung ?"

"Kamu tidak akan bisa menemui nya, Jehyun."

Jehyun berlari secepat yang dia bisa, seakan itu adalah waktu terakhir yang akan berdentang di bumi. Sesekali dia melirik jam tangan nya, semoga keterlambatannya hanyalah mimpi saja.

Love Affirmation Where stories live. Discover now