Tak mudah menyerah

32 0 0
                                    

Claudia menyusuri lorong mengikuti arahan Revan dan Maura, kini mereka berada diruangan seni. Terlihat beberapa orang tengah berakting untuk lomba antar kampus.

Terlihat maba dikelasnya pada asik memvideokan latihan teater tersebut. Sedangkan Claudia terlihat biasa saja melihat itu, dirinya masih dilanda mendung tak ada cahaya yang menyinari Claudia.

"Kita udah turutin mau kamu, lalu kenapa kamu terlihat tak begitu senang?" Tanya Revan yang tiba-tiba duduk disamping Claudia dengan nada lembut sangat berbeda saat bersama anak-anak maba lainnya.

"Gak tertarik" jawab Claudia singkat.

Revan mengalihkan pandangannya ke depan lalu tersenyum.

"Memang apa yang membuatmu menarik?" Tanya Revan kembali.

"Menjauh dari lo dan orang-orang lalu tidur" jawab Claudia santai lalu berdiri dari duduknya meninggalkan Revan seraya membawa tasnya.

"Hey mau kemana ini masih belom selesai!"

Tak mendapat sahutan dari Claudia membuat Revan mau tidak mau mengikuti gadis itu.

"Ck, kamu kenapa nakal sekali! Kalo sampe ada satu maba yang hilang gimana aku bisa kena sangsi!!" Ucap Revan yang kini tepat berada dibelakang Claudia.

"Gue udah gede bisa ngurus diri gue sendiri!"

"Ya tetep aja! Kamu.. eh laper ya?"

Claudia tak menjawab dirinya kini menuju tukang bakso yang tersedia dikantin kampus.

"Mang satu juga ya! Sedeng aja jangan pedes-pedes." Ucap Revan pada tukang bakso.

"Siap den, neng tadi pedes ya?"  Tanya tukang bakso pada Claudia.

"Iya, jadi berapa mang?"

"Ehh aku aja yang bayarin" Revan menahan tangan Claudia yang akan mengeluarkan uang.

"Gak usah gue bisa bayar sen.." belum selesai bicara Revan lebih dulu memberikan uangnya pada tukang bakso tersebut.

"Nih mang harga masih sama kan?"

"Masih dong den. Makasih ya, ngomong-ngomong ayangnya cantik banget den"

"Sama sama mang ett si mamang liat yang bening dikit belok tuh mata tapi emang cantik plus manis banget si mang makanya saya suka"

Claudia mengerutkan keningnya mendengar ucapan Revan, daripada ribut Claudia memilih meninggalkan Revan lalu mencari tempat duduk paling ujung.

"Yahh ditinggal mulu, mang dianter ya"

"Oke bos!!"

Revan menghela nafasnya lalu mengikuti Claudia yang sudah duduk diujung ruangan kantin yang mengarahkan pada pemandangan luar.

"Kenapa seneng banget ninggalin si!"

"Gak penting soalnya"

Revan tersenyum mendengar ucapan Claudia, gadis itu menyebalkan tapi entah kenapa Revan begitu menyukai gadis disampingnya ini.

"Gak penting ya hmm gak lama lagi aku bakalan jadi orang terpentingnya kamu si"

"Dih ngarep!"

"Serius, soalnya kamu sama aku gak ngikutin aturan ospek ini belom jam makan anak-anak maba dan kita ngelanggar aturan"

Claudia menolehkan wajahnya pada Revan, dirinya menunjukan rasa tak sukanya pada Revan.

"Trus masalah? Lagi pula ini udah masuk mahasiswa bukan murid lagi, bebas mahasiswa mau ngapain aja. Terlebih udah ngikutin aturan walaupun gak selesai ya itu kebebasan mereka itu pilihan mereka. Jadi stop ngatur-ngatur ya"

Guruku Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang