"Taeyong, aku menarik kata-kataku waktu itu. Aku... Aku ingin... Aku ingin berkencan, merasakan dan menjalani sebuah hubungan yang serius."
Jaehyun mengatakannya dengan sungguh-sungguh walau sempat ada rasa ragu-ragu ingin mengatakannya. Dia menggenggam tangan Taeyong, tatapannya begitu dalam dan serius.
"Jika ingin berkencan, kau tinggal berkencan saja. Kenapa harus mengatakannya padaku?"
"Karena yang aku ingin adalah kamu, Lee Taeyong"
Taeyong menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba bersikap tenang dan agar tidak terbawa perasaan.
"Semuanya udah terlambat."
Jaehyun menggeleng dengan tegas, Ia tidak setuju dengan ucapan Taeyong bahwa semuanya sudah terlambat.
"Tidak ada kata terlambat dalam kamus ku. Selagi masih ada kesempatan, aku akan terus berusaha agar mendapatkan itu. Aku udah bilang kan, kalau perasaan ku terlalu kuat untuk diabaikan. Aku akan berjuang untukmu."
"Omong kosong."
Deg.
"Udah cukup main-main nya, Jae. Jangan terus bolak-balik, jangan menjebak dirimu sendiri dengan lingkaran setan itu."
"Taeyong, tapi aku serius—"
"Kamu cuman main-main. Sejak awal kamu gak pernah serius."
"Iya memang!! Sejak awal aku gak pernah serius. Tapi semua berubah sejak aku kenal kamu. Hatiku saat itu masih buta, aku selalu menyangkal perasaan yang tiba-tiba tumbuh itu. Kemudian kamu menyatakan perasaanmu padaku, dan tanpa pikir panjang aku langsung menolak. Aku gak mau nyakitin perasaan kamu hanya karena perasaan yang belum jelas yang ada padaku. Aku perlahan mulai sadar sejak tiba-tiba kamu dekat dengan Mingyu, dan menghilang dariku. Hatiku terasa panas melihat dan mendengar tentang kedekatan kalian. Aku cemburu!!"
Taeyong hanya bisa terdiam melihat Jaehyun yang terlihat begitu menggebu-gebu, setiap kali dia berbicara urat-urat lehernya terlihat, dan sorot mata yang penuh campuran emosi.
"Aku sudah—"
"Kau tak perlu mengatakannya. Aku sudah tahu. Tapi aku tidak peduli, selagi kamu belum benar-benar dalam hubungan yang serius seperti ikatan pernikahan, aku tetap akan menunggumu."
"Jae, jangan seperti itu! Aku merasa akulah yang jahat di sini. Jangan mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Kau berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku, lebih pantas untukmu."
"Yang aku inginkan hanya kamu. Kamulah orangnya Lee Taeyong."Ucapnya penuh penekanan.
Taeyong tidak ingin situasi ini menjadi semakin rumit, Ia memutuskan untuk mengakhiri pertemuan ini sekarang juga.
"Maaf, memang seharusnya kita gak ketemu kayak gini lagi. Aku harus pulang, permisi".
Saat Taeyong berbalik hendak menuju pintu, tiba-tiba Jaehyun menangkap pergelangan tangannya dan menariknya kembali. Taeyong terkejut, dan dalam sekejap, ia merasakan punggungnya menempel pada dinding yang dingin.
Jaehyun mendekatkan tubuhnya ke Taeyong, merasakan detak jantung Taeyong yang berpacu cepat di bawah tangannya. Taeyong menahan napas, mengantisipasi tindakan selanjutnya dari Jaehyun. Namun, yang terjadi justru di luar dugaannya.
Jaehyun tiba-tiba memeluknya dengan erat, seakan seluruh tenaga emosinya mengalir melalui pelukan itu. Tubuh Jaehyun terasa hangat, namun pelukan itu juga membawa beban yang berat.
"Maafkan aku, Taeyong" bisik Jaehyun dengan suara bergetar. "Aku tak bisa lagi menahan semuanya sendiri."
Taeyong merasa kebingungan, namun perlahan-lahan melingkarkan tangannya di sekitar punggung Jaehyun, mencoba menenangkan pria yang selama ini ia kenal sebagai seseorang yang kuat dan tak tergoyahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
the boy is mine🔞
Fanfiction"Kamu tahu, Ten, aku sepertinya menyukai Jaehyun, aku jatuh cinta padanya" "Taeyong, sejujurnya, aku juga menyukainya. Aku tidak pernah berpikir ini akan terjadi, tapi aku merasa tertarik padanya." ! Mature content! ! Adult content! ! Jaedo! ! JaeT...