🍀25 - Gara-gara Davindra

8 5 0
                                    

“Kamu dimana? Aku baru sampe dan baru selesai parkirin mobilnya”  kata Malvin.

Saat ini Rosi tengah menangis seorang diri di taman yang dekat dengan sebuah danau. Membuat Malvin semakin khawatir, karena tadi gadisnya menelepon dalam keadaan menangis.

Belum juga ditinggal lama oleh Malvin dan sebenarnya Malvin baru saja sampai ditempat tujuannya, tapi Rosi sudah ada menelpon dan Rosi berkata kalau dia  ingin menemui Malvin sekarang juga.

“A-aku di tempat biasa Vin”  kata Rosi, lalu setelah itu ia menutup sambungan teleponnya dan kembali merenung.

Tadi dia kenapa yaa?.

Panik dan bertingkah konyol hingga membuat dirinya dipecat dari pekerjaan bukan?.

Rosi menghembuskan nafas beratnya, semudah itu ternyata orang beruang dan memiliki kuasa mengatur segalanya, termasuk hidup seseorang yang tak dikenalnya.

Lagi, air mata Rosi jatuh tanpa diminta. Tak ada isakan kecil seperti sebelumnya, namun air mata itu terus mengaliri kedua pipi Rosi dan dibiarkan begitu saja.

“Bodoh, aku tau aku sebodoh itu, tapi kenapa?” cicit Rosi, tangannya memukul-mukul kecil pahanya sendiri.

Rosi benar-benar menangis dalam diam karena saking sakit dan terkejutnya Rosi dengan apa yang sudah terjadi.

Jadi apa sekarang dia kedepannya nanti? Pengangguran?.

“Maaf kalau aku lama” kata Malvin yang baru saja tiba dan mengambil alih tempat kosong disamping sang kekasih.

Rosi hanya mengangguk kecil seraya tersenyum tipis ketika melihat kehadiran Malvin.

“Sa-sayang!” panggil Malvin sarat akan kekhawatiran ketika melihat bagaimana Rosi terlihat kacau saat ini.

———

Di sisi lain, Davindra meringis kecil ketika mendengar bagaimana Carlyn mengomel tak ada habisnya setelah Davindra menceritakan pertemuan dia dengan Rosi yang berakhir tidak baik.

Tidak baik untuk Rosi, namun yang terbaik bagi Davindra. Yaa, karena Davindra merasa itu yang terbaik untuk Rosi, entah kenapa.

Davindra bahkan masih merasakan hingga saat ini, bagaimana bahagianya dia melihat kesedihan Rosi. Entah ini dendam tak beralasan atau apa? Yang jelas, Davindra bahagia melihat orang-orang semacam Rosi dan juga Harsa menderita.

“Kakak bener-bener jahat!” pekik Carlyn membuat Davindra tersadar dari lamunannya.

“Kakak tau kan, dia itu perempuan. Pasti dia merasa sakit hati sama semua perlakuan kakak” oceh Carlyn.

Davindra hanya merotasikan matanya, malas dan tak ingin berdebat mengenai gadis itu. Setelahnya Davindra pun berjalan menuju kursi untuk duduk dan bersantai.

“Kak!” kesal Carlyn.

“Dianya yang nyebelin, terus salahnya dikakak gitu?” tanya Davindra sedikit sewot.

“Kakak sadar gak sih kalau kakak juga nyebelin?”

Davindra mengedikkan kedua bahunya, acuh. Lagi-lagi acuh dan benar seperti tak peduli akan apa yang sudah terjadi. Davindra fikir, dia tak ada kewajiban untuk itu?.

“Kamu lebih nyebelin, sadar gak? Kalau kamu bilang semuanya dengan benar waktu itu, mungkin kakak gak akan nyamperin cewek itu dan bikin dia dipecat” cerocos Davindra.

“Kak? Serius?” kata Carlyn seraya menatap Davindra tak percaya “kakak nyalahin aku?” tanya Carlyn.

Tatapan matanya jelas menyiratkan bahwa dia terluka adanya dengan perkataan Davindra. Davindra sudah tebak, pasti akan terjadi perdebatan seperti ini.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang