Not expected

205 16 0
                                    

◑ ━━━━━ Selamat Membaca ━━━━━ ◐ »»-----------¤-----------««

Jaehyun tiba di sebuah rumah mewah keluarganya, tetapi suasana di dalam rumah terasa dingin dan tidak bersahabat. Begitu dia melangkah masuk, ibunya menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa yang kau lakukan di sini? Aku tidak mengharapkanmu pulang. Pergi saja lagi."

Jaehyun terdiam sejenak, merasakan ketidakpedulian dalam suara ibunya. Dia hanya bisa menghela napas, menerima perlakuan yang sudah biasa dia terima. Tiba-tiba, seorang maid yang dulu pernah menjadi perawatnya saat kecil, menghampirinya dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

"Tuan muda, maafkan ibumu. Kondisinya sedang stres akhir-akhir ini."

Jaehyun hanya ber-oh saja, tanpa ekspresi berlebihan. Dia tahu ibunya sering bersikap seperti itu, dan dia sudah terbiasa.

"Ohh, baiklah."

"Apa tuan muda lapar? Saya sudah masak tadi"

"Tidak, makasih"

"...tuan muda yang sabar"

"Ye"

Saat itu, ayah Jaehyun muncul dari belakang, menatap putranya dengan tatapan yang lebih hangat meski tetap tegas.

"Jaehyun, kita perlu bicara."

Jaehyun mengangguk, mengikuti ayahnya ke ruang kerjanya. Di dalam ruangan, ayahnya duduk di kursi besar di belakang meja kayu mahoni, sementara Jaehyun duduk di kursi di depan meja.

"Bagaimana keadaanmu, Jaehyun?"

"Aku baik. Hanya sedikit lelah."

Ayahnya mengangguk, memahami beban yang mungkin dirasakan putranya.

"Kau tahu, ibumu sedang tidak dalam kondisi terbaiknya. Dia sering stres dan merasa kesepian. Aku berharap kau bisa lebih sering pulang, meskipun dia tidak mengatakannya."

Jaehyun menghela napas panjang, menyadari bahwa tanggung jawabnya di rumah tidak bisa dihindari.

"Aku mengerti. Aku akan berusaha lebih sering pulang."

Ayahnya tersenyum tipis, mengangguk puas.

"Terima kasih, Jaehyun. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."

Jaehyun hanya mengangguk, masih dengan perasaan campur aduk. Setelah percakapan singkat itu, dia meninggalkan ruang kerja ayahnya dan menuju kamarnya. Di sana, dia duduk di tepi tempat tidurnya, merenung tentang semuanya—hubungannya, tanggung jawabnya di rumah, dan perasaannya yang kacau balau.

Meski dengan beban yang berat di hatinya, Jaehyun tahu bahwa dia harus menghadapi semuanya dengan kepala tegak. Di saat yang sama, dia berharap ada jalan keluar untuk semua kebingungan ini.

Tidak lama setelah itu, terdengar ketukan pelan di pintu. Sebelum dia sempat menjawab, pintu terbuka dan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dengan rambut acak-acakan berlari masuk dengan penuh semangat.

"Hyung! Kau pulang!"

Jehan, adik laki-laki Jaehyun, melompat ke arah Jaehyun dan memeluknya erat. Jaehyun tersenyum tipis, membalas pelukan adiknya dengan hangat.

"Ya, aku pulang, Jehan. Bagaimana kabarmu?"

"Baik! Aku rindu padamu, hyung. Kenapa kau jarang pulang?"

Jaehyun mengusap rambut adiknya dengan sayang, merasakan kebahagiaan yang sederhana dari kehadiran Jehan.

"Maafkan aku, Jehan. Aku sibuk dengan kuliah dan banyak hal lainnya. Tapi aku akan berusaha lebih sering pulang, oke?"

the boy is mine🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang