6. 30 PM
Indra sengaja pulang lebih cepat dari biasa. Sebab dia ingin makan malam di rumah sekarang. Mengingat dia jarang sekali makan di rumah sejak satu tahun ke belakang.
Selain itu, ini juga karena Indra ingin mencoba berbaikan dengan Nina. Ingin kembali memenangkan hatinya. Sebab sejak siuman, Nina benar-benar memasang tembok tinggi untuknya.
Sehingga Indra yang sehari-hari sibuk kerja tidak memiliki kesempatan. Dia terlalu lelah dengan urusan pekerjaan. Sehingga kehadiran Nina sedikit terabaikan.
"Nanti Papa boleh tidur dengan kalian?"
Tanya Indra saat selesai makan. Membuat Hunter dan River saling tatap. Lalu melirik Nina yang memang setiap malam tidur dengan mereka.
"Kalian tidur dengan Papa malam ini. Mama tidur dengan kalian besok siang. Kapan lagi Papa pulang cepat, kan?"
Hunter dan River mengangguk cepat. Setuju dengan permintaan Indra. Sebab mereka juga rindu si ayah.
"Kapan HPLnya, Mar?"
Tanya Nina pada Maria yang sejak tadi diam saja. Karena biasanya juga demikian. Maria tidak akan banyak bicara karena selalu sibuk dengan pikiran di kepala.
"Minggu ini, Mbak."
"Kamu sudah siapkan tas untuk persalinan? Kalau belum nanti aku bantu kemas."
"Sudah, Mbak. Sudah aku siapkan sejak awal bulan."
"Bagus kalau begitu. Kalau merasa tidak enak, langsung bilang, ya?"
Maria mengangguk singkat. Lalu lanjut makan. Karena dia dan si kembar belum selesai makan.
10. 10 PM
Nina sedang bertukar pesan dengan Gina dan Eca. Karena mereka mengeluh lelah jadi budak korporat dan ingin menikah saja. Dengan Indra agar bisa menjadi istri ketiga dan keempat.
"Gila!"
Nina membalas pesan mereka dengan candaan. Karena dia sudah berdamai dengan hal ini juga. Sebab untuk sekarang, dia merasa baik-baik saja. Apalagi Maria tidak bertingkah juga. Sehingga dia betah hidup berdampingan dengan istri baru Indra.
Ceklek...
Nina terkejut saat Indra tiba-tiba masuk kamar. Karena pintu kamar ini tidak pernah Nina kunci saat malam. Mengingat si kembar sering datang ke kamarnya di tengah malam. Ketika dia tidak tidur di kamar sebelah. Tidak heran jika akhir-akhir ini dia selalu tidur di kamar mereka.
"Galang bilang kalau kamu mendaftarkan satu anak di sekolahnya. Kamu minta Pak Jono untuk antar jemput juga. Dia siapa?"
Nina yang awalnya rebahan langsung duduk sekarang. Memangku ponsel dan menatap Indra yang kini duduk di tepi ranjang.
"Anak kenalanku. Rumahnya ada di depan sekolah anak-anak. Setiap menunggu mereka aku duduk di sana. Lagi pula Pak Jono gabut juga, jadi kuminta antar jemput sekalian. Tidak masalah, kan? Membantu satu orang tidak akan membuat kita jatuh miskin juga."
Nina mulai berantisipasi dengan berkata demikian. Karena dia takut Indra marah karena dia bertindak demikian. Sebab sebagai kepala keluarga, dia yang seharusnya memutuskan segalanya.
Nina mengira, ego Indra mungkin terluka. Sehingga dia sudah menyiapkan bantahan jika terkena amukan. Mengingat dia juga memiliki saham di perusahaan. Seharusnya dia juga berhak melakukan apa saja.
"Aku tdiak keberatan. Tidak masalah kalau kamu mau membantu orang. Benar katamu, membantu satu orang tidak akan membuat kita miskin juga."
Nina tampak lega. Sedangkan Indra mulai mengusap tangan istrinya. Sembari terus menatap matanya.
"Aku kangen Nina yang dulu. Kamu tidak begitu?"
Untuk sejenak Nina terlena. Dia menatap Indra yang memang pacar pertamanya. Dia juga satu-satunya pria yang pernah menyentuh dirinya. Sehingga pria itu jelas sangat berarti baginya.
"Aku juga kangen kamu, Ndra."
Nina mulai mengusap pipi Indra. Membuat pria itu semakin mendekatkan wajah. Lalu melumat bibir tipis si wanita.
Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/370591533-288-k680615.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]
RomanceNina baru saja bangun dari koma, namun dia harus menerima fakta jika suaminya telah menikahi wanita lain saat dirinya berjuang di antara hidup dan tidak. Menikahi wanita yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Wanita yang tidak dia kenal sebelumnya...