🍀42 - Berhasil

5 5 0
                                    

Davindra menyeruput kopi hitam yang Rosi buat untuknya, sesekali mata Davindra menelusuri segala gerak-gerik Rosi dalam dekapan sang adik.

Sungguh sepasang kekasih yang tak tau diri, bisa-bisanya mereka bermesraan dia hadapan Reqi dan juga Davindra. Eh tapi Reqi sudah biasa dengan hal seperti ini, berbeda dengan Davindra.

Tiba-tiba Davindra tersenyum tipis, dia kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu ketika ia baru saja datang ke rumah ini.

'Mas mau minum apa?'

Suara lembut yang menyapa kedua telinga itu terus saja membayanginya sampai rasanya membuat si sulung Atma kehilangan sedikit kewarasannya.

Davindra kembali dibuat menggelengkan kepalanya pelan. 'lo mikir apa sih Davindra? Lo beneran gila' batin Davindra.

“Maaf gak minta persetujuan dulu dari kamu” kata Malvin.

'Harusnya lo tuh masih tetap waspada karena siapa tau Rosi benar ancaman terbesar diantara hubungan elo sama Carlyn!' batin Davindra lagi.

“Gak apa-apa, aku yakin pasti kamu sama mas Davin bingung untuk menanggapi rumor ini” kata Rosi.

Reqi dibuat tersenyum manis, dia bernafas lega karena sang adik menerima apa yang terjadi dan mengerti posisi keduanya.

“Kalau bisa, nanti aku bantu juga nyari manager baru buat mas Davin” kata Rosi.

Davindra menegakkan posisi duduknya “kenapa harus nyari? Kan ada elo?” Kata Davindra.

Rosi terkejut “kok gue!!” Pekiknya.

“Iya emang elo, tadi kan gue bilang ke media juga begitu. Lo pikir apa yang gue bilang ke media itu hanya sebuah pengalihan? No Rosiana!” kata Davindra.

Rosi semakin terperangah, dia melemparkan tatapan bertanya pada Davindra “Kenapa? Lagian gue kan udah nolak tawaran kerja sama elo” kata Rosi tak terima.

Untuk yang kesekian kalinya, Davindra bertingkah angkuh dihadapan Rosi “Lo lupa satu hal ya? Biaya rumah sakit elo gak sedikit Ros, apa lo pikir kebaikan gue buat bantu elo itu ikhlas secara cuma-cuma?” Kata Davindra.

“A-apa?”

Tak lama dari itu Rosi mengalihkan pandangan dia pada Malvin, pria itu menggelengkan kepalanya pelan. Dari situ Rosi tau, bahwa kekasihnya tak bisa membantu Rosi keluar dari permasalahan baru yang dihadapi olehnya saat ini.

“Aku aja baru kerja di perusahaan ayah, dan masih dalam pengawasan dia. Maaf sayang, kalau untuk bantu kamu, kali ini aku gak bisa” kata Malvin dengan berat hati.

Kini tatapan Rosi beralih pada sang kakak, melihat kondisi Reqi yang tak bisa berbuat apapun dalam keadaan lumpuh dikursi rodanya membuat hati Rosi meringis.

“Maaf ini salah kakak, seharusnya kakak_____” Reqi tak melanjutkan perkataannya, dia menangis seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan.

“Gue rasa elo gak punya pilihan lain, lo bisa cicil utang elo lewat kerja digue. Tenang, gue gak bakal potong banyak tiap bulannya, jadi elo bakalan punya uang juga buat biaya hidup kalian” jelas Davindra.

Rosi menghembuskan nafas beratnya, dia berdiri seraya memegangi keningnya “oke oke, terserah, gue beneran pusing. Mau istirahat aja dulu” kata Rosi pasrah seraya berjalan menuju kamarnya.

Melihat kepergian Rosi, Davindra pun tersenyum seraya menatap Malvin, lalu dibalas oleh senyuman Malvin dan juga disisi lain Reqi terkekeh geli ketika menurunkan kedua tangannya yang tadi menutupi seluruh wajahnya.

Mereka bertiga menyatukan satu tangan mereka “Yeay, berhasil!!” Sorak ketiganya sepelan mungkin.

***

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang