🍀07 - Jalan-jalan pagi

11 7 0
                                    

“Gimana hubungan kamu sama Malvin?” tanya Reqi.

Rosi terdiam sejenak seraya tersenyum tipis.

Sebenarnya dia tak tau harus berkata apa, pun tak ada sesuatu yang terjadi diantara keduanya hingga harus diceritakan lagi pada Reqi.

Tak ada, hubungan Rosi dengan Malvin sangatlah baik sampai sejauh ini.

“Baik-baik aja kok, cuma Malvin-nya kan lagi sibuk banget akhir-akhir ini” kata Rosi dengan diakhiri oleh sedikit keluhan.

“Ahh gitu, dia sibuknya sibuk kerja sambil kuliah kan, kamu harus ngertiin dong” kata Reqi.

“Iyah, bentar lagi jadi sarjana dia, makanya makin sibuk” kata Rosi.

Jadi, pada pagi hari ini, kedua kakak beradik ini memutuskan untuk menikmati udara segar disekitaran rumah.

Reqi menunjukkan tangannya ke arah kiri, Rosi yang kini tengah mendorong kursi rodanya pun langsung mengarahkannya ke tempat yang diinginkan oleh Reqi.

Yah, seperti apa yang kalian duga, pria itu tak bisa berjalan karena kakinya lumpuh, itu diagnosa dokter setelah kecelakaan terjadi.

Pria itu cacat karena kecelakaan yang terjadi beberapa waktu yang lalu, kecelakaan yang juga berhasil membuat Rosi koma dan merenggut kedua nyawa orang tuanya.

Semua terjadi begitu saja, mobil yang mereka kendarai terperosok ke dalam jurang yang cukup dalam.

Ah itu kisah yang sangat memilukan, dan karena itu juga Rosi harus menahan rasa sakitnya seorang diri, mencoba lebih kuat dari perempuan biasanya, pun mencoba lebih tangguh dari seorang laki-laki.

“Nah itu tau, harus ngertiin berarti” kata Reqi.

“Ya iyah, Rosi selalu ngerti kok” kata Rosi seraya tersenyum.

Mencoba lebih kuat hingga akhirnya dia lupa kalau dirinya itu seorang perempuan, perempuan yang sangat lemah juga rapuh.

Rosi yang sebenarnya hanyalah perempuan yang sangat rapih, rapuh hingga akhirnya dia bertemu dengan Malvin, sosok pria yang membuatnya merasa lebih dan lebih kuat lagi dari apapun.

“Mau kemana lagi sekarang kak?” tanya Rosi kali ini.

“Ke pertigaan depan sana, kakak mau bubur” kata Reqi.

Bubur? Rosi tersenyum cerah mendengar itu.

“Yaudah yu sarapannya kita makan bubur aja kalau begitu” kata Rosi.

“Ehh, tapi kak bentar.”

Rosi meraba kantung celananya tapi tak menemukan apapun didalam sana.

“Rosi kelupaan gak bawa dompet, bentar Rosi ambil dulu ya kak” kata Rosi.

Perempuan itu hendak kembali lagi ke rumah, tapi segera ditahan oleh Reqi. Pria itu menoleh ke belakang untuk menatap sang adik, dia tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan.

“Uangnya ada dikakak” kata Reqi.

Rosi mengerutkan keningnya “kok bisa?” Dia keheranan sendiri mendengar sang kakak mengatakan kalau dia mempunyai uang.

“Kakak punya uang dari mana?” tanya Rosi kali ini.

“Dari kamu lah” kata Reqi seraya menunjukkan dompet Rosi yang ada ditangannya, membuat Rosi terkekeh kecil setelah melihatnya.

“Kakak tau kamu pasti kelupaan pas nyimpen dompetnya dimana aja, jorok tau gak” kata Reqi yang juga terkekeh geli karena tingkah Rosi.

Reqi menyerahkan dompet Rosi yang kini langsung diterima oleh Rosi sendiri.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang