Knock Knock!
Suara lonceng apartemen Jaehyun berbunyi, sang penghuni yang sedang berolahraga santai di treadmill segera menghentikan kegiatannya.
"Siapa yang bertamu pagi-pagi sekali?"geramnya sembari berjalan ke arah pintu, melihat dari layar monitor pintu ternyata orang itu ialah Taeyong, seseorang yang belum ingin dia temui-.
Jaehyun menghela napas panjang, memutuskan untuk tidak membuka pintu. Dia merasa hatinya bergejolak, campuran antara cemburu dan kekesalan. Tidak ingin terlibat dalam percakapan yang pasti hanya akan memperburuk suasana hatinya, Jaehyun memutuskan untuk mengacuhkannya. Dia berbalik, meninggalkan pintu tanpa membuka.
Langkah-langkahnya menuju ke sudut ruangan di mana samsak tinju tergantung. Tanpa pikir panjang, dia meraih sarung tinju dan memasangnya dengan gerakan yang penuh emosi. Tangannya menggenggam erat, knucklesnya memutih. Jae mulai meninju samsak dengan keras, melampiaskan segala kekesalan yang tertahan di dalam dadanya. Setiap pukulan seolah-olah menghantam bayangan rasa cemburu yang tak pernah terucapkan.
Bak! Bak! Suara pukulan keras terdengar berulang kali di apartemen yang sunyi. Keringat mulai mengalir di wajahnya, tetapi Jaehyun terus memukul, mencoba mengusir perasaan negatif yang menguasainya, namun sayangnya kekesalan akan kecemburuannya semakin meluap-luap.
Dia tahu bahwa Taeyong mungkin masih berdiri di luar pintu, bingung atau mungkin juga kecewa karena diabaikan. Namun, saat ini, Jaehyun tidak peduli. Dia hanya ingin mengosongkan pikirannya, mengeluarkan semua emosi yang selama ini mengganggunya.
Taeyong berdiri di depan pintu apartemen, menarik napas dalam-dalam sebelum menekan bel. Hatinya berdebar-debar, penuh dengan campuran harapan dan kecemasan. Sudah lama sejak terakhir kali mereka berbicara, dan Taeyong tahu bahwa banyak hal telah berubah dari Jaehyun.
Saat bel pintu berbunyi, Taeyong menunggu dengan sabar. Namun, ketika tidak ada respons, dia mencoba lagi. Tetap saja, tidak ada jawaban. Taeyong merasa kebingungan. Dia tahu Jaehyun ada di dalam, lampu apartemennya menyala, dan dia bisa mendengar suara samar dari dalam.
Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang semakin terasa menekan. Taeyong menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa kecewa. Dia tidak ingin menyerah begitu saja, tapi dia juga tidak ingin memaksa.
Dengan enggan, Taeyong memutuskan untuk pergi, memberi Jaehyun ruang yang dibutuhkannya walaupun ia juga tidak mengerti alasan pasti Jaehyun tiba-tiba bersikap seperti ini padanya.
Saat meninggalkan apartemen, Taeyong menoleh sekali lagi ke pintu yang tertutup rapat. Dia berharap bahwa suatu hari nanti, mereka bisa menyelesaikan semuanya dan kembali seperti dulu.
Beberapa menit berlalu, dan pukulan Jaehyun mulai melambat. Nafasnya terengah-engah, keringat sudah membanjiri tubuhnya, tubuhnya lelah. Dia berhenti, melepaskan sarung tinju, dan duduk di lantai, menatap samsak yang sekarang bergoyang pelan.
Jaehyun duduk di lantai, mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah. Dia merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan hatinya berdegup kencang.
Jaehyun semakin marah. Dia mengumpat dengan kasar, "Sialan! Kenapa sekarang, Taeyong? Kenapa harus sekarang?"
Tanpa menunggu lagi, Jaehyun bangkit dan memasang kembali sarung tinjunya. Rasa sakit di hatinya semakin dalam, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasakan sakit hati yang begitu menyiksa. Setiap kenangan bersama Taeyong dan perasaan cemburu yang menggerogoti hatinya kini berubah menjadi kekuatan yang brutal.
Dia mulai memukul samsak tinju dengan lebih keras. "Bak! Bak!" Suara pukulan menggema di seluruh apartemen. Setiap pukulan penuh dengan kemarahan dan kekecewaan, seolah-olah dia mencoba memukul habis rasa sakit yang menyiksa dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the boy is mine🔞
Fanfiction"Kamu tahu, Ten, aku sepertinya menyukai Jaehyun, aku jatuh cinta padanya" "Taeyong, sejujurnya, aku juga menyukainya. Aku tidak pernah berpikir ini akan terjadi, tapi aku merasa tertarik padanya." ! Mature content! ! Adult content! ! Jaedo! ! JaeT...