feeling

660 54 3
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKTUH.

BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT DAN BAHAGIA.

HAPPY READING 📚.
SALAM SAYANG DARI AKU💙.

***

Pencarian mereka ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali, rumah yang mereka datangi ternyata juga kosong. Rumah tersebut adalah rumah yang dulu Azila dan Bundanya tempati sebelum pindah ke tempat yang lebih nyaman.

Rumah kecil tersebut lumayan banyak yang ingin membelinya untuk dijadikan kos-kosan karena letak yang strategis. Namun, Azila tidak ingin menjualnya, karena di rumah itulah masa kecilnya dimulai, di rumah itu Dia tumbuh dan berkembang, banyak kenangan manis di dalam sana.

"Kamu nggak punya kuncinya?" tanya Faizal, mereka masih setia berdiri di depan rumah tersebut. Hanya tersisa rumah Azila, juga dua rumah di samping kiri dan kanan yang belum terjual, selebihnya sudah menjadi kos-kosan, bahkan kios-kios. Padahal seingat Azila, dulu tempat itu masih dipenuhi anak-anak bermain. Sekarang sudah sepi.

"Bunda yang pegang, makanya aku kira bunda ke sini," ucap Azila sambil menunduk, Faizal menarik Azila agar lebih dekat dengan dirinya, tangan kekar itu melingkar dibelakang punggung Azila.

"Sekarang kamu percaya 'kan Zal, kalau aku bukan Azila, aku Aziza. Ini kenyataannya, dan ini hidupku yang sebenarnya," ucap Azila yang mendongak agar dapat menatap Faizal, pria itu ikut menunduk sambil tersenyum. Tangannya yang berada disebelah sana perlahan mengusap lengan Azila lembut.

"Bukannya aku sudah pernah bilang ya, siapapun kamu aku tidak peduli, intinya kamu adalah perempuan yang aku inginkan untuk menjadi makmumku, untuk bisa aku bimbing." Azila tersenyum haru, dengan penuh dorongan dari dalam hatinya, Dia perlahan menghadap sepenuhnya ke Faizal, membuat lengan pria tersebut harus terlepas, Faizal menunduk sambil menatap penuh tanya pada Azila.

"Boleh aku peluk?" tanya Azila, Faizal terlihat terkejut. Apa semua perempuan memang selalu seperti Azila jika sedang kedatangan tamu? Apa mereka bisa berubah 180° hanya dalam hitungan hari jam, bahkan menit?

"Kenapa diam?" tanya Azila masih menunggu, Faizal tersadar, Dia tersenyum dengan tangan yang terangkat mengusap kepala Azila.

"Biar aku yang peluk," ucapnya lalu menarik Azila kedalam dekapan hangatnya. Jika dulu Faizal akan di dorong oleh Azila karena memeluk perempuan tersebut, maka hari ini berbeda. Justru Faizal bisa merasakan tangan Azila yang melingkar, membalas pelukannya. Hal itu tentu saja mengadirkan rasa bahagia di dalam dirinya.

Faizal berucap banyak syukur, akhirnya datang hari yang Dia tunggu-tunggu, Azila bisa benar-benar tulus menerimanya. Faizal yakin, tidak ada usaha tanpa hasil.

"Maaf, pasti berat menjalani hari-hari dengan penuh pertanyaan," ucap Faizal sambil mengusap kepala bagian belakang Azila.

"Kenapa minta maaf?"

"Karena belum bisa memberimu jawaban dari semua kebingungan yang kamu rasakan," jawab Faizal, sejujurnya Dia sudah ingin jujur kepada Azila, tapi Zahrah dan Arkan masih melarangnya.

"Aku akan tunggu, aku yakin pertanyaanku satu persatu akan terjawab dengan sendirinya. Entah itu dengan cara yang benar atau salah." Azila melepaskan pelukannya lebih dulu, mendongak sambil tersenyum.

"Kamu tahu, sekarang aku sangat percaya sama kamu Zal, jadi aku berharap caraku mendapatkan jawaban tentang sema yang terjadi, itu dengan cara yang baik," jujur Azila, tanpa sadar genggamanya pada benda pipih miliknya di bawah sana mengeras, seperti menyalurkan sesuatu ke benda tersebut, lebih tepatnya pada apa yang ada di dalamnya.

Persimpangan Jalan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang