Maria sedang sarapan dengan Indra. Berdua saja. Karena si kembar menginap di ruang Nina."Mas, aku butuh uang untuk belanja. Tolong kembalikan kartuku, ya?"
Bujuk Maria pada Indra. Sebab bulan lalu semua kartunya disita. Setelah ketahuan membeli tas seharga lima ratus juta.
"Itu bukan kartumu, Mar. Itu milikku semua. Aku yang mengisi, kan?"
"Iya, sih, Mas. Tapi itu hakku juga. Mbak Nina saja bisa mengadakan pernikahan mewah seperti itu. Yakali aku beli tas saja sampai dihukum berminggu-minggu!"
Indra berhenti makan. Lalu menatap Maria tajam. Sebab lagi-lagi wanita itu membahas Nina saat mereka berdebat.
"Nina berbeda dengan kamu. Nina punya setengah saham perusahaan. Sedangkan kamu? Apa kontribusimu? Wajar kalau aku membatasi pengeluaranmu yang tidak masuk akal itu!"
"Mas, tasku hanya lima ratus juta! Sedangkan pernikahan Nina memakan biaya lebih banyak! Satu miliar saja ada, kan? Aku sempat dengar saat dia datang ke rumah. Untuk minta uang!"
"Dia tidak minta padaku, itu memang uang Nina. Selama ini aku yang menyimpannya. Sudah, Mar! Aku tidak mau membahas ini sekarang! Kenapa selalu uang yang kamu ributkan? Apa memang seperti ini sifat aslimu, hah? Serakah!"
Maria berkaca-kaca. Tidak menyangka jika Indra sampai hati berkata demikian.
"Aku juga berkontribusi di keluarga ini, Mas! Tanpa aku anak-anak tidak akan tumbuh dengan baik! Tanpa aku Mas tidak akan bisa fokus kerja dan sesukses ini!"
"Itu bukan kontribusi, tapi balas budi. Kamu lupa kalau aku juga membayarmu mahal sekali? Sebelum menjadi istri, hubungan kita juga hanya sebatas transaksi. Kamu mengurus si kembar dan digaji. Setelah menikah, jelas kamu harus merawat mereka lebih baik, karena aku sudah membayar hutang orang tuamu dua miliar lebih. Bahkan menghidupi mereka sampai saat ini. Tapi sekarang kamu mulai tidak tahu diri. Menghabiskan banyak uang untuk hal-hal yang tidak penting!"
Maria menangis. Dia tidak menyangka jika Indra bisa sejahat ini. Pada dirinya yang sudah menjadi istrinya sendiri. Padahal selama ini, dia sudah berusaha menjadi ibu tiri yang baik. Bahkan saat ada anaknya sendiri.
"Uang yang kupakai untuk bersenang-senang tidak akan membuatmu miskin, Mas! Aku tahu uang Mas banyak! Jauh lebih banyak dari yang kuhabsikan setiap bulan! Dan juga, aku seperti ini juga karena Mas! Karena Mas tidak bisa memperlakukanku seperti saat Mas memperlakukan Nina! Mas hanya baik padaku saat mau bercinta saja! Selebihnya, aku hanya dilewati saat berpapasan! Aku juga butuh kasih sayang, Mas! Aku butuh perhatian! Aku juga butuh—"
"Kamu tidak akan pernah bisa seperti Nina, Mar. Kalian berbeda, meski ada beberapa aspek yang sama. Baik, kalau selama ini kamu merasa tidak nyaman. Kita bercerai saja, ya? Aku juga tidak mau memelihara benalu di rumah. Aku tahu uang yang kamu pakai tidak akan membuatku jatuh miskin, tapi jika ini terus berlanjut tanpa kucegah secepat mungkin, bukan mustahil kalau kamu akan menghancurkan keluarga ini. Aku tidak mau anak-anakku menderita karena ini. Aku memulai semua ini dari awal, aku tahu bagaimana susahnya mencari uang. Jadi, aku tidak akan membiarkan kamu merenggutnya. Karena orang yang paling berhak menikmati semua ini hanya Nina dan anak-anak. Bukan kamu, Mar."
Maria langsung bangkit dari kursi. Dia merasa sakit hati. Lalu meninggalkan si suami.
Namun belum sampai Nina membuka pintu kamar, tiba-tiba saja terdengar teriakan dari bawah. Para pekerja di rumah mulai berteriak memanggilnya. Karena Indra tiba-tiba tidak sadar. Dia mengalami serangan jantung dan meninggal di tempat.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]
RomanceNina baru saja bangun dari koma, namun dia harus menerima fakta jika suaminya telah menikahi wanita lain saat dirinya berjuang di antara hidup dan tidak. Menikahi wanita yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Wanita yang tidak dia kenal sebelumnya...