fuck you

200 24 0
                                    

Dua hari kemudian, pagi yang tenang di vila terganggu oleh dering telepon yang datang saat Taeyong sedang sarapan. Ia menjawab panggilan itu dengan sikap santai, tidak menduga siapa yang menelepon.

Taeyong sambil memegang telepon dengan satu tangan dan menyendokkan nasi ke mulutnya.

"Halo?"

Di ujung sana, suara Eunwoo terdengar cemas, dan ia langsung ke inti pembicaraan.

"Taeyong, bisakah kau datang ke apartemen?"

"Apartemen siapa yang kau maksud?"

"Jaehyun."

Taeyong sejenak terdiam, matanya menatap piring sarapannya sebelum ia menjawab dengan nada datar.

"Hmm, tidak mau."

Eunwoo mendesah frustrasi, mencoba meyakinkan Taeyong.

"Dia demam tinggi, Taeyong."

Namun, respons Taeyong tetap dingin, menunjukkan betapa enggannya dia untuk terlibat lagi dengan Jaehyun.

"Apa urusannya denganku?"

Eunwoo memohon dengan suara yang sedikit memelas. "Ayolah, jangan kejam seperti itu. Dia belum makan apapun sejak kemarin."

Taeyong menggigit bibirnya sejenak, ada sedikit keraguan yang melintas, tetapi kemudian ia dengan cepat menutup telepon.

"Bukan urusanku. Aku tutup ya, bye!"

Tanpa menunggu respons lebih lanjut dari Eunwoo, Taeyong langsung menekan tombol untuk mengakhiri panggilan. Dia menghela napas pelan, berusaha mengusir pikiran tentang Jaehyun yang kembali muncul di benaknya.

Di apartemen, Eunwoo menatap Jaehyun yang terbaring lemah di sofa, wajahnya pucat dengan keringat dingin di dahinya. Meski sakit, Jaehyun masih keras kepala menolak makanan atau obat yang diberikan, tampaknya tidak akan memakannya jika bukan Taeyong yang melakukannya. Eunwoo merasa bimbang, tidak tahu bagaimana cara meyakinkan sahabatnya yang satu ini.

"Tepar juga kan akhirnya" gumam Eunwoo sambil melihat Jaehyun.

*

Eunwoo yang sedang berbaring di sofa sambil asyik bermain ponsel tidak menyangka ketika pintu apartemen tiba-tiba terbuka. Dia mendongak dan terkejut melihat Taeyong berdiri di sana, ekspresinya keras dan terlihat kejam. Tanpa sepatah kata pun, Taeyong berjalan melewati Eunwoo dan langsung menuju kamar Jaehyun.

Eunwoo hanya bisa melongo, tidak sempat berkata apa-apa saat Taeyong dengan langkah cepat masuk ke kamar Jaehyun. Di kamar, Jaehyun yang sedang berbaring lemah di tempat tidur mendongak dengan pandangan terkejut. Namun, sebelum dia bisa bereaksi lebih jauh, sebuah bantal melayang ke arahnya, dilemparkan dengan keras oleh Taeyong.

"Taeyong..."

Namun, senyum Jaehyun langsung pudar saat Taeyong, tanpa ragu-ragu, mengambil bantal lain dan kembali melemparkannya ke arah Jaehyun, kali ini dengan lebih keras.

Taeyong dengan nada dingin dan penuh penekanan. "Cepat makan, brengsek."

Jaehyun hanya menatap Taeyong dengan tatapan penuh tantangan, meskipun tubuhnya masih lemah karena demam.

"Tidak mau."

Merasa geram dengan ketidakpatuhan Jaehyun, Taeyong dengan cepat mengambil bantal lain dan bersiap untuk melemparkannya lagi. Namun, kali ini Jaehyun cepat bereaksi dan mengangkat tangannya untuk melindungi diri, menutupi wajahnya dengan bantal yang sebelumnya dilemparkan.

Jaehyun tertawa kecil meskipun sakit, sambil tetap melindungi diri. "Tae, apa ini caramu menunjukkan perhatian?"

Taeyong hanya mendengus marah, tapi di balik amarahnya, ada sedikit kekhawatiran yang tersembunyi. Meski tindakan Taeyong tampak kasar, Jaehyun bisa merasakan bahwa ini adalah caranya mengekspresikan perasaan yang lebih dalam. Namun, Taeyong tetap tidak mau memperlihatkan sisi lembutnya, memilih untuk tetap bersikap tegas dan memaksa Jaehyun untuk mematuhi.

the boy is mine🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang