Amarah Ben

19 0 0
                                    

Claudia menutup mulutnya menahan tawa saat melihat Revan ketakutan dimarahi oleh Mira.

"Awas ya kamu Van, mama gak akan restuin kamu sama Ody"

"Tante jangan gitu dong, Revan kan bercanda"

Revan menunjukan wajah memelasnya pada Mira juga Claudia.

"Panggil mama dulu baru direstuin"

"Eh beneran boleh nih manggil mama?" Tanya Revan tak percaya, seminggu pacaran dengan Claudia baru hari ini dirinya ingin minta izin langsung pada Mira juga Wiran tapi sepertinya mereka sudah mengetahui hubungan Revan dengan Claudia.

"Boleh, makanya jangan manggil tante lagi"

"Ok deh mama"

Mira tersenyum melihat Revan yang begitu bahagia begitu juga Claudia yang kini merasakan kembali kehangatan dihatinya semenjak ada Revan disisinya.

Jika boleh jujur Claudia masih belum memiliki rasa yang besar terhadap Revan tapi karena sifat dan karakter Revan yang selalu positif tentu membuat Claudia merasa dilindungi.

Claudia yakin seiring berjalannya waktu dirinya bisa mencintai Revan sebesar lelaki itu mencintainya.

"Mama kasih tau ke aku dong, Didi itu anaknya gimana si masa udah pacaran sama aku tapi masih cuekin aku"

"Kenapa gak kamu tanya sendiri keanaknya?"

Revan kini menatap Claudia yang berada disebelahnya yang juga menatap kearah Revan.

"Didi boro-boro mau kasih tau aku tentang dirinya ma, dia tuh kalo aku chat balesnya aja singkat banget trus kalo ketemu aku yang banyak bawel"

Mira tersenyum melihat Claudia yang menundukan wajahnya karena malu.

"Suatu saat kamu akan tau Van apa yang buat dia begitu tanpa dia bilang"

Seketika Revan terdiam, dugaannya bener kalau Claudia menyembunyikan sesuatu darinya.

Tangan Revan kini terulur untuk mengelus rambut Claudia, Mira yang sedari tadu duduk dihadapan mereka terus saja tersenyum. Mira bahagia anaknya menemukan pasangan yang bisa mengerti anaknya.

"Apapun masalah kamu, kita perbaiki sama-sama ya" ucap Revan tulus dengan tangan yang masih mengusap rambut Claudia.

"Uluhhh papa!!! Tau gini mama ikut papa aja deh, dua anak mama pada bucin!!"

"Mama ih malu udah tua"

"Yee tua gini mama masih kuat ya"

"Kuat apa ma?" Kini giliran Revan yang menggoda Mira.

"Kuat bebenah rumah dan masaklah apa lagi, kamu nih mesum banget jauh-jauh dari anak mama!"

Mendengar gerutu Mira tentu membuat Revan dan Claudia tertawa.

Revan kini tak heran lagi dengan kelakuan Mario ternyata turun dari Mira.

"Kalo aku menjauh dari anak mama yang ada aku bisa gila"

"Eleh lebay kamu Van, mama masukin pentil juga kamu lama-lama"

"Kekecilan mama mana muat"

"Muat!! Mama paksain sampe masuk!"

Revan tertawa puas melihat wajah kesal Mira begitu juga Claudia, dirinya senang melihag interaksi Revan dan Mira.

***

Dirumah kini Amelia tengah belajar memasak entah sudah telur keberapa yang gosong dimasaknya.

Setelah melewati morning sickness Amelia tak ingin Ben pergi kerja namun karena Ben hari ini menjadi guru pengganti untuk menghadiri acara sekolah mau tak mau Amelia harus terima ditinggal sendirian dirumah.

"Ck kenapa gosong terus si!!"

Karena sudah kesal Amelia pun mematikan kompor lalu menaruh pelaratan masaknya di wastafel tanpa mencucinya bahkan cangkang telur dibiarkannya berserakan dimana.

Amelia terlalu lelah membereskan itu semua, dirinya hanya menyapu dan belajar masak saja.

Amelia malas untuk cuci piring, cuci baju, strika, jemur baju, ngepel dan lain-lain menurutnya berat.

"Gofood ajalah"

Amelia menuju kamar mengambil handphonenya lalu mencari makanan yang ingin dimakannya.

Jam menunjukan pukul tiga sore maka sudah pasti sebentar lagi Ben akan pulang dan Amelia ingin suaminya tersenyum senang melihat banyak makanan yang Amelia pesan.

Lima belas menit menunggu akhirnya tiga kantong makan tiba, Amelia langsung membawa kedapur dan meletakannya dipiring lalu dibawanya ke meja tamu. Amelia membiarkan plastik dan wadah bekas makannya berserakan di dapur yang penting kini dirinya makan seraya menunggu suaminya pulang.

Terdengar deru mobil Ben memasuki garasi dan Amelia memilih melanjutkan makananya dirinya malas menyambut suaminya pulang karena baginya jika sudah menyiapkan makanan untuk suaminya maka tugasnya selesai.

Ben jalan gontai menuju pintu rumah sederhana yang dibelinya sekaligus isinya makanya saat pindah Ben hanya membawa baju.

Saat masuk seperti biasa Ben tak pernah mendapat sambutan dari Amelia.

Ben menghela nafasnya selalu seperti ini melihat Amelia yang duduk dengan banyak makanan juga rumah yang sangat kotor dan berantakan.

Pasti berakhir Ben yang membersihkan semuanya, sepertinya Ben harus cari pembantu dirinya terlalu lelah membereskan sendiri setiap hari.

"Aku pulang"

"Kamu mau makan mas?" Lagi pasti pertanyaan itu yang dilontarkan Amelia saat Ben sampai dirumah.

"Udah" Ben mendekat pada istrinya lalu duduk disofa single yang tak jauh jaraknya dari Amelia.

"Aku udah beli banyak loh mas, kok kamu udah makan sayang-sayang nih kalo gak dimakan"

"Besok bisa aku angetin"

"Hmm.." Amelia terlihat kesal dengan respon Ben yang tak bahagia atas usahanya.

"Mulai besok akan ada art yang bakalan nemenin kamu"

"Gak usah buat apa si mas, aku bisa sendiri!!" Marah Amelia mendengar ucapan Ben.

Ben menghela nafasnya lalu menatap tajam pada istrinya, ini kali pertama Ben menunjukan rasa kesalnya pada Amelia.

"Bisa sendiri? Lalu apa itu" tujuk Ben kearah dapur serta lantai.

"Aku udah cape ya Mel, selama ini aku diem dan beresin semua sendiri"

"Aku kan juga udah berusaha mas!!"

"Berusaha apa Mel? Kamu malah berantakin semua yang udah aku beresin!!! Kamu pikir aku gak capek pulang kerja rumah berantakan sampah dan piring berserakan!! Aku capek liat itu semua!!"

"Aku juga pengen disambut dengan senyuman dan ciuman dari istri aku, lihat mana pernah kamu kayak gitu!! Kamu cuma mikir makan-makan, aku gak terlalu butuh hal itu yang aku butuh kita saling melengkapi Mel!!"

"Aku kerja banting tulang cari uang buat kamu dan kebutuhan kita harusnya kamu balas dengan bebenah rumah dan memanjakan suami kamu!! Aku pasti juga bakalan bantu kamu beresin rumah kalo kamu capek ngerjainnya, kita suami istri Mel harus saling mengerti satu sama lain bukan egois sama diri sendiri!!"

Amelia terdiam mendengar bentakan Ben bahkan kini matanya mulai berkaca-kaca.

"Aku udah mulai menerima kamu jadi istri aku Mel tapi apa, kamu gak bisa hargai kerja aku gak peka akan aku!! Pokoknya mulai besok tetap ada art yang ngurud rumah dari pagi sampr sore! Terima atau nggaknya kamu aku gak perduli, ini demi kesehatan dan kebersihan kita bersama! Aku gak mau anak kita lahir cacat hanya karena kejorokan kamu!"

Setelahnya Ben masuk meninggalkan Amelia sendirian. Ben mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang untuk mencarikan art.

Guruku Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang