Terungkap (2)

132 23 4
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKTUH.

BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT DAN BAHAGIA.

HAPPY READING 📚.
SALAM SAYANG DARI AKU💙.

***

Alif terdiam, Dia kembali mendatangi kamar yang Aziza tempati untuk istirahat. Waktu zuhur baru saja berlalu. Sejak tadi Faizal dan Zahrah, bahkan Arkan tidak dapat dibuhungi, dan sejak tadi pula Aziza berdiam diri di kamarnya.

Hanya kekhawatiran yang Alif rasakan, apalagi Azila yang membawa laptopnya, ada satu berkas penting yang seharusnya tidak boleh Aziza lihat, tetapi jika Alif melarang Aziza untuk membawa laptop tersebut, Dia takut saat tiba waktunya semua terbongkar maka Aziza akan membencinya karena ikut andil untuk menyembunyikan semuanya, Alif tidak ingin itu terjadi.

Sekarang, Alif sibuk mondar-mandir di depan pintu kamar Aziza yang sudah pasti dikunci. Dia sesekali mengetuk untuk memastikan jika adiknya masih baik-baik saja, mengingat betapa pucat wajah Aziza tadi.

"Dek?"

"Iya, bang. Aku baik-baik aja." Alif bernafas lega, lalu kembali beralih pada benda pipihnya.

Alif tidak berhenti menghubungi orangtuanya, terlebih Faizal. Apa yang sebenarnya pria itu kerjakan? Bahkan sudah waktunya makan siang, tapi kenapa belum juga aktif? Orangtuanya pun begitu, di saat genting seperti ini mereka justru tidak bisa diajak kerjasama.

"Awas aja Faizal, kalau sampai Aziza marah gue nggak akan tanggung jawab."

Kesal? Tentu saja, sekarang yang paling penting adalah keadaan Aziza, entah akan bagaimana jadinya jika Aziza berhasil mendapatkan document yang selama ini Dia sembunyikan. Alif juga menyesal, seharusnya Dia sudah melenyapkan berkas itu sejak dulu, atau setidaknya mengubah nama filenya.

Alif hanya berharap Aziza tidak menemukannya.

***

Berbeda dengan Alif yang kelimpungan,  Aziza justru sibuk menjelajahi seluruh isi laptop milik saudaranya. Begitu banyak file yang tersajikan, dan hal itu tentu membuatnya pusing sendiri, dari mana Dia harus memulainya? Sedangkan Dia tidak memiliki banyak waktu, hanya sampai Faizal atau orangtuanya datang.

"Tenang, Za. Pelan-pelan aja, jangan buru-buru, kamu harus tenang." Aziza berusaha menenangkan dirinya sendiri, entah kenapa Dia merasa tidak bisa tenang dan mengontrol perasaaannya.

Aziza meletakkan laptop tersebut lebih dulu di sampingnya, Dia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri, mungkin karena terlalu memiliki ambisi yang besar, membuatnya tidak dapat tenang. Layaknya mengerjakan ujian Statistika Matematika lima nomor dalam sisa waktu setengah jam, rasanya persisi seperti itu, dan Aziza tidak ingin semua gagal hanya karena perasaan tegangnya.

"Za, bukan waktunya kamu tegang kayak gini, kamu cuman punya waktu sebentar." Seperti sedang berperang melawan waktu, rasanya benar-benar menyiksa.

Sekitar tiga menit berlalu, setelah merasa lebih tenang, Aziza kembali mengambil laptop tersebut, Aziza bertekad hari ini bahkan jika bisa detik dan menit ini juga, Dia harus tahu semuanya. Dia sudah tidak tahan dengan semua kebingungan yang bisa saja membuatnya gila jika dipendam terlalu lama.

"Aziza, keluar! Cepat!"

Aziza memejamkan mata saat suara berisik dari kepalanya kembali mengusik, sampai saat ini Dia masih belum bisa menangkap maksud dari suara berisik tersebut. Aziza selalu berusaha mengembalikan kewarasannya.

"Pokoknya hari ini aku harus tahu semuanya, tidak boleh lagi ada yang disembunyikan." Itu ambisinya.

Aziza membuka satu persatu isi file dengan tenang, membacanya dengan teliti, dan satu file berhasil menarik perhatiannya. Betapa bodohnya Aziza.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 21 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Persimpangan Jalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang