Mengagumi tanpa disadari

6 0 0
                                    

Sean ikut diam menunggu keputusan Ben dalam memilih.

"Gue... siap" ucap Ben dengan nada keraguan.

Sean menganggukan kepalanya lalu memberikan kartu namanya pada Ben.

"Ok, ini kartu nama gue takut sewaktu-waktu gue sibuk lo bisa ke kantor ketemu sama sekretaris gue"

Ben mengambil kartu nama Sean lalu menyimpannya dibelakang casing handphonenya.

"Jadi apa yang lo mau dari gue Sean?"

"Lo akan tau nanti, soal Claudia dia ada di Bandung"

"Dari mana lo tau?"

"Lo gak perlu tau Ben, sekarang dia lagi fokus sama kuliahnya. Dan perihal istri lo, setelah lahiran gue bakalan urus semuanya lo tinggal terima beres. Kalaupun anak yang dikandung istri lo bener anak lo, lo harus nerima kalo ini takdir lo Ben. Kalo bisa pisah rumah sama orang tua lo mungkin Amelia bisa berubah"

Ben terlihat berpikir, mungkin dirinya memang harus lebih fokus pada Amelia bagaimanapun setelah menikah Amelia adalah tanggung jawabnya. Orang tua sekarang urusan kedua, Ben lelah jika terus ada pertengkaran.

"Ok Ben gue harus balik ke kantor, gue pamit ya bro. Lo harus bisa bersifat lebih tegas lagi" ucap Sean lagi seraya berdiri dan mengulurkan tangannya.

Ben membalas jabatan tangan Sean lalu tersenyum senang mendapat kabar tentang Claudia juga mendapatkan bantuan dari Sean.

"Thanks banget ya An"

"Sama-sama Ben, gue pamit ya"

Ben menganggukan kepalanya lalu melepaskan jabatan tangan mereka, Sean kini sudah pergi meninggalkan Ben sendiri.

**

Bandung, 14.00 siang

Claudia kini tengah berada diruang tamu rumah Revan. Setelah membantu Revan pulang dari rumah sakit Claudia diminta Naumi untuk menemaninya dirumah karena selain ingin dekat dengan Claudia, Naumi sangat menyukai Claudia dulu Naumi menginginkan seorang anak perempuan tapi tuhan berkehendak lain. Naumi justru diberikan tiga jagoan yang selalu membawa kebahagiaan dalam hidupnya dan Naumi mensyukuri itu.

"Bunda dulu cantik banget pasti banyak yang naksir ya?" Tanya Claudia yang kini tengah melihat-lihat foto album milik Naumi.

"Hahaha justru mereka takut sama bunda, dulu bunda tuh galak dan yang berhasil jinakin bunda cuma ayahnya Revan" balas Naumi dengan nada malu-malu mengingat bagaimana suaminya berusaha meluluhkan hatinya.

"Masa si bunda, malah gak keliatan banget loh galaknya"

"Kamu nih persis bunda dulu cuma bedanya kamu lebih banyak diem, Revan itu juga perisi ayahnya bedanya lebih jail tuh anak"

Claudia yang mendapat cubitan dihidung oleh Naumi pun tak bisa menahan senyumnya.

"Revan aslinya emang gitu ya bunda kalo suka sama satu hal pasti bakalan dikejar terus sampe dapet?" Tanya Claudia penasaran.

"Hahaha anak bunda yang satu itu emang beda dari adeknya si, dari kecil Revan gak pernah menginginkan sesuatu jika benar-benar menarik perhatiannya maka sesuatu itu harus mutlak jadi miliknya. Risih ya sayang dikerjar Revan terus?"

Tanpa Claudia bilang sebenernya Naumi sudah tau bahwa anaknya begitu menggilai Claudia.

"Maaf bunda Didi gak bermaksud begitu"

Naumi mengusap lembut pipi Claudia, Naumi sepertinya tau apa yang disukai Revan dari Claudia.

"Sayang, harusnya bunda yang minta maaf. Ingat ucapan bunda ini ya sayang, jika suatu saat kalian menjalin hubungan serius lalu Revan menyakitimu maka detik itu juga bunda akan membawa Revan sejauh mungkin dari kamu"

Claudia terdiam, ucapan Naumi membuatnya sedikit bingung pasalnya dalam diri Claudia tak ada rasa pada Revan.

Tapi Claudia ingat tidak ada yang mengetahui isi hati seseorang. Mungkin jika seseorang itu mengatakan hari ini tidak suka maka kemungkinan besok akan menyukainya.

Maka dari itu Claudia tak ingin menyangkal karena entah bagaimana hati Claudia akan berlabu.

Setelah sakit hatinya sulit bagi Claudia untuk melepaskan kenangan indah dengan Ben.

Claudia terlihat berbeda beberapa minggu ini bukan karena sakit hatinya sudah hilang justru semakin bertambah.

Terkadang ada rasa ingin teriak tapi dirinya tak sanggup maka dari itu dirinya meladenin Revan.

Kata orang itu sama aja pelampiasan tapi jika tak seperti itu maka Claudia akan terus berada didalam lubang tanpa bisa mendapat cela untuk keluar.

"Terimakasih bunda"

"Sama-sama sayang, oh ya kamu mau cek Revan gak dikamarnya? Kalo mau silahkan gih bunda mau masak dulu ya"

"Boleh bunda, nanti aku bantu ya"

"Gak usah, gih kamu temenin Revan aja"

Setelahnya Naumi pergi kedapur sedangkan Claudia menuju kamar Revan.

Claudia membuka pintu kamar Revan dilihatnya kini Revan masih memejamkan matanya, mungkin efek obat yang diminumnya.

Claudia duduk disamping Revan mengecek suhu tubuh Revan.

"Udah gak panas" gumam Claudia pelan

Claudia memperhatikan setiap inci wajah Revan, Revan tidak tampan melainkan Revan memilik wajah yang sangat manis ketika tersenyum.

Kulit yang sawo matang juga rambut yang hitam lurus membuat Revan terlihat begitu sexy, tubuh Revan yang berisi namun tak terlalu gemuk juga tinggi tentu membuat siapapun pasti menginginkan tubuh seperti Revan.

Claudia pernah sedikit terpesona dengan aura positif yang Revan berikan bahkan beberapa kali pernah terus melirik kearah Revan.

"Kalo lagi sakit gini lo terlihat cool" ucap Claudia pelan lagi seraya mengusap rambut Revan.

Entah dorongan dari mana Claudia menyukai ini berlama-lama menatap wajah Revan yang tertidur pulas, rasanya Claudia enggan untuk pergi kemanapun.

Bahkan kini jarak mereka begitu dekat, Claudia meletakkan dagunya di dada Revan matanya terus memperhatikan wajah Revan bahkan tangannya mengusap dagu Revan yang ditumbuhi bulu halus.

"Hihi geli" kikik Claudia yang masih terus mengusap dagu Revan.

Tak henti disitu saja kini Claudia mencari posisi nyamannya untuk menatap wajah Revan, tangannya kini juga beralih ke bibir Revan.

Revan memiliki bibir yang tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis, bisa dibilang bawah bibir Revan itu tebal sedangkan bibir atasnya tipis.

Claudia sedikit terdiam mana kala jempolnya sengusap bibir Revan, Revan memiliki bibir yang begitu halus. Padahal sedang sakit namun bibir Revan tak pecah-pecah atau pucat justru bibirnya begitu halus.

"Lembut banget"

"Ekhm! Seneng ya ngelus-ngelus muka aku tanpa seizin aku" Claudia terkejut bukan main mendengar suara Revan.

Buru-buru Claudia bangun dari posisinya saat ingin berdiri tangannya ditahan oleh Revan bahkan ditarik kuat hingga tubuh Claudia kembali jatuh di tubuh Revan.

"Van.."

"Apa?"

"Lepas!"

"Gak bisa! Harus dihukum karena main pegang muka orang tanpa seizin pemiliknnya"

Claudia terdiam lalu memalingkan wajahnya malu bukan main karena ketahuan oleh Revan jika dirinya mulai menyukai setiap inci yang ada ditubuh Revan

Revan meraih dagu Claudia hingga wajahnya kini saling berhadapan.

"Karena kamu gak izin, maka aku juga gak izin perihal yang ini"

Mata Claudia melotot sempurna kala bibir Revan menempel pada pipinya begitu cepat, sedangkan pelaku terkekeh melihat Claudia mematung ditempat.

"Kita impas ya" ucap Revan yang kini justru tengah tersenyum puas atas perlakuannya pada Claudia.

Guruku Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang