24

9K 187 0
                                        

Nina bukan wanita yang akan berpangku tangan jika ada sesuatu yang tidak benar di depan mata. Seperti sekarang. Dia sedang menegur pria muda yang sedang duduk di kursi kereta yang ternyata sudah ada pemiliknya. Lansia pula. Sehingga lansia itu harus berdiri karena keadaan kereta sedang penuh semua.

"Mas, saya tahu anda tidak benar-benar tidur. Kalau ini benar-benar kursi Mas, coba tunjukkan boarding passnya!"

Ucap Nina yang memasang wajah kesal. Dia juga meminta pria lansia ini duduk di kurisnya. Karena kebetulan sekali dia duduk di pinggir jalan. Sebab Oliver ingin merekam dari jendela.

"Mas—"

"Jangan sentuh saya!"

Nina agak mundur saat pria ini membuka mata. Karena sentuhan tangannya ditepis kasar. Sebab mungkin dia tidak nyaman disentuh oleh orang asing di kereta.

"Kalau begitu bangun, Mas! Jangan merebut hak orang!"

Nina mulai tersulut. Sebab orang-orang tidak ada yang berani menegur. Karana Oliver juga sedang berada di kamar mandi saat itu. Buang air kecil karena kebanyakan minum.

"Siapa yang merebut hak orang? Aku datang lebih dulu! Aku yang lebih berhak duduk!"

"Tapi aturan di kereta tidak seperti itu, Mas! Orang-orang yang berhak duduk dia yang—"

Plak...

Nina mendapat tamparan dari pria itu. Membuat orang-orang di sana mulai berkerumun. Guna memisah Nina dengan pria yang baru saja memukul.

Oliver yang baru saja keluar dari kamar mandi jelas terkejut. Sebab kerumunan orang berada di dekat tempat duduk. Membuatnya lekas membelah orang-orang itu.

"Ada apa ini? Kak Nina?"

Oliver melihat sudut bibir Nina yang berdarah. Wajahnya juga merah sebelah. Membuatnya lekas meninju pria yang sedang dipegang orang-orang membabi buta. Hingga orang-orang yang memegangi mulai menghindar. Karena takut terkena juga.

"BAJINGAN!"

BUGH... BUGH... BUGH...

Tidak lama kemudian petugas datang. Mereka dipisahkan. Pria itu dibawa ke ruangan untuk diinterogasi oleh petugas. Sedangkan Nina dan Oliver kembali duduk setelah menjawab pertanyaan singkat dari petugas. Sebab orang-orang di sekitar juga membela sehingga mereka bisa kembali duduk dengan tenang.

"Permisi Nak, ini untuk kompres wajah. Maaf karena sudah buat susah."

Ucap lansia tadi setelah meminta kompres dingin dari petugas kereta. Membuat Oliver langsung menerima. Lalu menempelkan kompresi ini pada wajah Nina.

"Terima kasih. Tidak apa-apa, Pak. Orang seperti itu memang harus diberi pelajaran. Supaya lebih tertib kalau naik kereta."

Olivier menyunggingkan senyuman. Entah kenapa jantungnya tidak berhenti berdebar. Karena dia merasa terus dibuat jatuh cinta setiap harinya. Oleh Nina yang memang lebih tua lima tahun darinya.

Beberapa jam kemudian mereka tiba di Semarang. Bekas kemerahan di wajah Nina juga sudah hilang. Karena tidak berhenti dikompres Oliver selama perjalanan.

"Terima kasih, Nin. Tapi sudah tidak ada kamar kosong di sini. Kamu, sih. Tidak bilang dulu. Kalau tahu kan bisa Tante bersihkan kamar yang ada di belakang dulu."

Ucap Sonia, adik ibunya. Sekaligus wanita yang sudah menampung Nina cukup lama. Tidak heran jika dia masih merasa berjasa meski hidup dengan Sonia ada tidak enaknya juga.

"Ya sudah, Tante. Aku bisa sewa hotel. Salam ke Om, ya? Maaf tidak bisa lama-lama."

"Iya."

Setelah berpamitan, Nina kembali ke mobil sewaan. Sebab dia memang berniat menginap di rumah Sonia pada awalnya. Sedangkan Oliver yang tidak punya kenalan dekat disewakan hotel untuk satu malam. Sebab acara reuni berlangsung nanti malam dan besok siang mereka akan langsung pulang.

"Bagaimana, Kak?"

"Tidak ada kamar. Aku sewa kamar di hotelmu saja, lah! Ayo berangkat sekarang!"

Oliver yang menyetir mulai mengangguk singkat. Lalu menuju hotel yang diarahkan google maps. Sebab dia tidak hafal bangunan di sana juga.

"Permisi, Kak. Saya mau pesan kamar untuk satu orang. Apa masih ada?"

"Maaf, Kak. Untuk malam ini kosong. Tapi untuk besok masih ada."

Oliver yang sudah mendapat kunci kamar mulai menatap Nina yang tampak bingung di sampingnya. Tentu karena agak susah jika mereka menginap di hotel yang berbeda. Sebab jarak hotel ini dan hotel yang lainnya. Agak jauh juga.

"Ya sudah, kita sharing kamar saja."

Nina menatap Oliver yang berkata seperti itu dengan gamblang. Membuat dua resepsionis yang berjaga mulai saling lirik dan tersenyum saja. Sebab mereka mengerti jika ada percikan romansa di antara mereka.

"Terima kasih, Kak."

Oliver menggenggam tangan Nina menuju lift. Mereka naik dan akhirnya tiba di kamar yang mereka pesan. Kemudian sama-sama masuk dan beristirahat sebentar. Sebelum berangkat ke acara reuni sekolah.

Tbc...

ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang