Maba

55 0 0
                                    

Claudia kini tengah berada di lapangan bersama mahasiswa baru lainnya. Claudia terlihat lebih banyak diam sangat berbeda waktu dirinya masuk SMA.

Entah kenapa Claudia enggan untuk berdekatan dengan siapapun.

Satu bulan sudah Claudia berada di Bandung kini dirinya sudah mulai masuk kuliah ini adalah hari pertamanya masuk sebagai mahasiswa baru.

Kampusnya tidak mengadakan ospek yang ekstrem seperti sebelum-sebelumnya. Kampusnya hanya mengenalkan budaya dan kegiatan yang berlaku selama ospek.

"Perhatian-Perhatian!" Salah seorang anak BEM sedang bicara lewat megaphone toa kini mengalihkan perhatian Claudia.

"Okay karena sudah liat ke sini semua, Perkenalkan nama saya Abian ketua BEM Universitas Xider Liv untuk semua maba mari kita mulai saja absen perkelas ya. Setiap anak BEM yang ada didepan kalian akan mengabsen kalian okay!!"

"Okay!!" Sorak semua mahasiswa baru.

Setelah mengabsen semua maba kini semua maba diminta untuk mengikuti arahan dua anggota BEM yang membimbing mereka.

"Ada yang punya ide yel-yel buat kelas kalian gak?" Tanya Maura anggota Bem yang membimbing kelas Claudia.

"Adaaa!!" Ucap salah seorang cowok yang baru saja masuk kelas Claudia

"Revan ! Berisik deh maneh bukan kelompok aing! Sana minggat gak!"

Semua anak kini menoleh pada Revan yang bukannya keluar karena omelan Maura justru mendekat pada Maura.

Claudia yang sudah malas pun memutar bola matanya dan menghadap kearah jendela.

"Bimo minta tukeran sama gue Ra, Abian juga udah setuju tadi"

"Ck males pisan ih kalo sama maneh"

"Ya elah Ra jangan gitu lo naksir gue nyaho lo"

"Udahh kak buru mulai ah pacaran mulu!" Ucap salah seorang maba kelasan Claudia.

Claudia sempat terteguh mendengar Revan yang faseh menggunakan bahasa gaul anak jakarta.

Pembahasan pun dimulai namun Claudia tak menatap kearah Revan dan Maura, Claudia tetap fokus pada jendela karena pemandangan luar lebih indah baginya.

"Heh yang lagi mandang jendela! Lo dengerin kita gak si!!"

Claudia dia yang mendapat teguran pun menolehkan kepalanya menatap kearah Revan dengan malas.

Revan yang ingin mencacimaki Claudia pun seketika terdiam melihat wajah tenang nan ayu milik Claudia.

"Lo denger gak hah kita bahas apa!!" Bukan Revan yang bicara melainkan Maura.

Claudia menganggukan kepalanya tanpa mengucapkan apapun.

"Apa kita ngomong apa tadi?" Kini Revan mulai melembutan nada bicaranya tentu hal itu membuat Maura menolehkan kepalanya pada Revan karena ini kali pertamanya melihat Revan bicara selembut itu.

"Kalian membahas perihal peraturan yang berlaku dikampus, apa yang boleh ada apa yang dilarang" ucap Claudia santai walaupun matanya menatap luar jendela fokus Claudia tetap pada pendengarannya.

"Lalu apa saja yang boleh dan tidak itu?" Tanya Maura lagi.

"Yang boleh kita bisa ngapain aja pakai baju bebas dan sebagainya karena kita sudah jadi mahasiswa, lalu yang tidak dibolehkan adalah narkoba mabuk bully dan tentunya memakai sendal ke kampus." Ucapan Claudia persis seperti yang diucapkan Maura tadi. Maura terdiam sesaat begitu pun dengan Revan yang semakin kagum pada Claudia.

"Okay, tolong fokus pada kita jangan fokus pada yang lain"

"Fokus gue emang sama yang lain tapi telinga gue masih berfungsi dengan baik untuk mendengar, gue cuma bosen kalian membahas hal yang sudah gue baca sebelum masuk ke kampus ini" ucap Claudia jujur yang diangguki oleh beberapa anak maba lainnya.

"Iya dia bener, dari pada kita bahas yang udah kita tau mending bahas yang lain atau kita melihat budaya dan seni yang diterapkan oleh kampus" usul salah satu maba perempuan yang duduk tak jauh dari Claudia.

"Bener tuh, kita yel-yel udah bikin ini kan sama bang Revan tinggal latihan aja buat hari h nanti" tamabahan usulan pun mulai bertambah Claudia tak mau melanjutkan usulan mereka Claudia masih betah menatap jendela.

Perilaku Claudia tak luput dari perhatian Revan.

**

Ben mengusap wajahnya kasar melihat foto yang dikirim istrinya.

Testpack dengan garis dua itu membuat Ben frustasi pasalnya dia ingin menunda dan tak ingin menyentuh istrinya sebelum dirinya bisa menghilangkan dan terbiasa bersama Amelia, namun karena obat perangsang yang entah siapa diberikan padanya.

"Arghh!!! Amel sialan, lo pasti ngejebak gue dengan minuman yang gue minum di samping kasur! Bangsat lo Mel !!"

Ben baru mengingat bahwa air mineral yang diminumnya kala itu adalah minuman terakhir yang dimunim Ben tanpa Ben ambil sendiri.

Ben sangat yakin bahwa air mineral itu sudah dicampur dengan obat perangsang.

"Tapi kalo gue nyakitin Amel otomatis kandungan Amel dalam bahaya juga, masa gue tega nyakitin anak gue sendiri. Arghhh sial!!!! Ody gue harus apa, gue gak mau jadi jahat tapi gue juga gak mau hubungan pernikahan gue dan Amel terus berjalan, gue cintanya sama lo Ody"

Air mata Ben mengalir tanpa dimintanya, Ben kini hancur. Atas keegoisan orang tuanya dan perbedaan umur membuatnya harus kehilangan cintanya.

Sebuah pesan kembali masuk, Ben kembali lihat pesan dari istrinya.

Mas pulang bawakan martabak keju coklat wijen ya, tiba-tiba pengen itu. Kamu beliin ya❤️

Ben tak membalas chat Amelia, Amelia memang selalu menunjukan sisi agresifnya pada Ben. Hingga membuat Ben terkadang ilfeel dengan Amelia.

Ben lebih memilih bersikap cuek pada Amelia ketimbang dirinya marah-marah tak jelas, bagi Ben lebih baik diam ketimbang melampiaskan kebarang-barang.

Ben memasukan handphonenya ke saku lalu berjalan menuju kelas.

Dalam perjalanan menuju kelas sekilas Ben mendengar ucapan muridnya.

"Pak Sean katanya berhenti jadi guru setelah kejadian dikelasnya kak Kevin tau"

Kira-kira itulah yang Ben dengar, ya memang kenyataannya seperti itu Sean menjadi bahan gosipan guru-guru dan murid.

Karena selain berhenti Sean juga memberikan nilai terbaik hanya pada kelas Claudia saja. Maka tak heran Sean menjadi bahan gosipan guru-guru dan murid.

"Sean berhenti, Claudia dan keluarga pergi entah kemana. Kini gue sendiri, pertemuan terakhir gue dan Ody diacara resepsi tuhann rasanya mau mati"

Begitulah Ben selalu bicara sendiri terkadang tak fokus mengajar kelas. Ben yang biasanya usil dengan beberapa murid kini menjadi pribadi yang pendiam.

**

Disebuah ruangan besar terlihat seorang pria tersenyum memandangi jendela besar miliknya.

Pintu ruangan terbuka juga tak membuatnya mengalihkan pandangannya.

"Tuan.. ada tamu yang ingin bertemu"

"Siapa?"

"Bundanya tuan"

Pria itu menghela nafasnya lalu membalikan tubuhnya.

"Suruh bunda masuk, tolong carikan makan siang untukku dan bunda."

"Baik tuan, saya permisi"

Pria itu mengganggukan kepalanya seraya menduduki sofa besar miliknya.

Pandangannya tertuju pada handphonenya, diusap lembut lalu senyuman cerah kembali terlihat diwajahnya

"Cantikku, sedang apa kamu di Bandung. Aku begitu merindukanmu, bahkan setelah tau kamu pergi aku juga ikut pergi. Sialnya kamu tak peka akan sikapku selama ini. Bikinmu kesal adalah hobiku sayang"

Pria itu mematikan handphonenya setelah mendengar suara pintu terbuka, memperlihatkan bundanya yang kini merentangkan tangannya ingin memeluk anak semata wayangny itu.

"Bunda merindukanmu sayang"

"Aku juga" pria itu membalas pelukan erat sang bunda hatinya menghangat mendapat pelukan wanita yang dicintainya itu.

Guruku Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang