Undangan Pernikahan

71 0 0
                                    

Claudia turun dari pangkuan Ben lalu menatap Ben dengan senyuman yang terlihat paksaan Ben yang melihat itu tau bahwa Claudia kecewa padany

"Kamu udah sikat gigi kan? Yuk tidur udah malem nih" ajak Claudia yang masih menunjukan senyum manisnya.

"Ody.." panggilan Ben, Ben ingin sekali menenangkan Claudia tapi sepertinya Claudia enggan mendengarkannya.

"Ayo kita tidur mas udah ngantuk nih aku besok ada ujian mendadak dari Bu Amel"

"Claudia please.." tegur Ben lagi, kini malah menarik tangan Claudia untuk membawa tubuh gadis itu kedalam pelukan Ben.

Sungguh Ben ingin sekali mengulang waktu, harusnya Ben tidak mengatakan hal yang menyakiti hati Claudia disaat mereka sedang bahagia saling mengungkapkan perasaan.

Tapi jika Ben mengatakan pada hari dimana Ben menikah justru akan membuat Claudia lebih sakit hati lagi dan Ben tak ingin Claudia membencinya begitu besar, cukup Claudia mereka kecewa sekarang ini ketimbang nanti.

"Udah ya pelukannya, ayoo tidur mas" ucap Claudia seraya berusaha melepaskan pelukan Ben hingga terdengar hela nafas pelan dari Ben lalu tak lama ka pelukan kami terlepas.

"Iya kita tidur"

Claudia tersenyum menatap Ben yang akhirnya mengerti kenapa dirinya menghindari pembicaraan pernikahan Ben. Bagi Claudia lebih baik tak mendengarkan walaupun sakit tapi Claudia yakin semua akan hilang jika tidak terlalu memikirkan itu semua.

"Kamu disebelah sini ya, biar aku disana okay"

"Ody.." Ben sepertinya masih berusaha keras ingin membicarakan perihal pernikahannya. Claudia pikir Ben akan mengerti dirinya namun nyatanya tidak.

Claudia tak menghiraukan Ben dirinya memilih menuju bagian untuk dia tiduri, Claudia mematikan lampu terlebih dulu dan menyalakan lampu tidur agar tidak terlalu gelap. Membiarkan Ben yang masih mematung ditempat.

"Sudahh ayo kita tidur, good night mas Ben"

Lima menit memejamkan mata akhirnya dapat Claudia rasakan ranjang yang bergerak karena Ben menaiki ranjangnya tak lama Claudia mendapatkan sebuah kecupan dibelakang kepalanya

"Aku tau kamu berusaha menghindar, maafin aku menjatuhkan dirimu yang sudah terbang tinggi sayang. Walaupun aku menikah jiwa sama raga ini cuma milik kamu sayang, rasa cinta ini gak pernah pudar"

Mendengar ucapan Ben membuat Claudia mengigit bibir bawahnya menahan sesak didada dirinya tidak mau berharap lebih, karena Claudia tau laki-laki yang bilang cinta mati tapi menyakiti wanitanya tentu bukanlah lelaki sejati.

Bener kata Kevin, mungkin memang Ben bukan jodohnya.

Kini tangan Ben memeluk Claudia dari arah belakang, membenamkan wajahnya ditengkuk Claudia deru nafas yang sedikit memburu serta dapat Claudia rasakan ada sedikit air mengalir di lehernya bahkan kini terdengar isak tangis dari Ben.

Ben juga tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf, Claudia yang merasa tangisan Ben semakin menjadi pun membalikan tubuhnya.

Ditatapnya wajah Ben memerah walaupun gelap Claudia masih bisa melihat wajah Ben karena lampu tidurnya tidak dimatikan.

"Jangan menangis" ucap Claudia

"Maafin aku" dengan sesegukan Ben menatap dan meminta maaf pada Claudia.

Claudia meninggikan posisinya lalu membawa Ben kedalam pelukannya.

"Aku tidak marah, jangan menangis lagi hm"

"Kalau tidak marah lantas mengapa mendiamkanku ketika aku memanggilmu"

Claudia menghela nafasnya ini kali pertama Claudia melihat sisi kekanan dari Ben, tak menyangka bahwa pria yang selama ini dicintainya memiliki sisi semenggemaskan ini.

Guruku Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang