9

9.5K 250 0
                                    


Satu bulan kemudian.

Nina baru saja turun ke ruang makan. Dia tampak rapi seperti biasa. Karena setiap hari dia akan mengantar si kembar sekolah. Mengingat perut Maria semakin besar. Sehingga dia butuh banyak istirahat.

"Makan yang banyak, ya? Nanti siang kita makan di mall. Hunter jadi potong seperti Mama, kan?"

Hunter mengangguk cepat. Sebab dia mulai bosan dengan rambut panjang. Selain itu, teman-temannya juga banyak yang memuji Nina. Hingga ikut potong seperti itu juga. Total ada lima anak dalam satu kelas yang tiba-tiba potong wolf cut seperti Nina. Tidak heran jika Hunter ingin ikut juga.

"Nanti pulang jam berapa, Mbak? Aku ada janji dengan dokter soalnya."

Tanya Maria dengan nada sopan. Tidak ada nada menuntut di sana. Apalagi ingin diutamakan. Sehingga Nina tidak pernah sekalipun mengusiknya.

"Anak-anak pulang sekolah jam sepuluh. Ke mall dan yang lain bisa sampai jam dua. Karena macet juga. Kenapa tidak minta antar Indra saja? Dia, kan, ayahnya."

Indra yang sejak tadi menatap Nina mulai mengalihkan pandangan. Menuju Maria, istri keduanya yang kini hamil besar.

"Janjimu jam berapa? Kalau ada waktu kuantar. Kalau tidak, dengan Pak Hanan saja, ya? Nanti aku minta dia pulang setelah mengantar."

"Jam satu siang, Mas."

Indra diam sejenak. Guna berpikir tentu saja. Sebab dia ada acara sepertinya.

"Aku ada janji dengan orang. Kamu dengan Pak Hanan saja, ya?"

"Baik, Mas. Terima kasih."

Maria tampak sedih. Namun hanya Nina yang sadar hal ini. Sebab Indra mulai fokus menatap si kembar yang sedang saling suap makanan di piring.

Kasihan. Sepertinya dia banyak pikirkan akhir-akhir ini. Kantung matanya hitam sekali.

Batin Nina yang masih mengamati Maria. Sebab wanita itu memang banyak diam jika di dekatnya. Atau bahkan di dekat yang lain juga.

Sebab selama mereka tinggal di bersama, Nina tidak pernah melihat Maria berbincang lama dengan yang lain kecuali saat si mertua datang. Karena Jika bersama anak-anak, Maria akan ikut bermain juga. Tidak heran jika mereka merasa nyaman.

9. 30 PM

Nina mendekati Indra yang bru saja pulang. Pria itu tampak lelah seperti biasa. Karena pekerjaannya begitu banyak. Sehingga dia kurang istirahat sebenarnya.

"Kamu pernah antar Maria ke dokter, Ndra?"

"Kenapa tanya ini tiba-tiba? Ada apa dengan Maria? Dia baik-baik saja, kan?"

Nina hanya menarik nafas panjang. Lalu melipat tangan di depan dada. Sebab dia ingin menginterogasi suaminya.

"Dia hamil anakmu! Kenapa kamu terlihat apatis begitu?"

"Kata siapa aku apatis? Aku pernah mengantar Maria ke rumah sakit. Meskipun hanya sekali. Kamu kenapa, sih? Kenapa membahas hal ini? Seharusnya kita bahas tentang hubungan kita! Selama di rumah kamu selalu menghindar! Tidak pernah memenuhi kewajiban!"

Nina mulai menautkan alisnya. Merasa tidak terima. Sebab seingatnya, kewajiban sebagai ibu adalah merawat anak-anak dengan penuh cinta. Sedangkan selama di rumah, dia merasa sudah melakukan.

Seperti memandikan. Mengantar jemput saat sekolah. Dan masih menemani bermain di rumah.

"Aku sudah memenuhi kewajiban sebagai ibu! Aku mengurus mereka sejak bangun tidur hingga mau tidur! Aku—"

"Kamu lupa kalau kamu juga seorang istri, Nin?"

Indra berkaca-kaca. Membuat Nina mulai tersentak. Sebab dia baru tersadar jika apa yang dimaksud suaminya adalah urusan ranjang.

Tbc...

ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang