🍀23 - Biasa saja

4 5 0
                                    

Keesokan harinya . . .

Rosi duduk dihadapan Malvin seraya menunggu pria itu membuka suara, tak lupa juga senyuman tipis nan manis menghiasi wajah Rosi kala menatap Malvin.

Yang terjadi beberapa hari lalu biarlah tenggelam untuk sesaat, Rosi tak ingin memikirkan hal yang macam-macam jika sudah berada dihadapan Malvin dan dia hanya perlu bersikap seperti biasanya.

“Jadi bener kamu mau nawarin aku kerjaan?” tanya Rosi langsung pada intinya.

Mendengar itu Malvin tak langsung menjawab, dia merasa pening karena terlalu terkejut dengan penuturan sang kekasih sebelumnya.

Penuturan Rosi mengenai ia yang sudah tau akan maksud dan tujuan Malvin menemuinya, dan lagi Rosi bilang dia tau hal ini dari Carlyn.

Pria itu jelas sulit mempercayai bahwa gadisnya benar-benar bisa melihat Carlyn bahkan berbicara dengannya. Sungguh sulit bagi Malvin untuk mempercayai hal tersebut, meskipun dia sudah berjanji akan percaya sepenuhnya pada Rosi.

Ya, Malvin memang sudah berjanji untuk mempercayai Rosi. Tapi di sisi lain dia juga belum siap dengan segala kelebihan Rosi ini.

“Kayaknya aku benar-benar gila” ringis Malvin seraya memijat keningnya.

“Jadi bener yang dibilang Carlyn? Pekerjaan apa? Cepet bilang, soalnya dia bilang aku harus nerima pekerjaan itu” kata Rosi, lagi.

Malvin mendongak untuk menatap wajah Rosi dan jatuh pada kedua manik matanya, tak bohong, Malvin jelas terlihat hampir gila disini.

“Kamu beneran ketemu sama Carlyn? kamu bener-bener bisa liat dia? Dia itu udah mati loh, kamu bisa liat hantu? Beneran?” tanya Malvin bertubi-tubi seraya menggebrak meja.

Tidak begitu keras, tapi beberapa pengunjung yang dekat dengan meja mereka jelas merasa dialihkan perhatiannya.

Rosi melirik sekitar dengan sedikit malu? Lalu setelah itu dia menatap sedih Malvin.

“Malvin aku gak gila, aku beneran bisa liat dia” kata Rosi pelan.

Malvin langsung tersadar dan mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Pun dia ikut menatap sekitaran yang terlihat masih memperhatikan ke arahnya juga Rosi.

“Maaf” kata Malvin pada beberapa pengunjung cafe, lalu setelah itu Malvin mengalihkan pandangannya pada Rosi.

“Sayang aku gak bilang kamu gila.”

“Tapi cara kamu menanggapi aku gini seakan bilang kalau aku ini gak waras” kata Rosi merasa terluka, Malvin menggeleng cepat seraya meraih kedua tangan Rosi.

“Enggak, gak gitu sayang, aku gak bermaksud” kata Malvin sedikit panik.

“Kamu udah janji buat percaya” kata Rosi.

“Oke iya, aku minta maaf. Aku emang udah janji bakal percaya sama kamu, tapi tolong, kasih aku waktu buat terbiasa” jelas Malvin.

Rosi menatap pria yang ada dihadapannya itu dengan tatapan sedih, entah itu sakit? Salah sepertinya, sudah saja dari awal Rosi tak mengatakan kalau dia ini bisa melihat hantu.

“Aku gak mau nerima pekerjaan itu” kata Rosi tiba-tiba, dan suasana diantara keduanya berubah menjadi panas, entah kenapa?.

Jelas Malvin terkejut disini “tapi aku kan belum kasih tau kamu soal pekerjaannya!!” pekik Malvin.

“Kalo gitu cepet kasih tau aku, kenapa kamu terus ngajak aku berdebat Malvin? Bodoh!” Kesal Rosi seraya memukul lengan Malvin karena saking kesalnya dia pada sang kekasih.

“Yang kamu sebut bodoh ini pacar kamu loh yaa” kata Malvin pelan.

“Tck, yaudah sih cepetan kasih tau aku tentang pekerjaannya” kesal Rosi tak sabaran.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang