Pernikahan Ben

58 0 0
                                    

Dua bulan berlalu akhirnya Claudia lulus SMA dan berhasil meraih nilai terbaik, bahkan tak hanya Claudia saja yang mendapat nilai terbaik akan tetapi semua murid dikelasnya juga mendapatkan nilai yang serupa namun bedanya Claudia peringkat pertama.

Semua ini berkat Pak Sean, gue pikir hanya dimata pelajaran Pak Sean yang akan dinaikin nilainya tapi semua matkul hampir setiap murid dikelas mendapat nilai rata-rata delapan sampai sembilan gak ada yang dibawah delapan.

"Ma.." panggil Claudia pada Mira yang kini tengah menyiapkan bingkisan untuk hadiah penikahan Mas Ben yang diadakan seminggu yang lalu.

"Ya sayang?"

"Aku gak ikut ya" jawab Claudia yang terlihat murung.

Mira menghentikan gerakannya lalu menatap kearah Claudia, Mira mendekat lalu mengelus pelan pipi Claudia menenangkan anak gadisnya.

"Sayang, besok kita udah harus ke bandung sebentar aja ya ketemu sama mereka sebelum kita pergi."

"Tapi ma..."

"Mama tau ini berat buat kamu sayang, tapi mama gak enak seminggu yang lalu mereka menanyakan kamu sekarang acara resepsi masa kamu gak dateng juga. Mereka berharap kamu datang, lagi pula kepergian kita ke bandung gak ada yang tau sayang cuma keluarga kita aja kok"

Claudia menatap mama sendu lalu melangkah mendekat mama untuk memeluknya.

"Sakit banget ma hati aku"

Claudia tidak bisa menahan tangisannya hati Claudia begitu sakit bahkan ingin menghilang selamanya dari pada harus melihat Mas Ben dipelaminan bersama wanita pilihan kedua orang tuanya.

"Stt sayang, dengerin mama. Sakit itu hanya sebentar percaya sama mama, sebentar lagi tuhan akan memberikanmu kebahagian mungkin saat ini kamu diharuskan fokus kuliah dan mengejar mimpimu dulu sayang."

"Aku gak yakin ma"

Mira menghela nafasnya lalu melepaskan pelukan mereka menatap Claudia yang masih terlihat cantik walaupun air mata membasahi wajahnya.

"Mama juga sebenarnya gak yakin karena isi hati dan otak setiap orang itu berbeda termasuk anak mama sendiri tapi mama bisa pastikan membawa kamu dalam kebahagiaan setiap kamu terpuruk maka mama akan selalu disamping kamu sayang"

Claudia terdiam menatap ucapan tulus Mira tak lama air matanya kembali mengalir seraya memeluk Mira begitu erat.

Tak lama Mario dan Wiran pun datang menghampiri kami yang masih berpelukan.

"Ade gue galau amat si cintanya bertepuk sebelah tangan" ledek Mario

"Ck!! Mario kamu tuh!!" Omelan Mira membuat Mario terkekeh pelan

Plak

"Aduh!! Sakit pa!"

Mario mengusap kepalanya yang dipukul oleh Wiran, Wiran terlihat gemas sekali dengan tingkah laku anaknya yang satu ini.

"Gak liat sikon banget si kamu kak!"

"Hehe maaf pa, lagi ini kan suasana harusnya bahagia kenapa mesti sedih si"

Wiran membecik lalu menyeret tangan Mario keluar ruangan menuju mobil Wirna membiarkan istrinya menenangkan Claudia.

Mira pernah cerita pada Wiran kalau Claudia itu mencintai Ben namun tidak ada yang mengetahui perasaan Claudia selain Mira dan Kevin tapi akhir-akhir ini istrinya itu selalu menceritakan kondisi Claudia. Maka dari itu Wiran sepakat pindah ke Bandung hari ini, dan Mario akan tinggal di apartemen milik Wiran untuk membantu mengurus perusahaannya yang berada di Jakarta sedakan dirinya mengurus cabangnya di Bandung yang baru buka tiga bulan lalu. Wiran juga akan menjual rumah yang saat ini ditepatinya maka dari itu setelah semua pihak setuju Wiran memutuskan pindah termasuk menenangkan hati anaknya.

"Mario dengan papa, Claudia itu mencintai sahabatmu. Jangan meledeknya terus"

"Maksud papa, jadi... selama ini dugaanku bener dong"

"Hm Ben juga mencintai adikmu, dia mengaku pada papa setelah papa menitipkan rumah ini dan juga adikmu. Dia memberikan undangan pernikahan juga mengungkapkan perasaannya tapi dia juga gak bisa menolak keinginan kedua orang tuanya"

Mario mengepalkan tangannya hatinya merasa sesak mengetahui dua orang yang disayanginya saling mencintai namun tidak bisa bersama.

