Satu minggu kemudian.Indra benar-benar telaten dalam menjaga Nina. Pria itu bahkan tidak segan untuk membersihkan kotoran istrinya. Karena wanita itu masih susah menggerakkan badan. Meski kini sudah lebih baik dari saat awal membuka mata.
"Aku jadi pulang sekarang, kan? Aku sudah kangen anak-anak."
Indra mengangguk singkat. Pria itu baru saja mencuci tangan. Lalu menatap Nina yang kini duduk bersandar di atas ranjang. Sembari memangku iPad. Karena di sana ada banyak foto dan video si kembar.
"Iya. Sabar, ya?"
Nina mengangguk saja. Lalu kembali menatap iPad. Sebab dia masih belum dipertemukan dengan si kembar. Karena keadaannya belum pulih sekarang.
Indra tampak gelisah. Dia mulai mengemas barang-barang Nina dengan tergesa. Karena dia sudah mengurus kepulangan istrinya.
"Ngomong-ngomong, Mama Dina kok tidak datang, ya?" Tanya Nina agak khawatir.
Sebab selama satu minggu ini hanya Indra yang menemani. Tidak ada siapapun lagi. Termasuk Dina, sang mertua yang memang juga tinggal di kota ini.
"Mama, kan, sibuk ngurus anak kita. Nanti bisa bertemu di rumah."
Bohong Indra pada istrinya. Karena jelas bukan ibunya yang sedang ada di rumah. Karena wanita lain yang ada di sana.
Sekedar informasi, orang tua Nina sudah memiliki keluarga lain sekarang. Mereka berpisah dan sibuk dengan masing-masing keluarga. Bahkan saat Nina menikah mereka tidak datang, apalagi saat wanita itu bangun dari koma.
Sedangkan ayah Indra, dia sudah lama meninggal. Sehingga kini, ibunya tinggal sendirian. Namun bertetangga dengan banyak saudara. Sehingga dia tidak kesepian.
"Aku perlu mandi dulu?"
"Kamu sudah cantik. Tadi, kan, sudah cuci wajah dan gosok gigi."
Nina tersenyum tipis. Lalu meletakkan iPad di meja. Karena dia mulai meraih kaca setelahnya. Guna meneliti penampilan.
"Anak-anak masih kenal aku, kan, ya? Apa jangan-jangan, mereka tidak tahu kalau aku ibunya? Makanya kamu melarang mereka datang saat aku sadar. Alasan kesehatanku, pasti hanya akal-akalanmu saja, kan?"
Tubuh Indra menegang. Dia yang sedang menarik resleting tas langsung bangkit sekarang. Lalu mendekati ranjang istrinya dengan jantung berdebar.
"Nina...."
"Iya, Sayang? Aku hanya bercanda. Kenapa wajahmu tegang?"
Nina terkekeh pelan. Lalu mengusap lengan suaminya. Sebab dia sudah selesai berkaca.
"Sebenarnya ... aku ...."
"Kamu apa?"
Indra berkaca-kaca. Dia masih merasa tidak tega mengatakan apa yang sedang terjadi sebenarnya. Padahal dia memiliki waktu satu minggu sebelumnya. Namun justru kelu di lidah masih dirasakan.
"Aku sudah menikah. Karena anak-anak butuh ibunya. Maafkan aku, Nina ...."
Pengakuan Indra membuat Nina terguncang. Senyum yang sebelumnya tersungging perlahan pudar. Berganti dengan air mata yang tiba-tiba membasahi wajah.
Nina tidak bodoh. Sejak siuman dia sudah merasa ada yang berbeda. Ada yang aneh dengan suaminya. Karena pria itu menolak mendatangkan anak-anak. Mertuanya juga tidak datang. Apalagi teman-teman mereka yang seharusnya ikut senang jika dia sadar.
"Aku minta maaf, Nina. Aku minta maaf."
Indra menangis kencang. Dia menundukkan kepala dalam-dalam. Membuat air matanya mengalir deras hingga menjatuhi ranjang. Mengenai tangan Nina yang sudah mengepal.
"Keluar, Ndra! Aku butuh waktu sendiri sekarang. Sebentar saja. Aku butuh menenangkan diri agar tidak meledak."
Indra tampak enggan beranjak. Namun setelah menatap Nina yang kini memalingkan wajah, dia mulai keluar dari sana. Meninggalkan istrinya yang masih shock akan berita yang baru saja disampaikan.
"Setengah jam. Aku butuh waktu setengah jam. Setelah itu silahkan kembali masuk ruangan."
Indra menutup pintu sembari mengangguk singkat. Meninggalkan Nina yang kini hanya menangis saja. Sebab dia jelas merasa marah dan kecewa sekarang.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]
RomanceNina baru saja bangun dari koma, namun dia harus menerima fakta jika suaminya telah menikahi wanita lain saat dirinya berjuang di antara hidup dan tidak. Menikahi wanita yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Wanita yang tidak dia kenal sebelumnya...