🍀50 - Kesepakatan

7 5 0
                                    

Beberapa hari kemudian...

Malvin menekuk wajahnya, hari yang seharusnya membahagiakan bagi dia. Kini malah berubah menjadi hari yang paling menyebalkan.

Pria itu memasukan kembali kotak beludru yang berukuran kecil itu ke dalam laci meja kerjanya. Lagi, Malvin di buat untuk berpikir ulang mengenai niatan baiknya.

Setelah itu dia menatap sekertaris-nya lalu berkata “apakah hari ini saya bisa pulang cepat?” Tanya Malvin.

Jefri, yang menjabat sebagai sekertaris Malvin pun langsung melihat jadwal kerja Malvin hari ini.

Iya, sekertaris Malvin itu seorang laki-laki, dia sengaja memperkejakan laki-laki sebagai sekertaris dia karena Malvin pikir akan lebih nyaman rasanya ketika berkerja.

“Kemungkinan bisa, anda hanya ada tiga pertemuan penting untuk hari ini” jelasnya.

“Jam berapa kira-kira selesainya?”

“Jam lima sore, salah satu klien dari Kanada meminta waktu pertemuannya pada jam empat sore nanti pak” kata Jefri.

Malvin menghela nafas beratnya, itu masih terlalu lama. Apa dia tidak bisa pulang lebih cepat lagi?.

Malvin hanya ingin pulang cepat hari ini, menemui Rosi, meminta maaf, lalu berbaikan dan juga memeluknya dengan sangat erat.

“Apa pertemuan itu tidak bisa di cancel atau di majukan?“

“Tidak bisa pak, beliau sangat sibuk, kita tidak bisa mengubah waktu apalagi membatalkan pertemuan karena besok pagi beliau akan kembali ke Kanada.” Jelas Jefri panjang lebar.

Lagi, Malvin mendesah frustasi. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, bukan hanya sebuah perasaan aneh, namun dirinya juga menyadari sendiri kalau kesibukan ini terlalu banyak menyita waktu Malvin yang seharusnya dibagi dengan Rosi.

Oh, tolonglah beri Malvin kemudahan, dia hanya ingin berbaikan dengan Rosi.

Perasaan Malvin tak karuan hingga saat ini, pasti terjadi sesuatu dengan Rosi, dia pasti sakit mendapatkan perlakuan seperti itu dari dirinya, pikir Malvin.

“Baiklah, kamu bisa keluar sekarang” kata Malvin.

“Baik pak.”

Kini tangan Malvin meraih ponselnya, kemarin malam dia marah pada Rosi karena dia mendapati perempuan itu sibuk bertelepon dengan entah siapa orangnya, Malvin pun tak tau.

Sebelumnya Malvin tak pernah mempermasalahkan hal kecil seperti ini, karena Malvin percaya kalau Rosi hanya akan mencintai dirinya.

Namun entah kenapa dia merasa kesal, kesal Malvin bukan pada Rosi sebenarnya, tapi pada ayahnya yang memaksa dirinya untuk ikut ke acara makan malam dengan rekan-rekan bisnisnya itu.

Niat hati ingin menceritakan banyak hal pada Rosi, tapi dia malah mendapati sambungan telepon Rosi sibuk dan di situ Malvin yang tengah kesal karena ayahnya pun tak bisa menahan diri untuk melampiaskan semua itu pada Rosi.

“Hallo.”

Malvin sedikit terkejut ketika telepon darinya sudah dijawab oleh Rosi diseberang sana.

“Ada apa?”

Rosi bersuara lagi ketika mengetahui bagaimana Malvin betah dalam diamnya. Malvin menggaruk belakang kepalanya dan terlihat konyol saat ini, tapi lagi-lagi dia penasaran.

“Kamu beneran gak selingkuhin aku kan?” Tanya Malvin, dan pertanyaan itu masih dalam konteks menuduh sebenarnya.

Terdengar helaan nafas berat Rosi diseberang sana.

Lepas Obsesi | Jeong Yunho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang