stupid boy I & II

174 18 7
                                    

Pagi itu, Taeyong dan Jaehyun duduk di meja makan, menikmati sarapan bersama. Suasana tampak tenang, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Taeyong menyendokkan nasi ke mulutnya, lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum memulai pembicaraan.

"Jaehyun, aku ingin membahas tentang semalam" kata Taeyong dengan suara yang terdengar tenang, meskipun ada sedikit getaran.

Taeyong meletakkan sumpitnya, menatap langsung ke mata Jaehyun.

"Apa kamu berhubungan dengan mantanmu?"

Jaehyun tampak terkejut.

"Kamu tahu dari man-"

"Ternyata benar ya" potong Taeyong, suaranya mulai meninggi. "Pantas saja."

Jaehyun menggelengkan kepala, berusaha tetap tenang.

"Taeyong, ini tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Benarkah?" Taeyong menyahut dengan nada sinis. "Kamu menyebut namanya saat kita bersama, Jaehyun. Bagaimana aku bisa berpikir lain?"

Jaehyun menghela napas, berusaha mencari kata-kata yang tepat.

"Aku tidak bermaksud begitu. Itu hanya... slip of the tongue."

"Slip of the tongue?" Taeyong mengulang dengan nada marah. "Kamu serius? Kamu tidak bisa menghentikan pikiranmu tentang dia bahkan ketika kita sedang bersama?"

"Taeyong, aku minta maaf. Tapi kamu harus mengerti, ini bukan seperti yang kamu bayangkan" Jaehyun mencoba menjelaskan, suaranya mulai mengeras.

"Aku tidak peduli apa yang kamu bayangkan atau tidak, Jaehyun. Fakta bahwa kamu masih memikirkan dia sudah cukup menyakitkan bagiku" jawab Taeyong dengan tegas.

Jaehyun meremas sumpitnya, mencoba menahan amarah. "Aku tidak ada hubungan lagi dengan dia. Aku mencintaimu, Taeyong. Kenapa kamu tidak bisa mengerti itu?"

"Mencintaiku? Kamu mencintaiku tapi masih menyimpan perasaan untuk mantanmu?" Taeyong meledak, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.

Jaehyun berdiri dari kursinya, tatapannya tajam. "Kenapa kamu selalu membuat segalanya menjadi lebih sulit, Taeyong? Aku sudah bilang tidak ada apa-apa lagi antara aku dan Jungwoo!"

Taeyong berdiri, menatap Jaehyun dengan penuh emosi. "Karena kamu tidak pernah jujur, Jaehyun. Kamu selalu mengelak, selalu membuat alasan. Aku lelah dengan semua kebohongan ini."

Jaehyun mengepalkan tangannya, frustrasi. "Aku tidak berbohong! Aku hanya... aku hanya tidak ingin menyakitimu."

"Yah, kamu sudah melakukannya," kata Taeyong dengan suara rendah, penuh kepahitan. "Dan kamu terus melakukannya."

Jaehyun berusaha mengendalikan dirinya, tetapi rasa marah dan frustrasi membuatnya sulit. "Taeyong, bisakah kita tidak bertengkar tentang ini? Bisakah kita mencoba menyelesaikan ini dengan tenang?"

"Aku tidak tahu, Jaehyun. Entahlah"

Taeyong menatap Jaehyun, merasa kelelahan dengan perdebatan yang seolah tak berujung.

"Kita sudah bersama hampir tujuh tahun, Jaehyun. Tujuh tahun tanpa kejelasan. Apa kita ini?"

Jaehyun menghela napas panjang, matanya memicing. "Apa maksudmu, tidak ada kejelasan? Hubungan kita jelas, Taeyong. Aku mencintaimu, dan kamu mencintaiku. Apa yang kurang?"

Taeyong menggelengkan kepala, merasa frustrasi. "Tidak, Jaehyun. Itu tidak cukup. Selama ini, kita hanya seperti... tergantung di udara. Tidak ada rencana, tidak ada masa depan yang pasti."

"Kamu selalu membesar-besarkan segalanya, Taeyong. Hubungan kita sudah cukup baik. Kenapa kamu tidak bisa puas dengan itu?"

"Puas? Bagaimana aku bisa puas dengan hubungan yang tidak pernah memiliki kejelasan?" Taeyong berkata dengan nada tinggi. "Aku butuh sesuatu yang lebih, Jaehyun. Sesuatu yang nyata."

the boy is mine🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang