🍀31 - Tidak saling mengerti

6 5 0
                                    

“Sebelum aku dapetin maaf dari kamu, aku gak akan pernah bosen buat bilang maaf, dan aku sayang sama kamu____”

Si bungsu Atma itu sempat terdiam beberapa saat. Ingin melihat terlebih dahulu bagaimana tanggapan sang kekasih setelah mendengarnya berkata demikian.

Malvin pikir Rosi akan bereaksi seperti apa yang di harapkan, namun sepertinya Malvin harus mengubur harapan itu dalam-dalam. Rosi tetaplah Rosi, bahkan saat ini gadis itu semakin terdiam bak sebuah patung.

“Aku sayang sama kamu, aku cinta__”

Dan lagi-lagi perkataan Malvin tertahan setelah dia mendapati Rosi menoleh ke arahnya, menatap mata Malvin dengan sorot yang entah mengartikan apa.

“Aku tau, aku juga, aku udah maafin kamu” jawab Rosi lirih.

Malvin sedikit menyunggingkan senyuman, tipis namun terlihat manis, seperti biasanya.

“Makasih, ah dan satu lagi” kata Malvin.

Rosi mengerutkan keningnya dengan tatapan yang masih mengarah pada Malvin, seolah bertanya mengenai kelanjutan apa yang akan Malvin sampaikan.

“Bang Jo udah setuju, dan dia mulai nerima kamu, jadi kamu bisa kerja sama dia mul____”

“Tunggu dulu, kenapa soal pekerjaan itu masih aja dibahas?” potong Rosi, lalu setelah itu dia merubah cara pandangnya pada Malvin “aku udah bilang kan sebelumnya, aku gak mau kerja sama dia” kata Rosi lagi.

“Aku tau, tapi kita gak punya pilihan lain kan?”

Rosi menggeleng kecil “dari awal kamu yang gak punya pilihan, dan aku udah nentuin pilihan aku dari lama, aku nolak pekerjaan itu” tekan Rosi.

“Tapi, aku udah nerima pekerjaan ini buat kamu sayang.”

“Kenapa kamu lakuin itu? Aku harus berapa kali lagi bilangin ini ke kamu? Aku gak mau!” Pekik Rosi.

“I-iya, tapi kan.”

Malvin sudah benar-benar kehabisan kata-kata, dia sudah mengutarakan maksud kedatangan dia kemari, tentu untuk berbaikan dan juga masih menawarkan pekerjaan itu lagi pada Rosi.

“Aku bilang, aku gak mau!!” Dan untuk yang kesekian kalinya Malvin mendapatkan sebuah penolakan.

“Tunggu, aku masih perlu bicara.” Kata Malvin masih berusaha menahan Rosi yang saat ini sudah berdiri.

“Gak ada yang perlu dibicarakan lagi”

Rosi tentu terus saja menghindar, bahkan dia menghempaskan tangan Malvin lalu berlari ke arah rumah, diikuti oleh Malvin dari belakang.

“Rosi!!” Panggil Malvin.

Selama mereka berjalan dengan saling mengejar, Malvin mencoba untuk meraih tangan Rosi, tapi ketika dapat malah di hempaskan lagi dan lagi.

Sungguh, Rosi sangat kecewa dengan keputusan yang Malvin buat secara sepihak tanpa meminta persetujuan darinya terlebih dahulu.

Ia memang sakit hati dengan Davindra karena dia yang membuatnya kehilangan pekerjaan, dia yang membuat Rosi dipecat dari pekerjaan lamanya.

Tapi jangan karena hal itu dia memanfaatkan keadaan untuk kepentingan pribadi demi meloloskan diri dari Davindra.

Pun terlebih lagi Rosi tak suka dipaksa, ia tak suka Malvin memaksakan dirinya agar bekerja pada Davindra, pada orang yang dibencinya akhir-akhir ini.

“Sayang denger du___”

“Enggak.”

Rosi menggeleng cepat, dia berdiri tepat di belakang pintu kamarnya. Disitulah Rosi terdiam beberapa saat untuk menatap Malvin dengan kedua matanya yang memerah serta berderai air mata.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang