ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKTUH.
BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT DAN BAHAGIA.
HAPPY READING 📚.
SALAM SAYANG DARI AKU💙.
JANGAN LUPA BANYAK-BANYAK MENGINGAT RASULULLAH (AYO BERSHOLAWAT)💞***
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengenal dirinya, niscaya ia akan sibuk memperbaiki diri dan tidak peduli dengan aib orang lain. Dan barangsiapa mengenali Rabbnya, niscaya ia akan sibuk beribadah kepada-Nya dan tidak peduli dengan hawa nafsunya.” (Al-Fawaid, hal. 80).
***
Hari-hari Azila jalani dengan jauh lebih baik, kamarin adalah hari pertamanya mengikuti kajian yang berlokasi di salah satu mesjid yang tidak jauh dari pesantren. Ternyata kajiannya tidak dilakukan di dalam mesjid seperti bayangan Azila, melainkan di pekarangan belakang mesjid yang cukup luas, berhadapan langsung dengan sawah.
Azila sudah meprediksi Dia akan mengantuk, tapi ternyata tidak, pikirannya justru menjadi lebih tenang dan damai karena hawa sejuk dan angin alami. Ditambah lagi pematerinya yang begitu santai dalam menjelaskan, dan juga majelis ilmu tersebut ternyata hanya khusus muslimah.
Sejujurnya, Azila merasa sedikit minder saat melihat beberapa muslimah yang hadir, didominasi oleh akhwat berniqob, dan Azila merasa mereka jauh lebih cantik hanya dengan melihat mata mereka, entah hanya Azila yang beranggapan seperti itu atau orang lain pun juga sama. Rasanya, Azila menginginkannya juga.
Azila datang bersama dua orang ustadzah yang salah satunya adalah Aisyah---sepupu dari Faizal, dan satunya lagi adalah Mutmainnah-- sahabat dari Aisyah, mereka berdua sebaya dengan Azila.
Alhamdulillahnya, gaya berpakaian Aisyah dan Mutmainnah tidak jauh berbeda dengan Azila, dengan hijab sepanjang perut, gamis, dan kaos kaki jadi, Azila tidak merasa terlalu sendiri.
Kesan pertama Azila adalah, mereka ramah, baik, menghargainya, bahkan mereka terlihat bahagia menyambut kedatangannya. Benar yang dikatakan Faizal, Dia tidak boleh menilai sekelompok orang hanya dari satu orang sebagai sampelnya. Azila tidak merasa khawatir lagi, melainkan Dia merasa keimanannya bisa lebih meningkat dengan menghadiri majelis ilmu.
Ini bukan tentang sok alim, tapi tentang kewajiban kita untuk mengetahui agama kita lebih mendalam.
"Aku jadi nggak sabar untuk jum'at yang akan datang," ucap Azila penuh semangat, Faizal terkekeh kecil melihatnya, tangannya terangkat mengusap pucuk kepala istrinya.
"Materinya memang tentang apa?" tanya Faizal.
"Sibuk intropeksi diri sendiri, materinya seru, aku suka." Faizal tersenyum, merasa bersyukur karena Azila menyukainya, padahal sejak kemarin Dia sudah khawatir jika Azila tidak akan ingin menghadiri majelis ilmu lagi.
"Apa yang dapat kamu tangkap dari penjelasan pemateri?" tanya Faizal mencoba menguji tingkat pemahaman istrinya, Azila terlihat berpikir.
"Introspeksi diri ternyata adalah hal penting loh, Zal, tapi kadang terluput dari kita, apalagi bagi orang yang merasa dirinya memiliki banyak kelebihan padahal 'kan semua itu adalah nikmat dari Allah." Faizal mengangguk, mendengarkan dengan seksama, Dia juga tidak ingin memotong ucapan isttinya yang terlihat begitu bersemangat ingin menjelaskan.
Azila sesekali membuka catatannya, lalu kembali menatap pria yang duduk di depannya.
"Tapi beda lagi kalau dia orang yang beriman, mereka akan fokus mengoreksi kekurangan diri mereka sendiri dan memandang dirinya serba kurang dalam beribadah dan beramal shalih, masyaa Allah banget 'kan?" tanya Azila meminta persetujuan, Faizal hanya mengangguk dengan senyuman yang selalu terpancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persimpangan Jalan
General FictionKira-kira bagaimana perasaan kalian, ketika ada beberapa orang yang tidak kalian kenali mengaku menjadi keluarga, bahkan salah satunya mengaku menjadi calon suami, bagaimana? Mungkin yang kalian rasakan adalah hal yang juga Aziza rasakan. Merasa as...