Teror

14 0 0
                                    

Pagi ini Revan menunggu kehadiran Claudia didepan kelas gadis itu namun Claudia tak kunjung datang juga padahal sudah sejam lebih Revan menunggu.

Mata kuliah Revan sebentar lagi akan dimulai mau tak mau Revan memilih untuk jalan ke kelasnya.

Bugh

Sebuah tas mendarat di punggung Revan entah siapa yang melakukannya rasanya punggung Revan begitu sakit.

Revan menoleh kebelakang namun tak menemukan siapapun disana lorong begitu sepi tak biasanya hal itu membuat Revan heran namun tanpa memperdulikan situasi Revan mengambil tas tersebut membawanya bangku kosong dekat halaman kampus lalu membukanya.

Mata Revan melotot sempurna melihat tiga buah batu bata didalam tas itu juga sebuat kertas yang terselip didalamnya.

Revan mengambil tas tersebut dan membukanya.

Jangan mendekati Claudia atau lo akan mati bersamanya!!

Jantung Revan berdegub kencang, bukan karena takut namun dirinya lebih khawatir dengan kondisi Claudia terlebih gadis itu pulang mendadak.

Revan membawa tas tersebut dan berjalan pelan menuju kelas Claudia mencari Claudia kembali.

Bahkan Revan melupakan mata kuliah selanjutnya.

"Di kamu kemana si, kenapa gak ada dikelas!" Revan mengacak rambutnya kasar.

Lalu tak lama perwakilan kelas Claudia datang dan melihat Revan yang seperti orang gelisah.

"A Revan aya naon?"

"Nyari Claudia"

"Oh dia hari ini izin baru aja ngechat saya a"

Revan terdiam mendengar ucapan Antonio lalu tiba-tiba Revan mengeluarkan handphonenya.

"Tolong berikan nomor telpon Claudia"

"Bentar maneh izin ke orangnya"

"Jangan!! Udah kasih aja kenapa si, ini darurat!!"

Antonio terlihat ragu namun akhirnya memberikan nomor Claudia pada Revan dan masuk meninggalkan Revan yang kini tengah menyimpan nomor gadis yang dicintainya.

"Telpon aja kali ya" gumam Revan

Dengan gugup akhirnya Revan memberanikan dirinya menelpon Claudia.

Panggilan berubah menjadi dering hingga akhirnya diangkat oleh Claudia.

"Hallo?"

"Didi.. ini aku Revan"

Disebrang sana tak ada suara balas membuat Revan menjauhkan ponselnya dari telinganya untuk melihat apakah masih terhubung atau tidak dan ya masih terhubung.

"Halo Didi kami denger aku?"

"Ada apa Van?"

Revan bersyukur Claudia tak menanyakan perihal dirinya dapat nomor Claudia.

"Kamu baik-baik ajakan?"

"Hm tentu"

"Terus kenapa gak masuk?" Tanya Revan lagi yang kini sudah jalan menuju kelasnya seraya telponan dengan Claudia.

"Abang gue mau nikah" 

Begitulah Claudia hanya membalas singkat pertanyaan Revan.

"Okay, Didi kumohon save nomorku jika terjadi sesuatu langsung hubungi aku dan bertau alamatmu saat itu juga. Maka aku akan datang, jaga dirimu. Sudah dulu ya aku ada kelas"

Setelah mengucapan itu Revan langsung mematikan panggilannya tanpa menunggu jawaban dari Claudia.

Revan merasa saat ini dirinya tengah diintai oleh seseorang, maka dari itu Revan sedikut hati-hati takut terjadi hal yang tidak diinginkan walaupun ini dikampus namun keamanan tetap saja kurang.

Guruku Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang