🍀33 - Berdamai

8 5 0
                                    

Sepertinya tak perlu dijelaskan lagi kenapa Davindra ada dalam pandangan Rosi setelah perempuan itu terbangun dari masa kritisnya.

Karena sebelum Rosi bertanya pun, Reqi sudah lebih dulu menjawab semua rasa penasaran Rosi. Reqi menjelaskan bahwa Davindra yang menolong dia pada malam itu.

Iya, selama lima hari itu Rosi tak sadarkan dirinya dan Davindra yang menolongnya? Tentu saja Rosi merasakan ada yang aneh.

'Benar ya dia yang nolongin gue?' batin Rosi.

“Apa yang kamu rasain sekarang?” Tanya Reqi.

“Hah? A-aku lemes.”

“Yaudah istirahat lagi aja, sambil tunggu suster bawa makan sama obat yaa.”

Rosi melirik ke arah Davindra berada, namun tak lama, karena disana pun ternyata Davindra tengah memperhatikan dirinya.

“Kamu tau gak? kakak sayang sama kamu.”

Terdengar begitu tulus namun membuat hati Rosi sakit “Maaf.” Kata Rosi pelan.

“Shuut udah, masih lemes kan? Jangan banyak ngomong dulu.”

Rosi memalingkan wajahnya ke arah lain, karena sungguh Rosi sangat luar biasa malunya dengan sang kakak apalagi dengan Davindra.

Meskipun ini tak pasti, namun dapat Rosi tebak kalau pria itu akan mengejeknya karena tindakan yang sudah di perbuat.

“Eh iyah, kakak belum makan, gak apa-apa kan kakak tinggal sebentar?” Tanya Reqi.

“Loh kak” panggil Rosi lirih.

“Sebentar doang kok, gak lama, lagian disini ada Davindra, kamu aman.”

Sebenarnya Rosi ingin melontarkan protes bahkan dia ingin menahan sang kakak agar tetap bersama dengannya dan tidak meninggalkan Rosi hanya berdua saja dengan Davindra.

Sungguh, Rosi tak ingin di tinggalkan oleh Reqi, 'bukan gitu, malah yang bikin gak aman tuh gara-gara ada dia' jerit Rosi dalam hati.

Ingin sebenarnya berteriak seperti itu, tapi sayang sekali, Rosi benar-benar merasakan lemas hingga mengeluarkan sedikit kata pun rasanya Rosi kepayahan sendiri.

Sang kakak pun pergi begitu saja meninggalkan Rosi dengan Davindra yang kini masih menatap ke arahnya, dengan tatapan, entahlah Rosi harus mengartikan apa tatapan Davindra itu.

“Kak jangan pergi” gumam Rosi terlampau pelan.

“Titip Rosi ya.”

“Iyah bang santai aja.”

Davindra tak mengatakan banyak hal juga setelah melihat kepergian Reqi, dan dia yang tadinya berdiri dekat jendela pun kini mengambil alih kursi yang ada dekat Rosi.

“Gimana perasaan elo?” Tanya Davindra langsung.

Rosi heran sehingga dia hanya bisa mengerutkan keningnya seraya menatap Davindra.

Entah mengapa, Rosi merasa ada yang aneh karena dia sama sekali tak bisa menebak apapun mengenai kalimat yang akan Davindra lontarkan selanjutnya.

“Gue heran kenapa Malvin se-bucin itu sama elo Rosi?” kata Davindra lagi.

Sayang ya Rosi tak bisa membalas perkataan Davindra, meskipun rasanya dia ingin mengatakan banyak hal pada pria itu.

Terutama mengatakan kalau dia sangatlah membenci Davindra, karena Davindra sangat menyebalkan.

“Berisik” dan sialnya, hanya itu yang bisa keluar dari mulut Rosi.

Davindra terkekeh geli mendengarnya “Ros, elo gak sayang sama nyawa lo ya?” Tanya Davindra.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang