🍀11 - Merasa terancam

8 7 0
                                    

Davindra tak peduli jika sang adik akan semakin menganggap dirinya gila.

Yang pasti Davindra harus memastikan bahwa kekhawatiran yang dia rasakan tak akan pernah terjadi dan Carlyn akan tetap bersama dengannya seumur hidup.

"Rosiana nama pacar elo kan?" tanya Davindra.

"Dia kerja ditempat Harsa dan dia indigo?" tanya Davindra lagi, kali ini seraya mengguncang tubuh sang adik.

Malvin yang baru saja tiba dibuat terkejut atas todongan pertanyaan sang kakak yang secara tiba-tiba, setelahnya dia hanya bisa mengangguk ragu.

Mata Davindra memerah, nafasnya tersengal. Dapat Malvin lihat kalau sang kakak tengah menahan suatu emosi yang kalau dibiarkan sudah pasti akan meledak-ledak.

"Rosi emang pacar gue, dia kerja ditempatnya Harsa, emang iya. Ta-tapi soal indigo, gue gak tau" jelas Malvin ragu.

Ragu karena dirinya juga terkejut mengenai yang terakhir itu, indigo! Malvin tak pernah mengiranya, Malvin juga tak pernah mendapatkan Rosi bertingkah seperti layaknya seorang indigo.

Rosi tak pernah____tunggu, Malvin terdiam sejenak untuk berpikir.

"Gue gak pernah tau soal itu, tapi dia sering bilang kalau dia selalu ketakutan setiap mau tidur atau dibeberapa waktu tertentu."

Malvin menghembuskan nafas beratnya seraya menatap wajah Davindra. Malvin jelas semakin mengerutkan keningnya ketika mendapati bahwa raut khawatir Davindra saat ini.

"Tapi tunggu, kenapa lo tiba-tiba tanya tentang Rosi?" tanya Malvin hati-hati.

Davindra mendongakkan kepalanya, menatap tajam sang adik. Melihat itu, Malvin segera merapatkan bibirnya, tak mengerti. Davindra seemosi ini dalam pembahasan Rosi? Mengapa?.

Tak segera menjawab, Davindra malah menunjuk wajah sang adik.

"Jauh-jauh dari Carlyn" kata Davindra tiba-tiba.

Malvin, tentu semakin tak paham, dia mengerutkan keningnya "gue gak pernah ngerasa deket sama Carlyn, lagipula dia udah mati bang jonat" kata Malvin.

Sang adik pun ikut merasakan kesal, kesal karena demi apapun, apa yang Davindra ucapkan semakin melantur kemana-mana. Malvin menjadi semakin ragu mengenai kewarasan sang kakak.

"Bukan elo, tapi Rosi. Tolong awasi dia, jangan sampai dia deketin Carlyn." ancam Davindra.

Malvin menghembuskan nafas beratnya "Bang, Carlyn itu udah mati!!" kata Malvin lagi.

"GUE TAU KALAU DIA UDAH MATI, TAPI MASALAHNYA DISINI ADALAH, ROSIANA ITU INDIGO. DIA BISA AJA MENGHASUT CARLYN AGAR MENJAUH DARI HIDUP GUE!!"

Malvin jelas terperangah, "Bang, seriusan elo bener-bener udah gak waras ya?" kata Malvin tak habis pikir.

Davindra lagi-lagi dibuat mendengar kalimat tersebut, ini bukan yang pertama kalinya dia mendengar kalimat itu dan Davindra hanya bisa tertawa terbahak-bahak dalam menanggapinya.

"Memang sejak kapan gue waras Vin?" Davindra balik bertanya.

"Gue udah gak waras sejak keluar dari rumah dan kehilangan Carlyn. Gue semakin gak waras karena hidup dengan bayangan Carlyn selama ini, tapi gak bisa dipungkiri bahwa gue juga bahagia karena hidup dengan bayangan itu, gue bahagia Vin."

Davindra meraih kedua bahu Malvin, menatapnya lekat dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis.

"Maka dari itu, tolong jauhin Rosi dari Carlyn. Jangan sampai mereka berdua bertemu" pinta Davindra.

Malvin sendiri bukannya tak ingin menuruti apa yang sang kakak katakan, hanya saja Malvin butuh sedikit kewarasan untuk mengerti maksud sang kakak dan dia tak bisa melakukannya.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang