Dua puluh empat

967 86 19
                                    













𝑴𝒂𝒖 𝒍𝒖𝒂𝒑𝒊𝒏 𝒖𝒏𝒆𝒌-𝒖𝒏𝒆𝒌
𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒚𝒂...

𝑲𝒆𝒎𝒂𝒓𝒊𝒏 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒊𝒓𝒊𝒑 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂. 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒊𝒏𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒚𝒂.

𝑱𝒖𝒋𝒖𝒓 𝒂𝒌𝒖 𝒔𝒆𝒎𝒑𝒆𝒕 𝒎𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒈𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒖 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊. 𝑨𝒌𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒌𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒂𝒉.

𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒖 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒍𝒂𝒈𝒊, 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒆𝒏𝒕𝒊, 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒖 𝒏𝒈𝒊𝒌𝒖𝒕𝒊 𝒂𝒍𝒖𝒓 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒂𝒉.

𝑱𝒂𝒅𝒊 𝒊𝒏𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂. 𝑫𝒂𝒓𝒊𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌-𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌, 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒊𝒌𝒖𝒕𝒊𝒏 𝒂𝒍𝒖𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒉𝒂𝒃𝒊𝒔 𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈𝒌𝒖. 𝑰𝒏𝒊 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉 𝒍𝒐𝒉. 𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒕𝒖, 𝑲𝒂𝒌𝒂𝒌 𝒄𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒌𝒖.

𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂.
















Pagi hari menjelang. Suka cita tercipta di kediaman seseorang yang baru saja mendapat kabar bahagia.


"Ibu sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan di rumah ini Tae. Ibu juga akan mengundang teman-teman Ibu. Tak apa kan?!" tanya Baekhyun yang saat ini tengah berada di kediaman putranya setelah mendapat kabar bahagia.

"Terserah Ibu saja, asal jangan buat Jihoon kecapekan?!" jawab Taehyung santai.


"Tidak usah berlebihan Bu. Begini saja aku sudah senang?!" saut Jihoon.



"Sudah, kamu tinggal ikutin Ibu saja hm. Ibu harus mengumumkan kepada semua orang kalau cucu pertama di keluarga Kim akan segera hadir?!" jawab Baekhyun girang.

Dan senyuman manis yang Jihoon berikan. "Baiklah ibu. Aku ikut Ibu saja?!" ucap Jihoon pada akhirnya.


.....


Hari yang di tunggu-tunggu oleh keluarga Kim pun tiba. Kini Chanyeol sebagai anggota tertua dari keluarga Kim tengah memberi sambutan kepada tamu yang hadir di sana.



"Echm ehmm... Mohon perhatiannya sebentar tuan-tuan?!" seketika semua mata tertuju pada sumber suara. "Pasti tuan-tuan bertanya, mengapa kami mengundang anda semua malam ini?!" jeda sejenak, lalu diliriknya seseorang yang juga tengah menatapnya dari lantai atas. Dengan senyuman teduh yang dulu sarat akan ketulusan saat menatapnya. Kini penuh dengan senyum teduh yang sarat akan kekecewaan yang ketara di sana. Lalu di putusnya tatapan mata secara sepihak kemudian kembali bersuara.

𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐡𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang