Nina mulai menarik nafas panjang. Lalu melepas tangan yang sebelumnya dilipat di depan dada. Sebab dia sedang tidak ingin menantang Indra."Kamu sudah ada Maria. Dan sekarang kamu masih butuh aku, Ndra? Itu serakah namanya!"
Nina berusaha berbicara dengan nada suara rendah. Sebab dia sedang tidak ingin menyulut pertikaian. Apalagi ini sudah malam.
"Tapi Kamu masih istriku, Nina! Aku berhak meminta nafkah batin dari istri sah!"
"Aku tidak bisa, Ndra. Aku tidak bisa melakukan itu jika dalam keadaan tidak enak dan terpaksa. Aku masih kecewa. Tapi aku akan berusaha menerima. Jadi tolong jangan paksa, aku tidak nyaman. Kamu akan membuatku tertekan!"
Indra tampak marah. Namun tidak bisa berbuat apa-apa juga. Sebab dia tidak mungkin memaksa Nina melakukan itu jika dia tidak menginginkan. Jika dia tidak dalam keadaan prima. Baik secara fisik maupun mental.
"Kamu keterlaluan!"
Indra berlalu begitu saja. Meninggalkan Nina yang kini berkaca-kaca. Sebab di hati kecilnya dia masih ingin Indra. Namun di bagian besar hatinya dia masih merasa kecewa akan keputusan suaminya. Apalagi dia akan memiliki anak dari Maria.
Tok... Tok... Tok...
Maria mengetuk pintu kamar utama. Sebab dia baru saja mendapat pesan dari Indra kalau dia sedang ingin dibuatkan teh hangat. Setelah sekian lama pria itu menolak saat ditawarkan.
"Masuk!"
Maria langsung masuk kamar. Dengan jantung berdebar. Sebab dia tahu jika akan terjadi hal panas setelahnya. Karena sebelum Nina sadar, Indra selalu meminta dibuatkan teh sebagai kode ingin bercinta.
"Ini, Mas."
"Terima kasih. Bagaimana kata dokter tadi, Mar?"
Tanya Indra yang sedang duduk di tepi ranjang. Dia masih memakai pakaian kerja. Lalu menepuk sisi kanan tubuhnya. Seolah ingin Maria duduk di sana.
"Semuanya baik, Mas. Aku dan bayi kita baik-baik saja."
Maria mulai duduk di samping Indra. Dia berdebar. Padahal mereka sudah cukup sering melakukan. Sebelum Nina datang.
"Syukurlah."
Indra mulai mengusap perut Maria. Membuat tubuh wanita itu meremang. Karena setiap sentuhan Indra pasti akan membuat birahinya datang.
"Mas mau itu sekarang?"
Tanya Nina dengan malu-malu. Sebab dia sudah lama ingin itu. Namun selalu ditahan karena tidak ingin dianggap gatal oleh pria itu.
"Boleh? Kalau kamu tidak keberatan. Kalau kamu tidak kelelahan."
Maria tersenyum sekarang. Dia juga menggeleng pelan. Sebagai jawaban jika dia tidak kelelahan. Apalagi keberatan.
"Boleh, Mas. Aku juga sedang menginginkan."
Indra senang bukan kepalang. Senyum manis juga tersungging di wajahnya. Membuat kadar ketampanan mulai berlipat ganda.
"Permisi, ya ...."
Indra mulai melepas hijab Maria. Hingga menampilkan rambut hitam lurus si wanita. Rambut yang kini sudah dipotong mirip seperti Nina. Membuat Indra sempat tertegun sejenak. Karena tidak menyangka.
"Mas tidak suka potongan rambutku? Maaf, ya, Mas. Karena tidak bilang dulu."
"Suka. Aku suka. Tidak apa-apa!"
Indra mulai mendekatkan wajah. Dia mulai memagut bibir tebal Maria. Dengan tidak sabar hingga wanita ini sedikit kewalahan. Padahal dia sudah berusaha mengimbangi dengan membelit lidah suaminya.
"Mas, pelan-pelan. Aku tidak akan pergi ke mana-mana."
Indra melepaskan pagutan. Dia mulai melepas pakaian yang ada di badan. Lalu disusul dengan melepas pakaian Maria juga. Sebab dia sudah lama ingin bercinta. Sejak Nina sadar. Namun wanita itu selalu menghindar seolah tidak ingin disentuh dirinya.
"Hadap belakang!"
Maria menurut saja. Dia mulai berpegangan pada dashboard ranjang saat Indra memasuki dirinya. Lalu menumbuk tubuhnya dengan pelan. Sebab dia ingin menciumi rambut, leher dan punggung juga.
"Aku keluar, Nin!"
Tubuh Maria yang sebelumnya bagai melayang kini membeku seketika. Setelah mendengar ucapan suaminya. Sebab dia salah memanggil nama.
"Akh!"
Indra langsung menjatuhkan badan. Dia berguling dan terlentang di samping Maria. Sembari memejamkan mata. Dengan senyum yang tersungging di wajah.
Maria? Dia mulai berkaca-kaca. Lalu turun dari ranjang perlahan. Karena tidak ingin ketahuan menangis oleh Indra.
"Sudah, kan, Mas? Aku kembali ke kamar, ya?"
"Iya, sudah. Terima kasih, Maria."
Maria mulai menitihkan air mata. Saat Indra berkata seperti itu tanpa membuka mata. Seolah dia tidak penting baginya.
Menurut kalian, siapa yang paling menyedihkan di sini?
Kalau jadi Nina, apa yang akan kalian lakukan setelah ini?
FYI. Cerita ini akan tamat di 20 chapter lagi. Supaya nggak ketinggalan, jangan lupa follow akun ini dan masukkan cerita ini ke library. Karena aku bisa aja namatin cerita ini dalam satu hari. Bisa besok, lusa atau bahkan tengah malam nanti.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]
Любовные романыNina baru saja bangun dari koma, namun dia harus menerima fakta jika suaminya telah menikahi wanita lain saat dirinya berjuang di antara hidup dan tidak. Menikahi wanita yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Wanita yang tidak dia kenal sebelumnya...