"Apa karena usia pa? Maka dari itu kedua orang tua Ben menikahi Ben? Apa papa akan seperti itu juga jika aku tak kunjung menikah?"

Wiran menghela nafasnya mendengar ucapan Mario.

"Ben bilang sama papa kalau dia juga mengatakan perasaannya yang mencintai Claudia pada orang tuanya tapi orang tua Ben menolak mentah-mentah karena usia Ben dan Claudia yang cukup jauh bukan karena usia Ben yang memang sudah diharuskan menikah. Papa membebaskanmu menentukan jodohmu atau kapan mau nikah papa tak ingin memaksa Mario"

Mario tersenyum mendengar ucapan terakhir Wiran namun senyumanny seketika memudar mengingat keegoisan kedua orang tua Ben.

"Pa selama aku di Jakarta aku janji akan menyembunyikan keberadaan kalian, tinggalah di Bandung dengan bahagia aku akan pulang seminggu 2 kali atau jika bisa seminggu 4 kali. Bagiku usia bukanlah penghalang dalam sebuah hubungan pa hanya keegoisan dari pihak keluargalah yang menghalanginya"

Wiran menepuk pundak Mario merasa bangga kini anaknya sudah tumbuh dewasa.

"Hmm tenang saja, mungkin jodoh adikmu sedang membangun proyek besar hahaha maklumi saja usianya masih muda biarkan dia merasa sakit sekarang agar bisa belajar dari rasa sakit itu untuk menjadi lebih baik"

"Ngemeng-ngemeng nih ya pa tumben bener kita ngomongnya nyambung hahaha"

Plak

Wiran memukul pelan tengkuk Mario tak heran lagi jika sedang serius tiba-tiba suasana langsung berubah menjadi tenang dan lucu hanya karena tingkah Mario.

"Bwt nih ada monyet gak kamu?" Tanya Wiran yang disambut kerutan pada dahi Mario.

"Ck si aki kalo ngomong tuh bermakna banget dah heran pakde"

Wiran terkekeh mendengar celotehan anaknya.

"Pertama nih yang bener itu btw ya terus kedua monyet tuh maksudnya cewekan parah banget ya nih aki-aki berarti nih iya hahahai papa secara gak langsung ngatai mama monyet dong hahaha" sambung Mario

"Eh! Gak gitu juga ya allah"

"Hahaha aduin ahh"

"Ck jangan! Papa beliin hp baru mau?"

"Dihh nyogok"

"Mau gak!"

"Mau tapi plus mobil sport terbaru ya"

"Ck gila ya kamu bangkrut yang ada papa nih"

Mario semakin tertawa melihat kepanikan papanya.

"Ya udah, mama!!!!" Teriakan Mario tentu membuat Wiran kalang kabut.

"Ehh Mario diem ck iyaa fine!!! Papa beliin"

"Yes!!"

Wiran yang terlihat kesal pun meninggalkan Mario masuk kedalam rumah namun belum jauh jarak mereka Mario kembali bertanya.

"Pa! Itu tau makna kalo cowok punya monyet itu dari siapa si!"

Mario sebenernya tau makna itu cowok punya monyet artinya cowoknya udah punya cewek atau pacar begitupun cewek punya monyet tapi biasanya perkataan itu diucapin oleh anak seusianya saja sedangkan papanya yang tau itu tentu membuat Mario penasaran.

Wiran menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Mario dengan senyuman mengejek.

"Papa kepoin hp kamu pas tidur dua minggu lalu plus ternyata anak papa super mesum ya nyimpen 1000 video bokeh. Parah kamu! Mobil dan hp baru batal ya Mario"

Mario melotot mendengar ucapan Wiran, memang benar jika dia memiliki 1000 video itu tapi semua sudah dikunci bagaimana bisa papanya tau semua.

"Papa tau dari mana sandi aku!!!"

"Lupa ya kamu papa kuliah jurusan apa, hahaha kita seri!"

Wiran meninggalkan Mario yang terdiam di samping mobil, dia melupakan satu hal tenang papanya. Menyebalkan sekali setiap kali Mario ingin menjatuhkan Wiran pasti selalu kalah namun menyenangkan juga akhirnya Mario mengetahui sisi lain dari papanya itu.

Guruku Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang