Ketegangan Claudia mulai mereda kini dirinya mengambil secarik kertas lalu menulis sesuatu di kertas tersebut.
Selesai menulis Claudia menaruh kertas tersebut dibawah piring yang tadi diberikan Revan.
Buru-buru Claudia mengait tasnya ke lengan kirinya lalu perlahan keluar dari rumah.
Matanya menatap sekeliling jalan mencari angkotan umum untuknya pulang.
Lokasi rumah Revan memang tidak terlalu dari area kampus makanya Claudia tau jalan pulang walau baru semingguan kuliah dia sudah hapal rute menuju kampus dan rumahnya.
"Gue harus tenang, semua pasti baik-baik aja. Tuhan lindungi keluargaku"
Claudia tak henti-hentinya berdoa dalam perjalanannya menuju rumah.
Setelah tiga puluh menit perjalanan, Claudia sempat turun di dua persimpangan dan naik ojek menuju rumahnya.
Claudia memberikan uang kepada ojek tersebut dan buru-buru memasuki rumah.
Didalam terlihat ibu dan ayahnya tengah berpelukan disofa besar ruang tamu.
"Pa.. ma.." keduanya menoleh mana kala mendengar panggilan dari Claudia.
"Sayang... kamu gak papa kan?" Tanya Mira yang kini jalan pelan mendekati Claudia memastikan anaknya baik-baik saja.
"Aku baik-baik aja ma, sebenernya apa yang terjadi? Kenapa ada orang yang mengechatku dan mengatakan bahwa kalian akan mati setelah pabrik yang di jogja terbakar. Maa.. Pa.. tolong jelasin ke aku jangan bikin takut"
Wiran menghela nafasnya lalu jalan mendekati istri dan anaknya sedangkan Mira tak kuasa menahan tangis diwajahnya.
"Mama sama Papa gak tau siapa dalang dari ancaman ini nak, kami masih mencari. Ada yang berniat jahat pada keluarga kita entah apa motifnya" ucap Wiran kini mengusap kepala Claudia dan punggung Mira menenangkan keduanya.
"Lalu gimana keadaan karyawan di Jogja pa?"
"Lima orang tewas dan beberapa luka-luka rencana lusa papa akan kesana bersama abangmu. Untuk melihat keadaan disana"
Claudia pun menganggukan kepalanya mengerti bahwa kini mereka harus hati-hati.
"Kamu istirahat nak, papa mau bicara sama mama lagi ya"
"Iya pa, jangan terlalu lelah ya. Mama juga jangan terlalu dipikirin"
Ucapan Claudia disambut kecupan dipipinya oleh Mira dan Wiran.
"Terimakasih sayang" ucap Mira dan Wiran bersamaan.
"Sama-sama, oh ya ini aku bawakan kue kesukaan kalian"
"Ya tuhan kamu beli dimana? Mama cari ini gak ketemu dipasar"
"Hehehe dideket kampus ma tadi sekalian beli kue buat bundanya Revan"
Seketika raut wajah Mira berubah menjadi senyuman menggoda begitu pun Wiran. Mereka merasa senang anaknya mau membuka hati untuk orang lain. Setelah sekian lama mengurung dirinya di kamar.
"Revan siapa sayang? Kenalin dong ke papa sama mama"
"Eh cuma temen pa, bukan siapa-siapa"
"Jadi siapa-siapa juga gk papa kok mama dukung banget malah"
"Papa juga nih asal anak papa bahagia mah pasti dukung terus"
Claudia merasa pipinya memerah digoda kedua orang tuanya.
"Apa si pa.. ma.. dibilang cuma temen. Udah ah aku mau mandi"
Kini Claudia jalan menuju kamarnya meninggalkan kedua orang tuanya yang kini tersenyum senang melihat kelakuan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruku Suamiku (END)
Romance⚠️⚠️🔞🔞 cerita ini dewasa ya guys 18+ Ceritanya ini tentang seorang gadis yang patah hati 2 kali namun tak menyangka menemukan cinta sejatinya. 🦋Cerita ini sudah tamat di fizzo🦋