7

10.8K 250 0
                                        


Nina diantar supir ke mall. Guna membeli ponsel dan beberapa barang-barang yang dibutuhkan. Sebab selama satu bulan ini dia hanya memakai barang yang sudah disiapkan. Seperti pelembab wajah dan lipstick merah. Karena produk kecantikan lama Joanna sudah dibuang semua akibat kadaluarsa.

"Cantik sekali!"

Puji Nina pada seseorang. Dia ingin memotong rambut panjangnya di salon yang ramai orang. Namun matanya tertuju pada remaja yang baru saja selesai membayar. Dengan raut senang, karena dia tidak berhenti berkaca dan memainkan rambutnya.

"Mau treatment apa, Kak?"

Tanya salah satu pekerja yang mendekat. Dia menyapa Nina dengan ramah. Karena itu memang tugasnya.

"Aku mau potong seperti dia!"

Jawab Nina sembari menunjuk gadis tadi. Dia tampak senang sekali. Karena tidak kunjung berhenti menatap diri.

"Oh, wolf cut. Mari, Kak! Silahkan duduk di sini!"

Nina mengangguk kecil. Lalu duduk di kursi yang baru saja kosong saat ini. Tidak heran jika pantatnya terasa hangat saat ini.

"Nanti mau sekalian dicuci, Kak?"

"Boleh."

Nina  membuka ponsel yang baru saja dibeli. Dia langsung melakukan registrasi karena kartu lamanya sudah tidak bisa hidup lagi. Beruntung dia hafal alamat email dan kata sandi. Sehingga dia bisa log in di beberapa akun sosial media guna menghubungi teman-teman yang ingin ditemui.

Setelah dua jam di mall, Nina akhirnya menemui teman-temannya. Mereka berkumpul dia kafe dekat perkantoran. Sebab mereka hanya bisa bertemu di jam makan siang.

"NINA!"

Nina melambaikan tangan pada Gina dan Eca. Mereka adalah teman SMAnya. Teman yang paling dekat dengannya.

"YA TUHAN! INI SERIUS NINA TEMANKU? SEJAK KAPAN KAMU BANGUN? KENAPA SUAMIMU TIDAK MEMBERI KABAR APAPUN?"

Eca menangis haru. Sembari memeluk Nina yang sudah mendekati wanita itu. Disusul dengan pelukan Gina yang menyusul.

"Ini seperti mimpi. Aku kira kamu tidak akan pernah bangun lagi."

Ucapan Gina membuat ketiganya menangis. Menangis bahagia karena bisa berkumpul lagi. Berkumpul bersama para teman baik yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri.

"Udahan nangisnya. Aku lapar!"

Gina dan Eca melepas pelukan. Lalu menatap lekat-lekat wajah Nina yang tampak lebih segar karena potongan barunya. Sebab wanita itu belum pernah potong seperti ini sebelumnya.

"Nin, kamu cantik sekali. Terlihat muda. Tidak kalah dengan Maria!"

Eca mulai menutup mulutnya. Sebab dia baru sadar jika sudah salah berbicara. Karena terlanjur membahas Maria sebelum wanita itu cerita.

"Tidak apa-apa. Aku tahu tentang Maria. Aku bangun satu bulan lebih. Aku sudah bisa menerima ini."

Nina mulai mendudukkan diri. Lalu menatap Gina dan Eca dengan senyum tipis. Sebab mereka tidak berubah banyak saat ini.

"Aku lihat-lihat kalian makin cantik. Spill the tea!"

Eca tersenyum dan menyibak rambutnya. Seolah ingin pamer kecantikan. Sebab dia sadar jika memang menawan.

"Kita perawatan, Nin. Eca yang maksa. Tapi serius kita makin cantik?"

Nina mengangguk mantap. Lalu mencondongkan badan. Seolah ingin membicarakan rahasia.

"Iya, Anjir! Spill klinik, plis! Aku juga mau makin cantik! Double chin Eca hilang. Smile linemu, Gin, hilang juga."

Eca dan Gina tersenyum bangga. Lalu mendekatkan kepala. Guna membagi rahasia awet muda mereka.

"Kita meso lipo, terus botox juga. Setelah ini aku spill kliniknya. Nanti sebut namaku sebelum daftar. Supaya bisa dapat promo juga."

Bisik Eca pada Nina. Gina yang ikut mendengar hanya mengangguk saja. Sebab dia yang selama ini paling cuek dengan penampilan mulai sedikit merasakan manfaat perawatan juga.

Tbc...

ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang