Beberapa minggu kemudian, hubungan antara Taeyong dan Mingyu semakin merenggang. Komunikasi yang dulu lancar kini menjadi jarang, dan rasa canggung mulai mengisi setiap percakapan mereka. Malam itu, saat mereka bertemu di sebuah kafe yang dulu sering mereka kunjungi, Taeyong bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda.
Mingyu tampak gelisah, matanya tidak pernah benar-benar menatap Taeyong. Taeyong merasakan ada sesuatu yang berat di hati Mingyu, sesuatu yang ingin dia katakan tetapi belum menemukan kata-kata yang tepat.
Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, Mingyu akhirnya menghela napas dalam-dalam.
"Taeyong, ada sesuatu yang harus kita bicarakan."
Taeyong menatap Mingyu dengan cemas. "Apa itu, Gyu? Aku juga ingin membicarakan sesuatu"
Mingyu menghindari tatapan Taeyong, menatap cangkir kopinya sejenak sebelum akhirnya berbicara lagi.
"Aku merasa... kita semakin jauh. Ada terlalu banyak hal yang tidak kita bicarakan, terlalu banyak perasaan yang terpendam."
"Apa maksudmu?"
"Aku pikir, mungkin kita harus berpisah. Aku tidak bisa terus seperti ini, Taeyong."
Taeyong terdiam, lalu menundukkan kepala."Aku mengerti, aku juga ingin meminta maaf. Aku juga merasa kita berdua hanya saling menyakiti."
Mereka sama-sama terdiam.
"Kamu... ingin putus?"
Mingyu mengangguk pelan. "Iya, Taeyong. Aku pikir ini yang terbaik untuk kita berdua."
Mingyu meraih tangan Taeyong, menggenggamnya dengan lembut. "Aku masih peduli padamu, tapi aku merasa kita berdua butuh waktu untuk diri sendiri. Mungkin dengan berpisah, kita bisa menemukan kebahagiaan masing-masing."
"Kalau ini yang kamu inginkan, aku akan menghormatinya. Aku juga tidak bisa terus-terusan seperti ini."
"Terima kasih, Taeyong."
Mingyu menatap Taeyong dengan tatapan penuh harap.
"Bolehkah aku menciummu untuk terakhir kalinya?"
Taeyong terdiam sejenak, hatinya berdebar kencang. Ada sesuatu dalam permintaan Mingyu yang membuatnya merasa tergerak. Dia perlahan mengangguk, setuju dengan permintaan Mingyu.
Mingyu mendekat, menghapus jarak di antara mereka. Dengan hati-hati, dia mengangkat tangan dan membelai pipi Taeyong, menatapnya dengan dalam seolah ingin mengingat setiap detil wajahnya.
"Terima kasih, Taeyong," bisiknya sebelum menyatukan bibir mereka dalam ciuman yang lembut namun penuh makna.
Ciuman itu terasa berbeda, bukan seperti biasanya. Ada kesedihan, ada kerinduan, dan ada rasa perpisahan yang begitu kuat. Taeyong merasakan air mata mulai mengalir di pipinya, tapi dia tidak berusaha menahannya. Dia membiarkan dirinya tenggelam dalam momen itu, membiarkan setiap rasa yang ada meresap dalam hatinya.
Taeyong mengalungkan lengannya pada leher Mingyu saat ciuman itu terasa begitu dalam. Mingyu pun sama, memeluk pinggal ramping Taeyong dengan begitu posesif menikmati momen terakhir mereka.
Jaehyun, yang sejak tadi diam-diam mengikuti Taeyong, melihat pemandangan itu dari kejauhan. Melihat Taeyong dan Mingyu berciuman membuat hatinya terasa seperti teriris-iris. Rasa sakit yang tak tertahankan menjalar di dadanya, membuatnya sulit untuk tetap berdiri di tempat.
Dengan langkah berat dan hati yang hancur, Jaehyun memutuskan untuk pergi. Setiap langkah yang diambilnya terasa semakin berat, seolah beban emosional yang ditanggungnya semakin menumpuk. Dia berjalan menjauh, mencoba menghapus bayangan ciuman itu dari pikirannya, namun semakin dia berusaha, semakin jelas bayangan itu muncul di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the boy is mine🔞
Fanfiction"Kamu tahu, Ten, aku sepertinya menyukai Jaehyun, aku jatuh cinta padanya" "Taeyong, sejujurnya, aku juga menyukainya. Aku tidak pernah berpikir ini akan terjadi, tapi aku merasa tertarik padanya." ! Mature content! ! Adult content! ! Jaedo! ! JaeT...