4

13K 270 7
                                    

Gerbang rumah terbuka.

Nina menatap dua satpam yang baru saja membuka gerbang. Membuat wanita ini mulai bertanya-tanya sudah sesukses apa suaminya saat ditinggalkan. Hingga bisa mempekerjakan dua satpam di dalam rumah.

Wah! Ini sungguhan rumah Indra?

Nina menatap rumah tiga lantai di depan dengan mata berbinar. Rumah dengan gaya eropa klasik warna putih tulang. Serta aksen hitam di beberapa bagian. Sehingga membuat rumah ini tampak seperti gedung pernikahan.

"Ayo masuk! Anak-anak sudah menunggu."

Nina yang sejak tadi melamun mulai tersadar saat pintu samping terbuka. Entah sejak kapan Indra keluar dan membukakan pintu untuknya. Sembari mengulurkan tangan juga.

Nina menepis kasar tangan Indra. Karena dia sudah benar-benar jijik pada suaminya. Karena telah menghamili Maria. Meski sebenarnya itu wajar terjadi dalam pernikahan.

Ceklek...

Pintu rumah terbuka. Nina disambut empat ART yang membungkukkan badan. Membuat dirinya agak merasa segan. Karena dia belum pernah didampingi ART sumur hidupnya.

"Nina!"

"Mama Dina?"

Nina berjalan cepat menuju mertuanya. Wanita yang masih terlihat cantik meski sudah termakan usia. Wanita yang kini memeluknya erat-erat. Meski dulu sering bertengkar dengannya.

"Maaf karena Mama tidak bisa datang ke rumah sakit."

"Tidak apa-apa, Ma."

"Mbak Nina ...."

Nina melepas pelukan saat mendengar suara halus memanggilnya. Dia Maria. Wanita berhijab merah merah muda yang sedang menatap takut dirinya.

Wajar. Ini karena mereka baru kali pertama bertatap muka. Apalagi Maria sedang hamil sekarang. Dia takut Nina murka dan menyakiti bayinya.

"Kamu Maria?"

Maria mengangguk. Membuat Nina mendekat dan tersenyum kecut. Lalu mengulurkannya tangan agar wanita itu tidak takut.

"Terima kasih karena sudah menjaga keluargaku. Setelah melahirkan, kamu pasti akan pergi dari sini, kan?"

Pertanyaan Nina membuat Maria enggan berjabat tangan. Wanita itu mulai memeluk perutnya. Dengan mata berkaca-kaca.

"Maksud Mbak, apa? Aku akan diceraikan? Menjadi janda dan merawat anak ini sendirian?"

"Nina, kamu—"

"Diam Indra! Aku hanya ingin mempertahankan rumah tangga kita. Aku tidak mau ada orang baru yang merusak semuanya. Aku tidak mau dengan hadirnya dia membuat mental Hunter dan River berantakan!"

"Sayangnya kamu salah, Nina. Hunter dan River sangat menyukai Maria. Mereka bahkan tidak kenal kamu siapa. Mama rasa, kamu yang seharusnya pergi dari rumah agar keutuhan keluarga ini tetap terjaga."

"Mama!"

Bentak Indra pada ibunya. Membuat Nina lagi-lagi menitihkan air mata. Karena tersadar jika memang dirinya yang merasa asing di sana. Sebab dia pun baru kali ini menginjakkan kaki di rumah.

"Kenapa harus akau yang pergi, Ma? Hunter dan River anak-anakku! Anak kandungku! Rumah ini dan semua yang Indra punya juga atas campur tanganku!"

Nina menatap Dina dengan emosi yang memuncak. Karena egonya sedikit terluka. Dia merasa berhak berada di sini sekarang. Bukan justru pergi seperti pecundang.

"Saat bersamamu, bisnis Indra tidak sebesar itu. Semua ini berkat Maria. Kamu pasti pernah dengar istilah beda istri beda rezeki, kan? Itu berlaku sekarang. Setahun kebelakang bisnis Indra naik pesat. Bahkan bisa pindah ke bangunan yang lebih besar, menambah karyawan dan bisa membeli rumah ini secara cash. Semua ini terjadi setelah Indra menikahi Maria. Semua ini milik Maria. Kamu tidak berhak ikut menikmatinya!"

Nina hanya bisa mengepalkan tangan. Dia tidak menyangkal jika apa yang diucapkan mertuanya benar. Karena memang ada rezeki Maria di setiap perjuangan Indra. Setelah mereka menikah.

"Kalau begitu aku akan pergi! Tapi aku akan membawa Hunter dan River dari sini!"

"BUNDAAAA!!!"

"BUNDAAAA!!!"

Sedetik kemudian ada suara lain dari atas. Mereka Hunter dan River yang baru saja  tidur siang. Mereka menangis karena tidak melihat Maria di sampingnya. Karena biasanya, wanita itu akan tidur di tengah-tengah mereka.

Tbc...

ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang