bad idea, right?

193 21 0
                                    

Jaehyun berdiri diam di depan pintu apartemennya, tubuhnya terasa lemas, seakan-akan semua energi telah diserap oleh rasa sakit yang menggerogoti hatinya. Dengan sisa tenaga yang ada, dia mengulurkan tangan dan menggenggam pergelangan Taeyong, seolah-olah itu adalah satu-satunya hal yang bisa membuatnya tetap berdiri.

"Aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu di sampingku. Kau satu-satunya orang yang membuatku merasa hidup, satu-satunya alasan aku bertahan... tanpa kau, aku tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup."

Matanya memohon pada Taeyong, mencari sedikit harapan yang mungkin masih tersisa. "Aku sudah mencoba segalanya, Tae. Aku mengorbankan begitu banyak untuk kita. Aku mengesampingkan kebahagiaanku sendiri, menekan egoku, hanya untuk melihatmu tersenyum. Karena aku tahu, hanya itulah yang bisa membuatku merasa tenang. Dan sekarang kau ingin pergi? Kau ingin meninggalkan semua ini, meninggalkanku?"

Jaehyun menarik napas, mencoba meredakan perasaannya yang semakin kacau. "Selama tujuh tahun ini, aku sudah menggantungkan segalanya padamu. Kebahagiaanku, hidupku, semuanya. Aku tidak pernah bisa membayangkan hidup tanpa kau di sampingku. Setiap keputusan yang kuambil, setiap langkah yang kujalani, selalu ada kau di dalam pikiranku. Bagaimana aku bisa terus hidup jika kau tidak ada?"

Air mata kembali mengalir deras di pipinya, suaranya semakin parau. "Tae, aku tahu aku bukan yang terbaik, aku tahu aku membuat banyak kesalahan, tapi kumohon... berikan aku kesempatan lagi. Aku akan melakukan apapun untukmu, apa saja... asal kau tidak pergi. Aku tidak bisa bayangkan hidup tanpa kau di sampingku, karena tanpa kau, aku bukan siapa-siapa. Aku akan hancur."

Jaehyun memegang tangan Taeyong lebih erat, rasa takut yang begitu besar menguasainya. "Kumohon, Tae. Jangan tinggalkan aku. Jangan pergi dariku. Aku tidak akan pernah bisa menggantikanmu, dan aku tidak mau mencoba. Karena tidak ada yang bisa menggantikanmu dalam hidupku. Kau adalah satu-satunya yang membuatku merasa utuh."

Taeyong akhirnya menatap Jaehyun, melihat rasa putus asa yang terpancar jelas di matanya. Hatinya bergejolak, tapi dia tetap menjaga ekspresi dinginnya, meskipun di dalam hatinya terasa ada yang menekan keras.

"Jaehyun...Terkadang... cinta itu tidak cukup. Bahkan jika kau merasa tidak bisa hidup tanpaku... mungkin ini adalah waktunya bagimu untuk menemukan cara hidup tanpa aku."

Mendengar kata-kata itu, Jaehyun merasa seolah-olah seluruh dunianya benar-benar runtuh. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada mengetahui bahwa orang yang paling kau cintai merasa bahwa hidup tanpa dirimu adalah pilihan yang lebih baik. Perasaannya terbelah antara keinginan untuk memohon lebih keras dan kesadaran bahwa mungkin, ini benar-benar akhir dari segalanya.

Namun satu hal yang pasti, tanpa Taeyong di sampingnya, Jaehyun tahu dia akan kehilangan bagian terpenting dari hidupnya, bagian yang selama ini membuatnya merasa lengkap. Dan kini, tanpa itu, dia merasa hampa, seperti hidupnya sudah tidak berarti lagi.

Jaehyun tidak bisa menahan lagi semua emosi yang menyesakkan dadanya. Tubuhnya bergetar hebat, dan tangisnya pecah, terdengar seperti tangisan seseorang yang benar-benar kehilangan segalanya. Tubuhnya terasa lemas, seolah-olah semua tenaga yang tersisa telah habis. Tanpa berpikir, Jaehyun melangkah maju dan memeluk Taeyong erat, berharap bisa menemukan sedikit ketenangan dalam dekapan itu.

Tangannya menggenggam kuat di punggung Taeyong, seolah-olah tidak ingin melepaskan barang sedetik pun.

"Tolong, Tae" suaranya terdengar parau di antara isakan yang semakin menjadi. "Aku tidak tahu harus bagaimana tanpamu... Aku...aku akan mati"

Tangan Taeyong terangkat, dan tanpa sadar, dia mengelus punggung Jaehyun dengan lembut, gerakan yang seharusnya menenangkan. Namun, semakin Taeyong menyentuhnya, semakin erat Jaehyun memeluknya, seakan-akan takut kehilangan satu-satunya hal yang masih bisa dipegangnya dalam hidup.

the boy is mine🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang