Satu tahun kemudian.
Nina mengantar si kembar yang sedang dijemput Maria. Karena hari ini mereka ada les matematika. Sehingga tidak bisa berlama-lama di rumahnya.
"Dah, Mama!"
"Dadah Hunter! River!"
Nina melambaikan tangan pada si kembar. Sedangkan Maria hanya menatap sinis saja dari dalam mobil hitam. Sebab dia masih merasa tersaingi dengan Nina. Padahal wanita ini sudah bercerai dengan Indra.
Setelah menatap kepergian mobil mereka, Nina mulai mengunci pintu rumah. Lalu mendatangi Oliver yang tengah duduk saja. Karena sedang tidak ada pesanan. Namun di sana ada sekitar delapan orang yang sedang menikmati mie ayam.
"Rigen sudah pulang?"
"Sudah. Gurunya bilang sedang di jalan."
"Oke, deh. Aku baru mau jemput. Anak-anakku sudah dijemput soalnya. Bosan aku di rumah lama-lama."
Oliver terkekeh pelan. Dia berdiri karena berniat membuatkan minuman. Namun kegiatannya terjeda saat melihat Rigen yang baru saja turun dari bus jemputan.
"Rigen! Di sana saja! Tunggu kakak!"
Teriakan Oliver membuat Nina bangkit dari kursi. Dia akan menjemput Rigen yang ingin menyebrang jalan saat ini. Sebab seperti biasa mereka yang akan melakukan ini. Sebab tidak ada guru di dalam bis.
"Aku saja!"
Nina berhasil meraih tangan Rigen. Namun saat kaki mereka akan menginjak aspal, tiba-tiba saja ada motor besar yang menabrak ke arah mereka. Membuat Oliver langsung mendekat dan berteriak guna meminta pertolongan.
Oliver menangis di tempat. Tubuhnya bergetar karena melihat banyak darah di jalan. Apalagi Nina dan Rigen sama-sama sudah tidak sadar. Akibat benturan kepala pada trotoar.
Tiga hari berlalu.
Nina baru saja bangun. Dia menatap keadaan sekitar. Lau menemukan Oliver yang sedang meringkuk di atas sofa. Karena ini masih jam dua petang.
Krek...
Nina berusaha mengangkat badan. Hingga membuat ranjang sedikit bersuara. Membuat Oliver terbangun saat itu juga.
"Kak...."
"Wajahmu kenapa? Rigen? Bagaimana keadaannya?"
Tanya Nina yang melihat wajah Oliver memar. Seperti terkena pukulan. Padahal yang mengalami kecelakaan hanya dia dan Rigen saja.
"Rigen tidak selamat, Kak. Syukurlah Kakak baik-baik saja. Aku tidak punya orang yang kuanggap berharga lagi kecuali Kakak."
Nina yang mendengar itu jelas langsung merasa sedih. Dia menangis. Lalu menarik Oliver agar bisa dipeluk saat ini. Sebab dia juga pernah merasa tidak memiliki siapa-siapa seperti ini. Saat orang tuanya tidak mau mengurusnya lagi. Sehingga dia harus berjuang sendiri di dunia ini.
"Kamu masih punya aku. Kamu tidak sendirian. Tunggu, wajahmu? Siapa yang pukul?"
Nina melepas pelukan. Lalu mantap wajah Oliver cukup lama. Sebab dia begitu penasaran
"Kak Indra. Dia mungkin masih emosi juga. Tapi dia sudah minta maaf. Aku juga sudah memaafkan. Lagi pula, Kakak seperti ini karena aku juga. Karena—"
"Oliver, ini bukan salahmu. Aku yang merasa bersalah karena tidak bisa menjaga adikmu, kalau saja bukan aku—"
"Kak, aku tidak pernah merasa kalau ini kesalahanmu. Aku malah sangat bersyukur karena Kakak mau membantu. Jadi tolong jangan pernah sekalipun merasa seperti itu. Lagi pula, mungkin Rigen sedang bahagia sekarang. Karena bisa berkumpul dengan Bapak."
Nina yang mendengar itu kembali menangis. Dia memeluk Oliver lagi. Lalu dibalas oleh pria itu lama sekali.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI BARU SUAMIKU [SELESAI]
RomansaNina baru saja bangun dari koma, namun dia harus menerima fakta jika suaminya telah menikahi wanita lain saat dirinya berjuang di antara hidup dan tidak. Menikahi wanita yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Wanita yang tidak dia kenal sebelumnya...