🍀08 - Bukan bagian keluarga

6 7 0
                                    

“Oh lo udah bangun” kata Malvin mengejutkan Davindra, pria itu berdiri diambang pintu lalu perlahan masuk ke dalam kamar Davindra.

“Kapan lo dateng?” tanya Davindra, ia melirik sang adik sekilas lalu kembali menatap ke arah luar jendela seperti yang terakhir kali ia lakukan.

“Dari semalem juga gue udah dimari, nginep malah” kaya Malvin.

Si yang lebih tua hanya mengangguk, masih terfokus memerhatikan sekitaran kota dibalik jendela kaca kamarnya.

Seperti yang Davindra lihat dari atas, semua orang tampak bahagia, tak seperti Davindra yang selalu diselimuti oleh kabut duka juga kesedihan.

Malvin menepuk bahu Davindra “ibu mau ketemu sama elo bang, kali ini aja gue mohon sama elo, kita habisin waktu libur dirumah ya” ajak Malvin.

Untuk yang kesekian kalinya Malvin berkata demikian. Tapi sepertinya Davindra masih belum ingin bergerak sedikitpun untuk menemui seseorang yang sudah melahirkan dia ke dunia ini.

Ada banyak keraguan dalam diri Davindra hingga ia tetap bertahan disini sendirian. Davindra menunduk lemas, sejujurnya Davindra juga sangat merindukan sang ibu.

“Gue lagi males kemana-mana, mungkin lain kali aja” kata Davindra.

Selalu saja ada yang menahan dirinya agar tak menampakkan diri dihadapan orang tua yang sudah membesarkannya itu. Entahlah, Davindra pikir ada satu hal yang membuatnya tak pantas berada dirumah itu.

“Gue bukan bagian dari kalian lagi, ayah__”

“Bang, lo bahkan tau semua udah lama berlalu. Ayah juga udah lupain semua, mereka udah menerima jalan yang lo pilih sekarang ini” potong Malvin.

Ini bukan yang pertama kalinya Malvin menjelaskan perihal kedua orangtuanya pada sang kakak. Tapi sepertinya Davindra masih juga belum siap jika harus bertemu lagi, dia terlalu lemah dalam mengendalikan perasaannya sendiri.

Tak ada yang tau mengenai bagaimana keluarga Davindra saat ini, apakah mereka benar-benar sudah menerima Davindra kembali, Davindra sendiri pun tak tau.

Lima tahun yang lalu, Davindra harus berada diantara dua pilihan. Yang pertama, meneruskan bisnis keluarga dan yang keduanya ialah mengejar mimpinya menjadi seorang idol.

Dari kedua pilihan tersebut tentu saja pria jangkung itu memilih untuk mengejar mimpinya.

Mimpi dengan dibarengi keluarnya anak tertua dari keluarga Atmaja itu dari rumah. Setelahnya, Davindra seperti orang yang hidup tanpa identitas diluar rumahnya.

Tapi terlepas dari itu, Davindra tak pernah menutup diri tentang keluarganya pada khalayak ramai. Pria itu selalu menyebut kalau keluarganya adalah motivasi terbesar dia untuk menjadi orang sukses, sukses sampai saat ini.

Davindra tau ibunya pasti sangat bangga. Tapi entahlah bagaimana dengan tanggapan sang ayah, Davindra masih takut. Takut untuk mendengar bagaimana tanggapannya setelah melihat kesuksesan Davindra.

“Gue masih belum siap.” Dan untuk yang kesekian kalinya juga, Malvin membuang nafas beratnya, ia mengangguk paham.

“Oke, gak apa-apa. Cuma gue minta sama elo, entah kapan waktunya lo pulang, lo harus siapin diri mulai dari sekarang” kata Malvin.

“Hmm pasti.”

“Ahh iya, Ibu bikin kue kesukaan elo, beliau bilang itu hadiah untuk kesuksesan lo yang memenangkan penghargaan diacara award minggu lalu” Malvin membawa Davindra ke arah dapur.

Davindra hanya menuruti keinginan sang adik tanpa membantah bahkan melawan. Jujur saja, Davindra tak memiliki kekuatan apapun lagi untuk melawannya. Tubuhnya yang terlihat lemas memang mudah sekali ditarik oleh Malvin.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang