🍀26 - Perdebatan

6 5 0
                                    

Reqi menatap Malvin penuh rasa penasaran, namun Malvin hanya mengedikkan kedua bahunya, karena merasa kalau itu bukan bagian dari hak Malvin untuk memberikan penjelasan.

Setelahnya Malvin pamit untuk pulang. Tepat setelah memastikan mobil Malvin sudah keluar dari pekarangan rumahnya, Rosi pun membawa sang kakak untuk ke dalam rumah, menuju ke dapur tepatnya untuk makan bersama.

“Kamu beneran gak kenapa-napa kan?” tanya Reqi lagi, ini yang keempat kalinya setelah kepulangan Rosi bersama Malvin tadi itu.

Reqi menoleh kebelakang, mendapati Rosi tersenyum tipis lalu menggeleng kecil “bener gak apa-apa kak, aku cuma kecapean aja, laper juga” kata Rosi.

“Oke kalau gitu, ayo kita makan” kata Reqi, kini keduanya sudah berada diarea dapur.

“Aku gak beli makanan, kakak mau dimasakin apa?” tawar Rosi.

Semakin seperti biasanya kali ini Rosi bersikap, demi tidak membuat sang kakak curiga apalagi khawatir. Pun jika harus diceritakan malam ini juga mengenai pekerjaannya, jujur Rosi tak siap.

Tak siap, setidaknya sampai beberapa hari ke depan.

Mungkin Rosi akan mencari pekerjaan lain terlebih dahulu, dan jika sudah mendapatkan pekerjaan itu, baru Rosi cerita kalau dia sudah tak berkerja lagi di tempat Harsa.

“Ehm, kayaknya gak usah masak deh Ros” kata Reqi.

“Loh, kok?” Rosi segera menatap sang kakak, heran.

“Kakak udah makan emang?” tanya Rosi.

“Ya belum sih, ya maksudnya gak usah masak, soalnya tadi ada yang kirim makanan” kata Reqi.

Kening Rosi kembali berkerut “wah, dari siapa kak?” tanya Rosi.

Reqi menggaruk belakang telinganya seraya memalingkan wajahnya “i-itu dari dek Mitha” jawab Reqi, yang entah kenapa terdengar gugup.

Tak lama setelah menjawabnya, Reqi segera membawa dirinya menuju lemari tempat mereka menyimpan piring dan juga peralatan makan lainnya.

Rosi mengerutkan hidungnya seraya terkekeh geli “oh dari anaknya pak lurah to, laris manis ya kak, waktu itu dapet dari mbak Megan, sekarang Mitha” kata Rosi.

“Iya, udah ayo siapin makanan, malah bahas kemana-mana begitu” sewot Reqi.

“Dih, tiba-tiba sensi. Ini juga lagi disiapin kan? Santai aja kak, masakan neng Mitha-nya juga gak akan ilang cuma karena telat disiapin” jelas Rosi, masih sambil terkekeh geli.

“Cepet deh siapin, kakak laper.”

“Iya-iya, ehh tapi kak mbak Megan mau dikemanain?”

“Apa sih? Makin gak jelas aja kamu!”

Tertawa dan semakin puas rasanya, entah kenapa rasanya sebahagia ini pulang ke rumah, memiliki waktu dengan orang rumah untuk melepaskan beban berat yang dia bawa dari luar rumah.

Sederhana namun menyenangkan, sungguh, Reqi adalah salah satu bukti rasa syukur terbesar Rosi karena masih diberikan nikmatnya bernafas hingga saat ini.

Demi dirinya sendiri dan juga sang kakak, Rosi berjanji kalau dirinya tak akan jatuh hanya karena perlakuan Davindra yang membuat dirinya kehilangan pekerjaan.

'Makasih tuhan!'

***

Keesokan harinya...

“Masuk” kata Malvin.

Di sini Rosi hanya bisa menuruti apa yang dikatakan Malvin, karena pria itu masih di kuasai oleh amarah. Tentu saja Rosi tak bisa membantah Malvin jika suasana hati pria itu tengah kacau seperti ini.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang