🍀40 - Karakter dibalik karakter

8 5 0
                                    

Malvin tampak memijat keningnya sendiri seraya menatap beberapa berkas yang tengah dia kerjakan dan harus selesai nanti sore.

Awalnya dia menyanggupi itu, tapi semakin kesini rasanya Malvin semakin merasa tertekan karena terus saja dikejar waktu.

“Jadi, kapan kamu benar-benar berhenti kerja sama dia?” Tanya Surendra.

“Ayah bisa gak sih jangan tanya itu dulu?” kata Malvin.

“Kalau gak ditanyain, kamu makin lupa diri.”

Malvin mendengus kesal “astaga, ini juga lagi aku pikirin jalan keluarnya” kata Malvin terdengar begitu kesal.

“Ya bagus kalau begitu, tapi kalau gak cepet-cepet apa kamu gak cape sendiri buat kerja disana terus di perusahaan ayah juga?” Tanya Surendra lagi.

Nampak tenang, tenang dalam misi menekan anaknya sendiri. Ya, bagaimanapun Surendra harus bermain super cantik untuk kedepannya bukan.

Ini juga demi keberlangsungan hidup dia, demi kesuksesan Malvin dalam menjalankan tugasnya sebagai pengurus perusahaan keluarga.

“Ayah please, Malvin tau betul apa yang harus Malvin lakukan, jadi lebih baik sekarang ayah diam” titahnya.

Dan sang ayah pun terdiam, terdiam seraya menyunggingkan sebuah senyuman dengan seribu makna.

“Oke, kalau begitu____” Surendra tampak memenggal perkataannya, ingin melihat bagaimana reaksi sang anak.

Dan disitu, Surendra tersenyum tipis seraya meremat kesepuluh jemari tangannya ketika menangkap bagaimana ekspresi tanya yang Malvin berikan saat ini.

“Ayah akan memberikan kamu satu keringanan, ayah akan memperkerjakan seorang asisten buat bantu pekerjaan kamu, namanya Jefri, dia itu______”

“Gak perlu” potong Malvin.

Surendra memicingkan sebelah alisnya “gak perlu? Really?” Tanya Surendra seolah meyakinkan.

“Maksudnya, aku perlu asisten, tapi biar aku sendiri yang rekrut. Gak usah pakai orang yang ayah pilih” kata Malvin lagi.

disini Surendra sangat mengerti, ternyata darah dagingnya sendiri sudah tak menaruh kepercayaan penuh pada dirinya dan semua ini pasti gara-gara Davindra.

“Kenapa? Kamu gak percaya sama ayah?” Tanya Surendra.

Malvin dibuat terdiam, karena demi apapun dia tak pernah berpikiran sampai ke situ. Malvin pikir Surendra akan biasa saja jika Malvin mengambil keputusan ini.

Sampai ke detik sepuluh ini, Malvin masih memikirkan apa yang harus ia katakan pada sang Ayah?.

“Ayah aku_____”

“Tck, ayah gak paham. Apa yang anak kurang ajar itu katakan sampai membuat kamu berubah menjadi seperti ini?” Gumam Surendra, terdengar begitu tipis nan halus namun menyeramkan bagi Malvin.

“Ayah, semua ini gak ada hubungannya sama bang Jonat” kata Malvin memberikan sebuah pembelaan.

“Jelas ada hubungannya Malvin, anak itu pengaruh buruk dalam keluarga, makanya ayah bersyukur karena dia pergi tanpa harus diminta” jelas Surendra.

Lagi, pernyataan tersebut tentu membuat Malvin semakin keheranan akan apa yang selalu saja ayahnya katakan mengenai Davindra. Selalu begitu.

“Ayah, sebenarnya banyak yang disini aku sama sekali gak ngerti, kenapa ayah begitu jahat sama anak ayah sendiri?!” kata Malvin terdengar begitu prustasi.

Surendra mendekat ke arah Malvin dua langkah, lalu setelah itu dia mengusap puncak kepala sang anak untuk selanjutnya mengusap bahu Malvin.

“Ayah gak pernah jahat sama anak ayah sendiri, ayah selalu baik kan sama kamu?” Tanya Surendra.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang