Dua puluh tiga

863 66 8
                                    















Benar saja, setelah kejadian waktu itu. Tatapan yang Taehyung tunjukan pada Jungkook bukan lagi tatapan tanpa minat. Lebih dari itu. Lebih ke seseorang yang begitu rendah di matanya. Bagaikan sesuatu yang begitu menjijikan. Lalu jika begitu, mengapa masih di pertahankan. Alasan apa yang Taehyung berikan, hingga sampai saat ini tidak juga ada kejelasan dari hubungan mereka. Jika ia sudah enggan, bukankah perpisahan adalah jalan keluarnya.






Begitu juga dengan Jungkook. Berkali-kali ia mencoba bertahan, berkali-kali ia juga mencoba melakukan apapun agar Taehyung meliriknya lagi. Nyatanya tak dapat merubah apapun. Namun masih juga enggan untuk sekedar meminta perpisahan.




Sebenarnya hubungan apa yang mereka jalani saat ini. Tanpa kepastian, tanpa kejelasan. Namun masih bisa bernafas dalam satu ruang udara yang sama. Tolong seseorang sadarkan mereka. Hubungan mereka tidak sesehat dulu lagi. Jungkook yang menciptakan sakitnya sendiri dengan masih bertahan. Sedangkan semakin hari, Taehyung lebih memilih menyiramkan air garam pada luka Jungkook yang menganga.




flashback on...




Dua bulan telah berlalu. Jungkook masih setia dengan aktifitasnya sebagai psikolog dari Kim Mingyu. Hari ini  adalah hari di mana jika Mingyu di nyatakan sembuh total. Rekam medis yang seharusnya Jungkook berikan kepada keluarga Mingyu. Ternyata masih terlipat apik di tempatnya. Sedang sang empu, sudah setengah perjalanan meninggalkan kediamannya. Menuju mension Kim Mingyu.




"Astaga, kenapa bisa tertinggal. Oh Jungkook. Padahal masih muda ini, sudah pikun saja?!" gerutu Jungkook yang menyadari bahwa ia melupakan sesuatu yang begitu penting ini.




Di putar baliknya mobil yang ia kendarai. Hingga kini sampai di depan rumahnya. Masuk lah ia ke kamar yang sudah hampir tiga tahun lamanya ia tempati. Melewati sebuah kamar yang setara dengan kamar miliknya. Terlihat pintu sedikit terbuka dari kamar tersebut. Inginnya ia melewati begitu saja. Namun ketika sang pemilik kamar menyebut namanya, ia sempatkan untuk sekedar berhenti. Bukan ingin hati untuk menguping. Tapi mereka ucapkan, begitu nyaring di pendengaran.





"Cepat ceritakan Hyung. Aku sudah ceritakan semua yang aku alami empat tahun lalu, sekarang ceritakan tentang Hyung dan Jungkook kenapa sampai bisa menikah?!"  paksa Jihoon.




"Hyung sedang malas membahasnya sayang?!" jawab jujur Taehyung.



"Yaudah. Gak ada jatah satu bulan full?!"




"Hey... Ancaman macam apa itu, hm. Oke, Hyung akan ceritakan. Tapi setelah ini Hyung minta hadiahnya?!" ucap Taehyung sambil menaik turunkan alisnya.



Jihoon dengan pose mikirnya. "Hmmm gimana ya.. Kasih gak yaaa?!" ucapnya manja. Hingga membuat gas orang di depannya.



"Ya udah, ga jadi cerita.?!"


"Ish... Hyung. Ambilah hadiahmu setelah ini Hyung. Hancurkan aku?!" dan Jungkook yang mendengarnya pun malah bergidik ngeri. Mungkin ini salah satu yang Taehyung tidak dapatkan darinya. Kepuasan di atas ranjang. Tapi percayalah, minat sex nya bersama Taehyung sudah lenyap begitu saja saat Taehyung mengatainya seorang jalang.



"Oke, hyung akan bercerita?!" mulai Taehyung.
"Empat tahun lalu, Hyung mengidap Skizofrenia, saat kau pergi meninggalkan Hyung begitu saja?!"



Deg,



Detak jantung Jungkook berpacu secara abnormal. Satu fakta yang ia dengar hari ini. Jihoon adalah masa lalu Kim Taehyung, seseorang yang secara tidak langsung membawa takdirnya untuk melengkapi cerita mereka.


𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐡𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang